Mang Udel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot:kosmetik perubahan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Karir +Karier)
Baris 25:
Setelah vakum kegiatan siaran selama masa revolusi itu, pada tahun 1951 Mang Udel bertemu dengan pasangannya, yaitu Hardjodipuro, lantas meneruskan acara Sepintas Lalu-nya. Keduanya sepakat membentuk duet Mang Cepot dan Mang Udel dan bertahan hingga akhir dekade 70-an. Sementara itu, karier Mang Udel di luar panggung cukup bagus. Ia mendapatkan gelar sarjana muda biologi pada tahun 1961 dari Fakultas Biologi Universitas Nasional dan menjadi asisten ahli anatomi patologi di Fakultas Kedokteran UI tahun itu juga. Pada tahun 1966, arek Pasuruan ini menjadi dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran Gigi UI dan juga dosen biologi di Univ. Tarumanegara, Jakarta. Lalu antara tahun 1967 dan 1971, Mang Udel menjadi pejabat Dekan Universitas Nasional. Mang Udel kemudian pensiun dari Universitas Indonesia pada tahun 1975 dan untuk mengisi kegiatannya setelah itu, Mang Udel menjadi pemandu wisata tahun 1977.
 
== KarirKarier dunia hiburan ==
=== KarirKarier film ===
Mang Udel untuk pertama kali bermain film pada tahun 1952 berjudul Heboh, kemudian bermain dalam sebuah film adopsi dari Rusia berjudul Si Mamad di bawah arahan sutradara Syuman Jaya. Di film yang cukup monumental itu, ia mendapat penghargaan atas aktingnya sebagai pegawai negeri miskin yang tertimpa masalah.
 
Dalam film serial TV Losmen arahan sutradara Wahyu Sihombing (almarhum), dan yang diputar oleh TVRI Stasiun Pusat Jakarta pada tahun 1980, permainan Mang Udel cukup mengesankan dan ia lantas diidentikkan dengan tokoh Pak Broto, suami pemilik losmen Srikandi yang menderita post power syndrome setelah pensiun sebagai pejabat sebuah instansi pemerintah.
 
=== KarirKarier lawak ===
Duet Mang Cepot dan Mang Udel itu juga boleh dianggap sebagai grup lawak pertama di Indonesia yang menggunakan naskah dalam setiap penampilannya, sehingga semua detail adegan sudah diperhitungkannya.
Dalam salah satu wawancaranya dengan sebuah penerbitan, Mang Cepot almarhum pernah menjelaskan bahwa dengan naskah itu mereka sejak awal sudah menuangkan ide, konsep secara terinci dan menampilkannya dengan terencana, dan dengan segala perhitungan reaksi audience-nya.