Gareng adalah [[punakawan]] yang [[Kaki|berkaki]] pincang. Hal ini merupakan sebuah ''sanepa'' dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ''ciker'' atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam [[penyakit bubul]].
Dalam suatu ''carangan'' Gareng pernah menjadi [[raja]] di [[Paranggumiwayang]] dengan gelar '''''Pandu Pragola'''''. Saat itu dia berhasil mengalahkan prabuPrabu [[Welgeduwelbeh]] raja dari [[Borneo]] yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu [[Petruk]].
Dulunya, Gareng berujud [[ksatria|satria]] tampan bernama '''Bambang Sukodadi''' dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satriyasatria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan [[semedi|tapanya]], ia berjumpa dengan satriyasatria lain bernama ''Bambang Panyukilan''. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara [[Ismaya]] (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah ''pamong'' para ksatriasatria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk ''Jangganan Samara Anta'', dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua ksatriasatria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua ksatriasatria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah [[Karang DempelKadempel]], titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua kesatriasatria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur ([[Pandawa]]), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari [[Semar]].
