Borobudur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
Baris 46:
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah [[stupa]] utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
 
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat [[agamamazhab]] [[Budha Mahayana]]. Filsafat itu mengajarkan bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha harus melalui sepuluh tingkatan [[BodhisatwaBoddhisatwa]]. Apabila telah melampaui semua tingkat itu, manusia akan mencapai kesempurnaan.
 
Bagian kaki Borobudur melambangkan ''Kamadhatu'', yaitu dunia yang masih dikuasai oleh ''kama'' atau ''nafsu rendah''. Lantai dasar candi ini hanya menonjol sedikit ke tanah.
Baris 54:
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief yang disebut Arupadhatu. Lantainya berbentuk lingkaran. Aruphadatu, ''alam atas'' atau nirwana, adalah tempat Buddha bersemayam. Kebebasan mutlak telah tercapai yakni bebas dari keinginan dan ikatan bentuk dan rupa. Karena itu , bagian Aruphadatu digambarkan polos, tidak berelief. Patung-patung Budha ditempatkan di dalam Stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar masih tampak patung-patung itu samar-samar.
 
Sementara pada strata Arupa berarti tidak berupa atau tidak berwujud. Ini dilambangkan pada puncak candi berupa stupa terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam Stupa tertinggi diduga didalamnya terdapat patung ''Adibuddha'' yang diduga berupa sebuah patung yang terlihat rusak dan usang. Tidak jelas kabar patung ini kemudian, ada yang meletakkan diluar candi karena dikatakan ''benda gagal'', diletakkan di museum yang tidak jelas museumnya, ada pula yang mengatakan dibawa ke luar negeri ([[Belanda]] ?) karena beberapa (lima) patung buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, 2 patung singa, beberapa batu berbentuk kala (''kala stones''), tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja [[Thailand]], [[Chulalongkorn]] yang mengunjungi Hindia Belanda ([[Indonesia]]) pada tahun [[1896]] sebagai hadiah dari pemerintah [[Hindia Belanda]] ketika itu.
 
Borobudur tidak memlikimemiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakanjalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong lorong inilah ummat Budha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi kearah kanan.
 
Struktur Candi Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur [[mandala]].