Tata Surya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ciko (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ciko (bicara | kontrib)
Baris 14:
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. [[Galileo Galilei]] (1564-1642) dengan [[teleskop]] refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata bugil.
 
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan [[Venus]], seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori [[heliosentris]], yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh [[Nicolaus Copernicus]] (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh [[Merkurius]] hingga [[Saturnus]].
 
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti [[Christian Huygens]] (1629-1695) yang menemukan [[Titan]], satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit [[Bumi]]-[[Yupiter]].
 
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui [[Johannes Kepler]] (1571-1630) dengan [[Hukum Kepler]]. Dan puncaknya, [[Sir Isaac Newton]] (1642-1727) dengan [[hukum gravitasi]]. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
 
Pada [[1781]], [[William Hechell]] (1738-1782) menemukan [[Uranus]]. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. [[Neptunus]] ditemukan pada Agustus [[1846]]. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada [[1930]].
 
==Daftar jarak planet==