Wali Sanga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MystBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: ja:ワリ・サンガ
Azmatkhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{lindungidarianon2}}
'''Walisongo''' atau '''Walisanga''' dikenal sebagai penyebar agama [[Islam]] di tanah [[Jawa]] pada abad ke 15 dan 1614. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
 
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi [[Hindu]]-[[Budha]] dalam budaya [[Nusantara]] untuk digantikan dengan kebudayaan [[Islam]]. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Baris 8:
Ada beberapa pendapat mengenai arti ''Walisongo''. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau ''sanga'' dalam [[bahasa Jawa]]. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata ''songo''/''sanga'' berasal dari kata ''tsana'' yang dalam [[bahasa Arab]] berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata ''sana'' berasal dari bahasa [[Jawa]], yang berarti ''tempat''.
 
Pendapat lain yang mengatakan bahwa '''Walisongo''' ini adalah sebuah dewanMajelis Dakwah yang pertama kali didirikan oleh [[Raden RahmatMaulana Malik Ibrahim]] ([[Sunan AmpelGresik]]) pada tahun [[14741404 M/808 H]]. Saat itu dewanMajelis Dakwah Walisongo beranggotakan Raden HasanMaulana Malik Ibrahim (PangeranSunan BintaraGresik); MakhdumMaulana IbrahimIshaq ([[Sunan BonangWali Lanang]],); putraMaulana pertamaAhmad dari Sunan Ampel);Jumadil QasimKubro ([[Sunan DrajadKubrawi]], putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung,Maulana ayahMuhammad dariAl-Maghrabi [[Sunan KudusMaghribi]]); RadenMaulana AinulMalik YaqinIsra'il ([[SunanRaja GiriChampa Pertama]],; putraMaulana dariMuhammad MaulanaAli Ishaq)Akbar; Syekh SutaMaulana MaharajaHasanuddin;Maulana Raden Hamzah (Pangeran Tumapel)'Aliyuddin dan RadenSyekh MahmudSubakir.
 
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari [[kesehatan]], bercocok-tanam, [[Perdagangan|perniagaan]], [[kebudayaan]], [[kesenian]], kemasyarakatan, hingga ke [[pemerintahan]].
 
== Nama-nama Walisongo Menurut Periode Waktunya ==
 
Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
Menurut Catatan dari Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini, disebutkan bahwa:
 
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 – 1435 M. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, [wafat 1419 M]
2. Maulana Ishaq,
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Maulana Malik Isra'il,[wafat 1435 M]
6. Maulana Muhammad Ali Akbar,[wafat 1435 M]
7. Maulana Hasanuddin,
8. Maulana 'Aliyuddin,
9. Syekh Subakir, atau Syaikh Muhammad Al-Baqir
 
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1435 - 1463 M, terdiri dari
1. Sunan Ampel, [tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim]
2. Maulana Ishaq, [wafat 1463]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Sunan Kudus, [tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il]
6. Sunan Gunung Jati, [tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar]
7. Maulana Hasanuddin, [wafat 1462 M]
8. Maulana 'Aliyuddin, [wafat 1462 M]
9. Syekh Subakir, [wafat 1463 M]
 
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 - 1466 M, terdiri dari
1. Sunan Ampel,
2. Sunan Giri, [tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, [w.1465 M]
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, [w.1465 M]
5. Sunan Kudus,
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin]
8. Sunan Derajat, [tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin]
9. Sunan Kalijaga, [tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir]
 
Wali Songo Angkatan ke-4, 1466 - 1513 M, terdiri dari
1. Sunan Ampel, [w.1481]
2. Sunan Giri, [w.1505]
3. Raden Fattah, [pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi]
5. Sunan Kudus,
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang,
8. Sunan Derajat,
9. Sunan Kalijaga, [wafat tahun 1513]
 
Wali Songo Angkatan ke-5, [1513 - 1533 M], terdiri dari
1. Syaikh Siti Jenar, wafat tahun 1517] [tahun 1481 Menggantikan Sunan Ampel]
2. Raden Faqih Sunan Ampel II [ Tahun 1505 menggantikan kakak iparnya, yaitu Sunan Giri]
3. Raden Fattah, [wafat tahun 1518]
4. Fathullah Khan [Falatehan],
5. Sunan Kudus, [wafat 1550]
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [w.1525 M]
8. Sunan Derajat, [w. 1533 M]
9. Sunan Muria, [tahun 1513 menggantikan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga]
 
Wali Songo Angkatan ke-6, [1533 - 1546 M], terdiri dari:
1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu], [Tahun 1517 menggantikan ayahnya, yaitu Syaikh Siti Jenar]
2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak [Tahun 1540 menggantikan kakaknya, yaitu Raden Faqih Sunan Ampel II)
3. Sultan Trenggana [tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [wafat tahun 1573]
5. Sayyid Amir Hasan, [tahun 1550 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Kudus]
6. Sunan Gunung Jati, [w.1569]
7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan, [Tahun 1525 menggantikan kakaknya, yaitu Sunan Bonang]
8. Sunan Pakuan, [Tahun 1533 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Derajat]
9. Sunan Muria, [w. 1551]
 
Wali Songo Angkatan ke-7, 1546- 1591 M, terdiri dari
1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu], [wafat 1599]
2. Sunan Prapen, [tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak]
3. Sunan Prawoto, [ tahun 1546 Menggantikan ayahnya Sultan Trenggana]
4. Maulana Yusuf, [pada tahun 1573 menggantikan pamannya yaitu Fathullah Khan [Falatehan], Maulana Yusuf adalah cucu Sunan Gunung Jati]
5. Sayyid Amir Hasan,
6. Maulana Hasanuddin, [pada tahun 1569 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Gunung Jati]
7. Sunan Mojoagung [tahun 1570 Menggantikan Sunan Lamongan]
8. Sunan Cendana, [tahun 1570 menggantikan kakeknya, yaitu Sunan Pakuan]
9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos], [tahun 1551 menggantikan kakek dari ibunya, yaitu Sunan Muria. Sedangkan Sayyid Shaleh adalah Shaleh bin Amir Hasan bin Sunan Kudus]
 
Wali Songo Angkatan ke-8, 1592- 1650 M, terdiri dari
1. Syaikh Abdul Qadir [Sunan Magelang], asal Magelang, [wafat 1599], menggantikan Sunan Sedayu
2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi, [1650 menggantikan Gurunya yaitu Sunan Prapen]
3. Sultan Hadiwijaya [Joko Tingkir], [tahun 1549 Menggantikan Sultan Prawoto]
4. Maulana Yusuf, asal Cirebon
5. Sayyid Amir Hasan, asal Kudus
6. Maulana Hasanuddin, asal Cirebon
7. Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani, [tahun 1650 Menggantikan Sunan Mojo Agung]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri, [tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana]
9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos],
 
Wali Songo Angkatan ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan [tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang]
2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi [tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi]
3. Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura], Sumenep Madura [Menggantikan, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir]
4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, [tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon ]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. [1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus]
6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir [ tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin]
7. Sultan Abulmu'ali Ahmad [Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan [tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos]
 
 
Wali Songo Angkatan ke-10, 1751 – 1897
1. Pangeran Diponegoro [ menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan]
2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, [menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi]
3. Kyai Mojo, [Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura]
4. Kyai Kasan Besari, [Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, [menggantikan kakeknya, yaitu Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir]
7. Pangeran Sadeli, [Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu'ali Ahmad]
8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura [Menggantikan Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri]
9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, [Menggantikan kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan]
 
Tahun 1830 – 1900 [Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh]
 
Dari nama para Wali Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
{{Col-begin|width=}}
{{Col-3}}
Baris 21 ⟶ 137:
{{Col-3}}
* '''[[Sunan Drajat]]''' atau Raden Qasim
* '''[[Sunan Kudus]]''' atau JaffarJa'far Shadiq
* '''[[Sunan Giri]]''' atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
{{Col-3}}
Baris 28 ⟶ 144:
* '''[[Sunan Gunung Jati]]''' atau [[Syarif Hidayatullah]]
{{Col-end}}
Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidakbaik dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan guruMursyid-muridMurid.
 
==== Maulana Malik Ibrahim ====
{{Main|Sunan Gresik}}
[[Berkas:MalikIbrahim1.jpg|right|thumb|200px|Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, [[Gresik]], [[Jawa Timur]]]]
[[Maulana Malik Ibrahim]] adalah keturunan ke-22 dari [[Nabi Muhammad]]. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo .
[[Maulana Malik Ibrahim]] adalah keturunan ke-11 dari [[Husain bin Ali]]. Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di [[Provinsi Samarqand|Samarkand]] di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. [[Babad Tanah Jawi]] versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.<ref> Meinsma, J.J., 1903. Serat ''Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi ing Tahun 1647''. S'Gravenhage.</ref> Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim
Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
 
Ia diperkirakan lahir di [[Provinsi Samarqand|Samarkand]] di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. [[Babad Tanah Jawi]] versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.<ref> Meinsma, J.J., 1903. Serat ''Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi ing Tahun 1647''. S'Gravenhage.</ref> Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, [[Gresik]], [[Jawa Timur]].
 
Isteri Maulana Malik Ibrahim
 
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama:
1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah
2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad
3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.
Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
 
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, [[Gresik]], [[Jawa Timur]].
 
==== Sunan Ampel ====
[[Sunan Ampel]] bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-1222 dari [[HusainNabi bin AliMuhammad]], menurut riwayat ia adalah putra [[MaulanaIbrahim MalikZainuddin IbrahimAl-Akbar]] dan seorang putri [[Champa]]. Ia disebutkan masih berkerabat dengan salah seorang istri atau selir dari [[Bhre Kertabhumi|Brawijaya]] raja [[Majapahit]]. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, [[Surabaya]], dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tubanyang bernama AryaDewi Teja.Condro SunanWulan Bonangbinti danRaja SunanChampa KudusTerakhir adalahDari anak-anaknya,Dinasti sedangkan Sunan Drajat adalah cucunyaMing. Makam Sunan Ampel teletak di dekat [[Masjid Ampel]], Surabaya.
Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, [[Surabaya]], dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat [[Masjid Ampel]], Surabaya.
 
==== Sunan Bonang ====
[[Berkas:Bonang barung and panerus. STSI Surakarta.jpg|150px|thumb|right|Bonang, sederetan gong kecil diletakkan horisontal.]]
[[Sunan Bonang]] adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-1323 dari [[HusainNabi bin AliMuhammad]]. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk ''Wijil'' dan tembang ''Tombo Ati'', yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada [[gamelan]] Jawa ialah dengan memasukkan [[rebab]] dan [[bonang]], yang sering dihubungkan dengan namanya. [[Universitas Leiden]] menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama ''Het Boek van Bonang'' atau ''Buku Bonang''. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.
 
==== Sunan Drajat ====
[[Sunan Drajat]] adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-1323 dari [[HusainNabi bin AliMuhammad]]. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, [[Lamongan]]. Tembang ''macapat'' ''Pangkur'' disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.
 
==== Sunan Kudus ====
[[Sunan Kudus]] adalah putra [[Sunan Ngudung]] atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah adikRuhil dariatau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan BonangAmpel. [[Sunan Kudus]] adalah keturunan ke-1424 dari [[Nabi Muhammad]]. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali]] Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan [[Kesultanan Demak]], yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. DiantaraDi antara yang pernah menjadi muridnya, ialah [[Sunan Prawoto]] penguasa Demak, dan [[Arya Penangsang]] adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Keturunannya yang menjadi ulama' besar adalah As-Sayyid KH.Muhammad Kholil Azmatkhan Al-Husaini Bangkalan, dan generasi yang masih hidup adalah As-Sayyid KH.Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini (Sekarang menjadi Mursyid Thariqah Wali Songo). Thariqah Wali Songo terdiri dari 9 Thariqah, yaitu: Thariqah 'Alawiyyah, Thariqah Qadiriyyah, Thariqah Naqsabandiyyah, Thariqah Syadziliyyah, Thariqah Sanusiyyah, Thariqah Maulawiyyah, Thariqah Nur Muhammadiyyah, Thariqah Khidiriyyah dan Thariqah Ahadiyyah.
 
==== Sunan Giri ====
[[Sunan Giri]] adalah putra [[Maulana Ishaq]]. Sunan Giri adalah keturunan ke-1223 dari [[HusainNabi bin AliMuhammad]], merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di [[Giri Kedaton]], [[Gresik]]; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
 
==== Sunan Kalijaga ====
[[Sunan Kalijaga]] adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian [[wayang kulit]] dan tembang [[suluk]]. Tembang suluk ''Ilir-Ilir'' dan ''Gundul-Gundul Pacul'' umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti [[Maulana Ishaq]], menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
 
==== Sunan Muria ====
[[Sunan Muria]] atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
 
==== Sunan Gunung Jati ====
[[Berkas:Entrance to Makam Sunan Gunung Jati.jpg|right|thumb|200px|Gapura Makam Sunan Gunung Jati di [[Cirebon]], [[Jawa Barat]]]]
[[Sunan Gunung Jati]] atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton [[Kerajaan Pajajaran|Pajajaran]] melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari [[Sri Baduga Maharaja]]. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi [[Kesultanan Cirebon]]. Anaknya yang bernama [[Maulana Hasanuddin]], juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya [[Kesultanan Banten]].
 
== Tokoh pendahulu Walisongo ==
Baris 67 ⟶ 199:
==== Syekh Jumadil Qubro ====
{{Main|Syekh Jumadil Qubro}}
[[Syekh Jumadil Qubro]] adalah Maulana Ahmad Jumadil Kubra bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah
[[Syekh Jumadil Qubro]] adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai [[babad]] dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari [[Husain bin Ali]], yaitu cucu [[Nabi Muhammad SAW]]. Sedangkan [[Martin van Bruinessen]] (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).
[[Syekh Jumadil Qubro]] adalah putra Husain Jamaluddin dari isterinya yang bernama Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II/ Putri Kelantan Tua). Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai [[babad]] dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
 
Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim ([[Sunan Gresik]]) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke [[Champa]], dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan [[Samudera Pasai]]. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu [[Sunan Ampel]] (Raden Rahmat) dan [[Sunan Giri]] (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan [[Sunan Bonang]], [[Sunan Drajad]] dan [[Sunan Kudus]] adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.
 
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.<ref>Istilah ''maqam'', selain berarti kubur juga dapat berarti tempat menetap atau tempat yang pernah dikunjungi seorang tokoh; contohnya seperti makam [[Nabi Ibrahim]] di [[Masjidil Haram]].</ref>
<!--
Pengulangan sebagaimana tertera dalam subjudul Syekh Maulana Akbar, dan sepertinya terlalu detil. Sebaiknya dipindahkan ke artikel utamanya saja di Syekh Jumadil Qubro..
 
== Silsilah ==
Silsilah mereka banyak tersebar di masjid-masjid tua di Indonesia, antaranya [[Masjid Agung Demak]], dan ia menunjukkan [[Syekh Jumadil Qubro]] sebagai generasi ke 18 dari Imam Hussain. Menempatkan beliau sebagai generasi ke 10 dari Imam Hussain, bagaimanapun, akan memposisikan beliau pada era Sayyid Muhammad Sohibus Saumiah bin Alawi Awwal yang lahir pada tahun 390H (969 M) dan wafat tahun 446H (1025M). Dan daftar-daftar keturunan Imam Hussain pada era tersebut adalah antara yang paling akurat dan terpercaya.
 
==== Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar ====
.Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Khan bin
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar adalah saudara kandung dari Syekh Subakir dan Sultan Sulaiman Al-Baghdadi. Nasabnya adalah Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar bin Ali Nuruddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Hal ini adalah menurut penelitian Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi al-Husaini dan diikuti oleh Martin van Bruinessen (1994).<ref>van Bruinessen, Martin, 1994. ''Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian Islam'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150, hal 305-329.</ref>
.Ahmad Jalaludin Khan bin
.Abdullah Khan bin
.Abdul Malik Al-Muhajir (India) bin
.Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
.[[Muhammad Sohib Mirbath]] (Hadhramaut)
.Ali Kholi' Qosam bin
.Alawi Ats-Tsani bin
.Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
.Alawi Awwal bin
.Ubaidullah bin
.[[Ahmad al-Muhajir]] bin
.Isa Ar-Rumi bin
.Muhammad An-Naqib bin
.Ali Uradhi bin
.Ja'afar As-Sodiq bin
.Muhammad Al Baqir bin
.Ali Zainal 'Abidin bin
.Imam Hussain
 
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam ''Tarjamah Risalatul Muawanah'' (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di [[Wajo]], [[Makasar]] (dinamakan masyarakat setempat ''Makam Kramat Mekkah''), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi (thariqat Wali Songo) di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar wafat dan dimakamkan di [[Cirebon]], meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
Pada posisi generasi ke 18 dari Imam Hussain, maka keberadaan mereka di Indonesia dan rantau ini pada abad ke 14 dan 15 adalah lebih aktual dan persis.
 
Silsilah ini juga mengatakan bahawa [[Maulana Ishak]] adalah PUTERA Maulana Ibrahim, bukan saudara sekandung seayah. Bermakna Maulana Ishak adalah CUCU Syaikh Jumadil Kubro @ Syaikh Jamaludin Akbar tersebut.
-->
 
==== Syekh Maulana Akbar ====
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan ''hyper-correct'' atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.<ref>van Bruinessen, Martin, 1994. ''Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian Islam'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150, hal 305-329.</ref>
 
Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari [[Nabi Muhammad SAW]] umumnya dinyatakan sebagai berikut: [[Husain bin Ali|Sayyidina Husain]], [[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]], [[Muhammad al-Baqir]], [[Ja'far ash-Shadiq]], Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, [[Ahmad al-Muhajir]], Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, [[Syekh Muhammad Shahib Mirbath|Muhammad Shahib Mirbath]], Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
 
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau [[Maulana Malik Ibrahim|Ibrahim as-Samarkandi]]) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di [[Champa]] dan [[Gresik]], Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di [[Pasai]], dan Zainal Alam Barakat.
 
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam ''Tarjamah Risalatul Muawanah'' (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di [[Wajo]], [[Makasar]] (dinamakan masyarakat setempat ''Makam Kramat Mekkah''), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di [[Cirebon]], meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
 
==== Syekh Quro ====
Baris 116 ⟶ 215:
 
Nama aslinya Syekh Quro ialah Hasanuddin. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah ''muballigh'' (penyebar agama} asal [[Mekkah]], yang berdakwah di daerah Karawang. Ia diperkirakan datang dari [[Champa]] atau kini Vietnam selatan. Sebagian cerita menyatakan bahwa ia turut dalam pelayaran armada [[Cheng Ho]], saat armada tersebut tiba di daerah Tanjung Pura, Karawang.
 
Nasabnya adalah Syekh Quro (Hasanuddin/ Wali Songo Periode Pertama) bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
 
Syekh Quro sebagai guru dari [[Nyai Subang Larang]], anak [[Ki Gedeng Tapa]] penguasa [[Cirebon]]. Nyai Subang Larang yang cantik dan halus budinya, kemudian dinikahi oleh [[Prabu Siliwangi|Raden Manahrasa]] dari wangsa Siliwangi, yang setelah menjadi raja [[Kerajaan Pajajaran]] bergelar [[Sri Baduga Maharaja]]. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Pangeran [[Kian Santang]] yang selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.
Baris 123 ⟶ 224:
==== Syekh Datuk Kahfi ====
[[Syekh Datuk Kahfi]] adalah muballigh asal [[Baghdad]] memilih markas di pelabuhan Muara Jati, yaitu kota [[Cirebon]] sekarang. Ia bernama asli [[Idhafi Mahdi]].
 
Nasabnya adalah Syekh Datuk Kahfi bin Sultan Sulaiman Al-Baghdadi bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
 
Majelis pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh [[Nyai Rara Santang]] dan [[Kian Santang]] (Pangeran Cakrabuwana), yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahannya dengan raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden [[Syarif Hidayatullah]] kemudian hari dikenal sebagai [[Sunan Gunung Jati]].
Baris 131 ⟶ 234:
[[Syekh Khaliqul Idrus]] adalah seorang muballigh Parsi yang berdakwah di [[Jepara]]. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq, dengan ''laqob'' Al-Idrus, anak dari [[Syekh Muhammad Al-Alsiy]] yang wafat di [[Isfahan]], Parsi.
 
Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh MaulanaHusain Jamaluddin Al-Akbar yang kemudian melahirkan [[Raden Muhammad Yunus]]. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu [[Raden Patah]], bergelar Adipati Bin Yunus atau [[Pati Unus]]. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil dengan sebutan [[Pangeran Sabrang Lor]].
<!--
Silsilah Syekh Khaliqul Idrus yang bernama asli Abdul Khaliq Al-Idrus, adalah putra Muhammad Al Alsiy, putra Abdul Muhyi Al Khoyri, putra Muhammad Akbar Al Ansari, putra Abdul Wahhab, putra Yusuf Al Mukhrowi, putra [[Muhammad Al Faqih Al Muqaddam]], seorang ulama sangat terkenal di abad ke-13 di Hadramaut, Yaman, yang merupakan putra dari Ali, putra Muhammad Shahib Mirbath.-->
<!-- Bagaimana dengan peranannya di masyarakat dlm penyebaran agama Islam?
Di titik [[Syekh Muhammad Shahib Mirbath|Muhammad Shahib Mirbath]] bertemulah silsilah Syekh MaulanaHusain Akbar GujaratJamaluddin (yang merupakan kakek-buyut bagi sebagian besar Walisongo dan cikal bakal [[Kesultanan Cirebon|Keraton Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Keraton Banten]] dan leluhur bagi para kyai pesantren di seluruh pesisir Pulau Jawa), dengan silsilah Syekh Khaliqul Idrus (kakek buyut Pangeran Sabrang Lor dan cikal bakal beberapa dinasti di Jawa Barat seperti dinasti [[Muhammad Wangsa]] (Bogor), dinasti [[Kusumahdinata]] (Sumedang) dan dinasti [[Wiradadaha]] (Tasikmalaya).
-->
<ref>Lihat pula: [[Pangeran Sabrang Lor]].</ref>
Baris 141 ⟶ 244:
== Teori keturunan Hadramaut ==
 
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum [[Sayyid]] atau [[Syarif]]. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya ''Thariqah Menuju Kebahagiaan'', mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut (Yaman):
 
* L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya ''Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien (1886)''<ref>van den Berg, Lodewijk Willem Christiaan, 1886. ''''Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien''. Impr. du gouvernement, Batavia.</ref> mengatakan: