Ketika suaminya, Raja Suddhodhana, meninggal dunia, Pajapati memutuskan untuk meninggalkan keduniawian. Ketika Sang Buddha sedang berjalan di hutan [[Mahavana]] dekat [[Vesali]], Pajapati, disertai oleh lima ratus wanita, berjalan dari [[Kapilavatthu]] menuju [[Vesali]], dan ia menunggu kesempatan untuk meminta persetujuan dari Sang Buddha. Pajapati Gotami pada saat itu sudah mencapai tingkat [[Sotapanna]]. Ia mencapai tingkat ini ketika Sang Buddha mengunjungi kediaman ayahnya (Raja Suddhodhana) dan menyampaikan khotbah [[Mahadhammapala Jataka]]. Ia dinubuatkan oleh orang-orang bijak untuk menjadi orang pertama yang membuat Sang Buddha mengiznkanmengizinkan wantitawanita untuk bergabung dengan ajaran sucinya. Ia mendapatkan kesempatan ketika Sang Buddha berkunjung ke Kapilavatthu untuk menyelesaikan perselisihan antara [[Sakiyan]] dan [[Koliyan]] mengenai hak mengambil air dari [[sungai Rohini]]. Ketika perselisihan telah diselesaikan, Sang Buddha menyampaikan khotbah [[Kalahavivada Sutta]], dan lima ratus Sakiyan muda bergabung bersama. Istri orang-orang Sakiyan ini, dipimpin oleh Pajapati, mendatangi Sang Buddha dan meminta izin untuk ditahbiskan. Sang Buddha menolak dan meneruskan perjalannya ke Vesali. Tetapi Pajapati dan rombongannya, tidak patah semangat, mereka mencukur rambut mereka, dan memakai jubah kuning, berjalan kaki mengikuti Sang Buddha hingga ke Vesali. Dengan kaki terluka, mereka tiba di biara Sang Buddha dan mengulang permohonan mereka untuk ditahbiskan sebagai [[Bhikkhuni|biarawati]]. Sang Buddha kembali menolak. [[Ananda]], yang bertindak sebagai perantara, memohon kembali kepada Sang Buddha dan Sang Buddha memenuhi permintaan mereka dengan delapan syarat khusus (''[[garudhamma]]''). Sejalan dengan waktu, terpikir oleh beberapa bhikkhuni bahwa Pajapati Gotami diterima secara tidak sah oleh pasamuan bhikkhuni karena ia tidak mempunyai seorang pembimbing. Mengenai hal ini, Sang Buddha menjelaskan:
{{cquote|''Apabila seseorang yang tidak melakukan perbuatan keliru dengan tubuh, ucapan, dan pikiran, ketiganya selalu terkendali. Orang seperti itu Aku sebut sebagai brahmana sejati.''