Muslich: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
k Bot: Penggantian teks otomatis (-karir +karier)
Baris 23:
Pada zaman pergerakan kemerdekaan, Muslich menjadi anggota kepanduan SIAP (Syariat Islam Afdeling Pandu), waktu itu usianya baru 16 tahun. Setelah itu menjadi anggota Pemuda Muslimin Indonesia dan menjadi anggota Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Setelah HOS Tjokroaminoto meninggal dunia, bersama AM Sangaji, Mr Muhammad Roem dan H Agus Salim, Muslich dipecat dari PSII oleh Abikusno Tjokrosujoso.. Bersama teman-temannya yang dipecat kemudian ia mendirikan Gerakan Penyadar PSII yang dipimpin H Agus Salim.
Setelah gerakan penyadar tidak aktif, Muslich baru bergabung ke dalam pengurus cabang NU Cilacap, kemudian dipromosikan sebagai pengurus NU wilayah Jawa Tengah dan akhirnya dipromosikan lagi menjadi pengurus besar NU di Jakarta. Dengan karirnyakariernya yang cemerlang dan meyakinkan itu menjadikan Muslih sebagai kader yang militan, karena itu ketika NU bergabung dalam Masyumi (1946), Muslich ikut ke dalamnya dan ketika NU keluar dari Masyumi (1952) Muslich juga ikut keluar. Ia selalu mengikuti perkembangan situasi, baik ketika NU bergabung ke dalam PPP (1973), maupun ketika kembali ke khittah 1926. Walaupun hanya sebatas mengamati, karena perhatinnya sudah tersita untuk bidang pendidikan yang digelutinya sejak lama.
 
===Menjadi Guru dan Penghulu===
Baris 47:
Sejak muda, sebagai orang pergerakan Muslich tidak mengabaikan kepentingan ekonomi rumah tangganya. Dan sebagai Lasykar dia tidak pernah mengandalkan bayaran. Karena itu ia menerjuni dunia bisnis dengan aneka ragam bidang. Dimulai dengan hanya berjualan kayu bakar, berjualan pakaian, mensuplai kitab-kitab ke pesantren dan lain sebagainya.Usaha tersebut cukup maju, tapi kemudian dia berpindah jenis dagangan dengan berdagang bahan bangunan yang juga maju pesat, karena Cilacap memiliki banyak proyek besar, salah satunya pembangunan pelabuhan besar, sehingga usaha materialnya banyak memproleh order untuk menjadi supplier bahan bangunan.
Muslich memulai karirnyakariernya dengan menjadi leveransir bahan bangunan hingga kemudian menjadi kontraktor dan subkontraktor ketika pengerjaan jembatan Kali Serayu. Pernah juga menjadi pedagang kambing, untuk dikirim ke Jakarta dan Bandung, dan pernah pula menjadi agen pedagang besi tua dari perusahaan Jepang yang berpusat di Surabaya. Keagenan besi tua itu berhenti karena situasi yang tegang menjelang kemerdekaan, di mana Muslich masuk Hizbullah dan mengikuti latihan kemiliteran di Cibarusah Karawang Bekasi.
Kiai Muslich yang ketika pindah ke Jakarta bertempat tinggal di Gang Mayat Paseban, kemudian pindah ke daerah Utan Kayu Jakarta Timur. Di situ kiai yang tidak mau berhenti berkhidmat itu, membuka toko penyalur “Sandang Pangan” Usaha Banyumas” yang sangat maju. Muslich kemudian turut mendirikan dan memiliki saham PT.Bank Aman Makmur, Bank Nusantara serta memiliki juga saham pada PT Pelayaran Samudera Raya Lloyd.