Bungoro, Pangkajene dan Kepulauan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: perubahan kosmetika ! |
k bot kosmetik perubahan |
||
Baris 16:
=== Sejarah awal ===
Pada masa pemerintahan kekaraengan, Bungoro merupakan salah satu wilayah adatgemeenschap di Pangkep, selain Pangkajene, [[Balocci]], [[Labakkang]], [[Ma’rang]], [[Segeri]] dan [[Mandalle]].
Pada mulanya Bungoro dinamai Kalumpang, yang didirikan oleh seorang anak tunggal dari Karaeng Barasa (Pangkajene) di Kalumpang.
Versi lain dari Asal Muasal nama ”Bungoro” yang penulis dapatkan adalah cerita tentang kedatangan Belanda untuk pertama kali di daerah Bungoro sekarang, kemudian sambil menunjuk ke bawah menanyakan nama daerah baru yang didatanginya tersebut. Penduduk yang berpenutur Bahasa [[Bugis]] malahan menganggap bahwa yang ditanyakan itu adalah sebuah sumur yang berada tidak jauh dari tempat berdiri dan menunjuk sang Belanda itu. Jadi penduduk itu menjawabnya, “Bungung ro” (Bugis : sumur itu). Oleh Belanda, dianggaplah nama daerah itu ”Bungonro”, yang kemudian mendapatkan penyempurnaan pengucapan menjadi “Bungoro”.
Baris 26:
Sebagaimana halnya dengan [[Barasa]] (Pangkajene) dalam permulaan Abad XVII, Bungoro jatuh ke dalam kekuasaan [[Kerajaan Gowa]]. Dalam tahun 1667, Bungoro bebas dari kekuasaan Gowa dan dimasukkan oleh Belanda ke dalam apa yang dikatakan Noorderprovincien. Dalam tahun 1824 semasa pemerintahan La Palowong Daeng Pasampo di Bungoro, sebahagian dari kekaraengan ini ditempatkan dibawah pemerintahan Daeng Sidjalling, saudara dari La Palowong [[Daeng]] Pasampo. Bahagian yang dikuasai dan diperintah oleh Daeng Sidjalling itu dinamai “Tala’ju” atau “Bungoro Riwawo”, yang terdiri dari Kampung Salebbo (tempat kedudukan dari Karaeng), Barue’, Lampangang, Campagayya dan Landea. (Makkulau, 2008).
Sewaktu regent (Karaeng) Bungoro yang bernama La Mallantingang Daeng Pabeta dalam tahun 1668 berhenti dari jabatannya, anaknya yang
Dalam Tahun 1893, La Pabbicara Daeng Manimbangi tersebut diangkat menjadi Kepala Regent Bungoro. Dalam tahun 1906 kepala regent ini diasingkan ke Padang (Sumatera Barat) oleh Belanda karena dianggap berbahaya bagi keamanan dan ketenteraman di [[Sulawesi Selatan]] berdasarkan Surat Penetapan Pemerintah [[Hindia Belanda]] tanggal 16 Februari 1906 No. 26.
Dalam Tahun 1918 Bungoro dikembalikan menjadi Kekaraengan tersendiri menurut Surat Penetapan Gubernur Celebes dan daerah – daerah takluknya tertanggal 1 Mei 1918 No. 86 / XIX sambil menunggu pengesahan dari Pemerintah Pusat Hindia Belanda. Pada masa itu yang menjadi
== Lihat pula ==
|