Kesultanan Paser: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Kesultanan Pasér''' yang sebelumnya bernama '''Kerajaan Sadurengas''', berdiri pada tahun [[
== Sejarah ==
Baris 167:
Siapa Sayyid Ahmad Khairuddin, mengapa dia datang ke Kerajaan Paser ? Berdasarkan Gelar Sayyid nyata Sayyid Ahmad Khairuddin dari keturunan Arab kalangan Alawiyyah sebagai keturunan Nabi, dan mereka menyebutkan diri sebagai "Ahlul Bayit”.
Di Kerajaan Paser sendiri sangat jelas bahwa Sayyid Ahmad Khairuddin mendapat gelar Sayyid Imam Pawa
Beberapa lama tinggal di Kerajaan Paser akhimya Sayyid Ahmad Khairuddin kawin dengan Aji Putri Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya. Saudara dari Aji Mas Pati Indra, bibi Aji Mas Anom Indra. Sumber lain mengatakan bahwa yang menjadi Imam pada masa itu adalah Imam Mustafa (Vr, sumber dari Aji Zainal Abidin dan kawan-kawan). Lebih kurang 15 tahun menyiarkan agama Islam di Kerajaan Paser, Sayyid Ahmad Khairuddin menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat haji, pada saat anak beliau naik ayunan Sayyid Ahmad Khairuddin menciptakan sebuah nyanyian yang dinamakan 'Nyanyian Fatimah" dengan bait syair seperti berikut:
Baris 245:
2) Tidak seorang Aji yang boleh dipilih dan dinobatkan untuk menjadi Sultan Paser, terkecuali memiliki kekuatan rohani dan jasmani.
3) Tidak seorang Aji yang boleh dipilih dan dinobatkan menjadi Sultan Paser, terkecuali memiliki kekuatan rohani.
4) Tidak seorang Aji yang boleh dipilih dan dinobatkan untuk menjadi Sultan Paser, yang mempunyai sifat sombong, congkak, takabur, suka disanjung dan
5) Tidak seorang Aji yang boleh dipilih dan dinobatkan untuk menjadi Sultan Paser, peminum, pemadat, penjudi, pembohong dan pencuri.
Baris 341:
5) 1 Real = 40 gobang dari bahan tembaga
6) 1 Real = 100 picis dari bahan tembaga
Kebutuhan mata uang mulai dirasakan masyarakat Paser. Di saat mereka menemui kesulitan dalam lalu lintas perdagangan, mengakibatkan mereka tidak dapat melakukan sistem barter. Penggunaan bahan perak dan tembaga, untuk memenuhi standar kelayakan mata uang, harus memenuhi persyaratan, mudah dibawa kemana-mana, tahan lama, tidak mudah berubah dari masa ke masa, dan dikeluarkan oleh pemerintah atau penguasa resmi.
Semakin dinamisnya arus perdagangan di pelabuhan Benuo dan perputaran Capital, menyebabkan sistern barter sudah tidak layak lagi.
Keluarga Kesultanan Paser menjalin hubungan perkawinan Kembali Sultan lbrahim memiliki putri yang bernama Aji jawiah kawin dengan Aji Kuncar bin Muhammad Muslihudin. Aji Kuncar kemudian menjadi Sultan Kutai dan bergelar Sultan Muhammad Salehuddin mereka diberi istana peristirahatan oleh Sultan lbrahim di Tanjung Batu. Di saat guha sarang burung di hulu sungai Toyu, dimasuki pencuri mengambil sarang burung yang siap dipanen, Sultan lbrahim meminta bantuan Aji Kuncar di Kutai untuk menangkap pencuri-pencuri itu serta mengawasi perkampungan Muara Pahu, yang dekat dengan perkebunan rotan Sultan Kutai.
“ KEDATANGAN BAJAK LAUT “
Baris 368 ⟶ 366:
Majunya bandara Benuo dan mulai intensifnya hegemoni Belanda menyebabkan Kesultanan Paser lambat laun juga terpengaruh oleh Belanda. Mereka kemudian memiliki kantor dagang di pelabuhan Benuo, peristiwa ini di mulal sejak pemerintahan Aji Karang bin Sultan Sulaiman Alamsyah tahun 1230-1259 Hijrah atau 1815-1843 Masehi, dia menggantikan Sultan Ibrahim dengan gelar Sultan Mahmud Han Alamsyah. Sejak mulai dibukanya kantor dagang oleh Belanda Kesultanan Paser mulai mengalami proses penetrasi Barat. Satu era munculnya upaya monopoli dagang yang lambat laun menghancurkan struktur kekuasaan Kesultanan Paser.
PEMERINTAHAN
Baris 375 ⟶ 372:
Sultan Adam Alamsyah telah menandatangani surat perjanjian dengan Residen Kalimantan Tenggara pada tanggal 25 Oktober 1843. Kedua persetujuan atau perjanjian yang ditandatangani Sultan Adam Alamsyah itu pada dasarnya leblh bersifat mendekatkan pertalian persahabatan antara Kesultanan Paser dan pemerintah Belanda. Oleh sebab itu, sampai disini sesungguhnya Sultan Paser masih memiliki kedaulatan untuk mengatur sendiri kerajaan.
PEMERINTAHAN
Baris 382 ⟶ 378:
Pada bulan Januari 1847 Sultan Adam Alamsyah wafat, akan tetapi tidak meninggalkan ahli waris lelaki, maka para pembesar Paser melalui perdebatan yang menegangkan, akhirnya sepakat menunjuk Aji Tenggara bin Aji Kimas bergelar Pangeran Nata Kesuma (Pangeran Mangku Bumi), patih Sultan sebagai pengganti. Sultan baru ini memakai gelar Sultan Sepuh II Alamsyah memerintah diperkirakan sampai tahun 1873 (Vr, Ikhtisar keadaan Politik, Op cit hlm XCII, 176. Bandingkan juga dengan Haji Aji Padang Arjan Sejarah singkat Kerajaan Sadurengas atau Kesultanan Paser, tanpa tahun, hlm 14-35*). Sampai pada masa pernerintahan Sultan Sepuh II berakhir, masih belum ada keinginan Belanda untuk menguasai Kesultanan Paser secara langsung. Setelah menderita sakit berkepanjangan Sultan Sepuh II Alamsyah akhirnya wafat.
PEMERINTAHAN
Baris 390 ⟶ 385:
Sultan Abdurrahman Alamsyah yang memerintah sejak tahun 1874 sampai 1885. Seperti peristiwa sebelumnya, sebelum ditetapkannya sebagai Sultan, didahului oleh pertentangan di kalangan pembesar kerajaan.
Pada masa Sultan Abdurrahman Alamsyah menjadi penandatangan perjanjian dengan pihak Belanda. Isinya sangat menentukan perkembangan sejarah kesultanan Paser berikutnya. Diantara isi perjanjian penting yang berkaitan dengan hal ini adalah bahwa Kesultanan Paser diputuskan menjadi bagian langsung di bawah lingkungan pemerintahan kerajaan Belanda. Ditekankan dalam isi perjanjian hal ini Sultan tidak lagi diperkenankan melakukan hubungan atau membuat perjanjian dengan pihak luar. Segi keamanan ditangani oleh tentara Belanda, dengan biaya dibebankan kepada penyerahan bagian-bagian hasil Kesultanan Paser yang diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda, dalam hal ini melalui penguasaan yaitu Residen Kalimantan Tenggara yang berkedudukan di Banjarmasin (Vr, Ibid hlm 40*).
PEMERINTAHAN
Baris 397 ⟶ 391:
Pemerintahan Sultan Abdurrahman Alamsyah kedaulatan Paser benar benar telah hilang dan kerajaan telah berada langsung di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Sultan Muhammad Ali tidak memiliki kekuasaan apa-apa lagi terkecuali mengabdi saja kepada pemerintah Hindia Belanda, bahkan ketika julius Broers berkuasa sebagai Residen dari tahun 1894 sampai 1899 Sultan Muhammad Ali diberhentikan sebagai Sultan langsung di bawah lingkungan pemerintahan Hindia Belanda.
PEMERINTAHAN SULTAN
Baris 430 ⟶ 423:
Maret 1900, Sultan diundang secara dinas dari Residen W Broers untuk datang ke Banjarmasin, Sultan dengan berat bersama dengan perdana menteri pergi untuk memenuhi panggilan dinas. Setibanya Sultan dan Perdana Menteri di Banjamasin, menerima berita bahwa di hulu sungai Kandilo ada gerakan yang akan melakukan pemberontakan terhadap Kesultanan Paser, W Broers menganjurkan kepada Pangeran Mangku Jaya sebagai Perdana Menteri agar kembali ke Paser untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Paser, sementara Sultan tetap tinggal di Banjarmasin. Agar lebih legitimit kepulangan Pangeran Mangku Jaya, Broers menganjurkan Sultan untuk membekalinya dengan surat kuasa.
Realitanya, bahwa ada gerakan di hulu Sungai Kandilo yang ingin memberontak hanya cerita rekaan saja. Dan, ternyata isi surat kuasa yang dibawa oleh Pangeran Mangku. Jaya ternyata berisikan surat tentang pengunduran diri beliau sebagai Sultan dan menyerahkan kekuasaannya kepada Pangeran Mangku Jaya Kesuma yang akan dilantik, jika Residen datang ke Paser. Isi surat ini ditentang oleh Sultan Ratu Raja Besar Alamsyah.
PEMERINTAHAN
Baris 450 ⟶ 442:
J Van Droost tanggal 7 April 1906 menerima kedatangan para undangan, bangsawan Paser di dalam markas militer di Tanah Grogot. Dalam pertemuan antara Kapten J Van Droost mengatakan, bahwa kesultanan Paser telah beralih dari kaum bangsawan Paser kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dengan memperoleh kompensasi dana kehormatan. Pangeran Panji Kusuma yang turut hadir membantah dan tidak menyetujui bahwa Kesultanan Paser menjadi milik Pemerintah Hindia Belanda. Pangeran Panji Kusuma Negara langsung meninggalkan ruangan pertemuan, sebagai wujud ketidaksukaan atas pernyataan Kapten Van Droost. Pangeran Panji Kusuma Negara langsung meninggalkan Grogot menuju Benuo Paser.
Setelah Pangeran Panji Kusuma Negara keluar, Kapten J van Droost membagikan uang kehormatan kepada bangsawan Paser sebagai konpensasi pernyerahan kesultanan Paser kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Nama-nama para bangsawan yang mendapat uang kehormatan:
Baris 465 ⟶ 456:
11) Raja Besar Alamsyah N.F. 10.000
12) Pangeran Surya Nata N.F. 10.000
Dengan diterimanya dana kehormatan sebagai kompensasi penyerahan kekuasaan pemerintah pada tanggal 7 April 1906. Belanda menganggap kekuasaan pemerintah Kesultanan Paser telah beralih kepada pemerintahan Belanda. (VR, Sejarah Masyarakat Paser di Tanah Paser hlm 166-167. Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser/hlm28).
|