Atman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 73:
Untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"></ref> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"></ref> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"></ref> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
 
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"></ref> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"></ref> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
 
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan.<ref name="Smith"></ref> Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus dibersihkan dari kotoran moral yang besar.<ref name="Smith"></ref> Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai kebiasaan serta praktek hidup yang bermoral.<ref name="Smith"></ref>
Baris 88:
* a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.<ref name="Smith"></ref>
* b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa ada berbagai jenis cinta, misalnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan lain-lain.<ref name="Smith"></ref> Cara ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta kepada Tuhan.<ref name="Smith"></ref>
* c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang.<ref name="Smith"></ref> Menurut agama Hindu ada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik.<ref name="Smith"></ref> Tahap pertama adalah sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.<ref name="Smith"></ref> Tahap kedua adalah tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.<ref name="Smith"></ref> Tahap ketiga adalah sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.<ref name="Smith"></ref>
 
=== Jalan melalui Kerja ===
Baris 95:
Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.<ref name="Smith"></ref> Jadi karma yoga dapat dipraktekkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).<ref name="Smith"></ref> Pekerjaan dapat menjadi wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.<ref name="Smith"></ref> Setiap perbuatan yang manusia lakukan untuk kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang semakin mempertebal jarak antara dirinya dan Tuhan, baik yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.<ref name="Smith"></ref> Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan untuk mencapai Atman di dalam diri, hingga akhirnya tidak ada hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.<ref name="Smith"></ref>
 
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannya.<ref name="Smith"></ref> Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.<ref name="Smith"></ref> Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.<ref name="Smith"></ref>
 
=== Jalan melalui Latihan Psikologis ===
Baris 103:
a. Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, nafas tubuh, serta perasaannya.<ref name="Hadiwijono"></ref>
c. Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.<ref name="Hadiwijono"></ref>
d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.<ref name="Hadiwijono"></ref>
 
Baris 114:
* [[Roh]]
* [[Roh (Kristen)|Roh dalam agama Kristen]]
 
 
[[Kategori:Konsep Hindu]]