Herman Johannes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Teddy s (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-karir +karier)
Baris 33:
Herman Johannes adalah lulusan ''Technishce Hogeschool'' (THS) Bandung ([[ITB]]) yang kemudian dipindahkan sebagai Sekolah Tinggi Teknik Bandung di Yogyakarta dan menjadi cikal bakal Universitas Gadjah Mada. Herman Johannes banyak mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terumata rakyat kecil. Hingga menjelang akhir hayatnya, ia masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan [[briket arang biomassa]]. Keprihatinannya akan tingginya harga minyak bumi, selalu mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan [[lamtoro gung]], [[nipah]], [[widuri]], [[limbah]] [[pertanian]], dan [[gambut]] sebagai bahan bakar.
 
Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarirberkarier di bidang [[militer]].<ref>[[Julius Pour]] 1993. ''Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Perbuatan''. [[Gramedia]], Jakarta. [[Biografi]].</ref>. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian menjadi ayah dari [[Yapto Soerjosoemarno]]) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen [[Urip Sumohardjo]], yang isinya agar segera hadir dan melapor ke [[Markas Tertinggi Tentara]] di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan karirnyakariernya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan [[Sekolah Menengah Tinggi]] ([[SMT]]) [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
 
Keahlian Herman Johannes sebagai [[fisika]]wan dan [[kimia]]wan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama ''clash'' I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol [[Soeharto]] sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api [[Sungai Progo]]. Karena ia menguasai teori [[jembatan]] saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH [[Djatikoesoemo]] meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan [[Akademi Militer]] di sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan dekat [[Candi Kalasan]], lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan [[Bogem]] yang membentang di atas [[Sungai Opak]]. Jembatan akhirnya hancur dan satu persatu jembatan antara Yogya-[[Solo]] dan Yogya-[[Kaliurang]] berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh mengelilingi [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu]] melewati [[Magelang]] dan [[Salatiga]] untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.