Muhammad Thoha Ma'ruf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Spartanica~idwiki (bicara | kontrib)
baru
 
Spartanica~idwiki (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox Person
{{inuse}}
|name = K.H. Muhammad Thoha Ma'ruf
'''Muhammad Thoha Ma'ruf''' ({{lahirmati|[[Manado]]|25|12|1920|[[Jakarta]]|7|4|1976}}) adalah seorang ulama Nahdliyyin kharismatis dari negeri kaum paderi, meski sebenarnya Beliau bukan putera minang asli. KH Thoha Ma’ruf adalah keturunan ke-7 dari ulama Besar Nusantara asal Banjar Kalimantan, yakni Syeikh Arsyad al-Banjari. Mengingat silsilahnya maka jelas sekali beliau dilahirkan dan dididik di tengah-tengah keluarga religius. Ayahnya bernama KH Mansur adalah seorang guru agama yang membangun sebuah keluarga di Kampung Banjar Manado, hingga di sanalah bayi Thaha Ma’ruf lahir tepat pada tanggal 25 Desember 1920.
|image =
<!--
|imagesize =
Di Banjer Manado pula Thoha Ma’ruf menghabiskan masa kecilnya. Hingga ketika ia mendekati usia dua puluh tahun, ia mulai melangkahkan kakinya untuk meniti sebuah pengembaraan hidup. Tanah Minanglah tujuannya. Di sanalah ia mengembangkan ilmunya untuk menjadi seorang ulama yang berpengaruh di kemudian hari.
|caption =
|birth_date = {{birth date|1920|12|25}}
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Manado]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1976|4|7|1920|12|25}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|other_names =
|spouse = Hj. Sariani
|children =
|known_for =
|parents = K.H. Mansur
|occupation = pendakwah
|nationality = [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
}}
'''Muhammad Thoha Ma'ruf''' ({{lahirmati|[[Manado]]|25|12|1920|[[Jakarta]]|7|4|1976}}) adalah seorang ulama Nahdliyyin kharismatis dari negeri kaum paderi, meski sebenarnya Beliau bukan putera minang asli. KH Thoha Ma’ruf adalah keturunan ke-7 dari ulama Besar Nusantara asal Banjar Kalimantan, yakni SyeikhSyekh [[Muhammad Arsyad al-Banjari]]. Mengingat silsilahnya maka jelas sekali beliau dilahirkan dan dididik di tengah-tengah keluarga religius. Ayahnya bernama KH Mansur adalah seorang guru agama yang membangun sebuah keluarga di Kampung Banjar [[Manado]], hingga di sanalah bayi Thaha Ma’ruf lahir tepat pada tanggal 25 Desember 1920.
 
== Riwayat ==
Pada usia 22 tahun ia telah menamatkan Madrasah Muallimin di Bukit Tinggi (1942) setelah satu tahun sebelumnya ia juga menamatkan institute Islamic College di Padang. Dari sinilah kemuadian Beliau mulai menapakkan dirinya di jalan dakwah. Di Padang, bumi pertiwi para intelektual ini pula ia membuka lebar-lebar cakrawala pemikirannya terhadap dunia dengan mempelajari pula bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Bahkan bahasa Jepang inilah yang sempat menyelamatkannya dari hukuman tentara Pendudukan Jepang ketika ia ditangkap karena dianggap menentang penjajah.
=== Masa kecil ===
Di BanjerBanjar Manado pula Thoha Ma’ruf menghabiskan masa kecilnya. Hingga ketika ia mendekati usia dua puluh tahun, ia mulai melangkahkan kakinya untuk meniti sebuah pengembaraan hidup. Tanah Minanglah tujuannya. Di sanalah ia mengembangkan ilmunya untuk menjadi seorang ulama yang berpengaruh di kemudian hari.
 
=== Pendidikan ===
Sejak merantau ke Minang inilah Thaha Ma'ruf menunjukkan bhakti yang begitu kuat terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa. Terutama dari sisi pendidikan. karena itulah ia terlibat dalam banyak sekali gerakan pendidikan sejak semasa mudanya. bahkan sebenarnya sejak sebelum ia berangkat ke negeri rantau, ia telah pula mengajar sebagai guru agama di tanah kelahirannya, Manado. Dan bukan hanya di Padang saja, melainkan juga ke wilayah-wilayah Sumatera Tengah lainnya, yakni di Riau, Jambi dan Medan.
Pada usia 22 tahun ia telah menamatkan Madrasah Muallimin di Bukit Tinggi[[Bukittinggi]] ([[1942]]) setelah satu tahun sebelumnya ia juga menamatkan instituteInstitute Islamic College di [[Padang]]. Dari sinilah kemuadian Beliau mulai menapakkan dirinya di jalan dakwah. Di Padang, bumi pertiwi para intelektual ini pula ia membuka lebar-lebar cakrawala pemikirannya terhadap dunia dengan mempelajari pula bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Bahkan bahasa Jepang inilah yang sempat menyelamatkannya dari hukuman tentara Pendudukan Jepang ketika ia ditangkap karena dianggap menentang penjajah.
 
Sejak merantau ke Minang inilah Thaha Ma'ruf menunjukkan bhaktibakti yang begitu kuat terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa. Terutama dari sisi pendidikan. karena itulah ia terlibat dalam banyak sekali gerakan pendidikan sejak semasa mudanya. bahkan sebenarnya sejak sebelum ia berangkat ke negeri rantau, ia telah pula mengajar sebagai guru agama di tanah kelahirannya, Manado. Dan bukan hanya di Padang saja, melainkan juga ke wilayah-wilayah [[Sumatera Tengah]] lainnya, yakni di [[Riau]], [[Jambi]] dan [[Medan]].
Di Minang Thaha Ma'ruf menikah dengan seorang gadis belia asli Minang yang kelak mendampinginya hingga akhir hayat. Hj Sariani binti H Muhammad Yasin. begitulah gadis itu biasa dipanggil. Sejak kecil Sariani telah dipanggil Hajjah, kerena sejak berusia lima tahun beliau telah diajak berangkat ke tanah suci Makkah-Madinah untuk pertama kalinya, beberapa kali ia pulang pergi ke Haramain sebelum akhirnya dinikahkan dengan pemuda Thaha Ma'ruf, seorang guru agama militan asal Banjar yang telah diterima sebagai bagian dari penduduk Minang. Keluarga Istrinya ini adalah sebuah keluarga saudagar kaya raya yang memiliki keseharian hidup agamis. Hj. Sariani pun seorang da’iyah handal sejak awal, sekaligus juga adalah pengatur keuangan keluarga yang terbukti sangat ulet.
 
Di Minang, Thaha Ma'ruf menikah dengan seorang gadis belia asli Minang yang kelak mendampinginya hingga akhir hayat., Hj Sariani binti H Muhammad Yasin. begitulah gadis itu biasa dipanggil. Sejak kecil Sariani telah dipanggil Hajjah, kerena sejak berusia lima tahun beliau telah diajak berangkat ke tanah suci Makkah-Madinah untuk pertama kalinya, beberapa kali ia pulang pergi ke Haramain sebelum akhirnya dinikahkan dengan pemuda Thaha Ma'ruf, seorang guru agama militan asal Banjar yang telah diterima sebagai bagian dari penduduk Minang. Keluarga Istrinya ini adalah sebuah keluarga saudagar kaya raya yang memiliki keseharian hidup agamis. Hj. Sariani pun seorang da’iyah handal sejak awal, sekaligus juga adalah pengatur keuangan keluarga yang terbukti sangat ulet.
Kehandalan Hj Sariani ini menjadi penting ketika terjadi peristiwa sanering (pemotongan nilai uang rupiah menjadi setengahnya), di mana setiap nominal mata uang di atas lima rupiah harus dipotong setengahnya. Kondisi ini cukup membuat orang-orang kaya kalang kabut, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cadangan uang recehan. Nah, Hj Sariani inilah yang rupa-rupanya menyimpan cukup banyak cadangan uang recehan, sehingga keuangan keluarga cukup tertolong karena nilai mata uang dibawah lima rupiah tidak mengalami penyusutan.
 
Kehandalan Hj Sariani ini menjadi penting ketika terjadi peristiwa ''[[sanering]]'' (pemotongan nilai uang rupiah menjadi setengahnya), di mana setiap nominal mata uang di atas lima rupiah harus dipotong setengahnya. Kondisi ini cukup membuat orang-orang kaya kalang kabut, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cadangan uang recehan. Nah, Hj Sariani inilah yang rupa-rupanya menyimpan cukup banyak cadangan uang recehan, sehingga keuangan keluarga cukup tertolong karena nilai mata uang dibawah lima rupiah tidak mengalami penyusutan.
 
Terbukti kemudian pasangan muda ini kedua-duanya aktif sebagai kader pejuang unggul yang mampu mensinergikan antara perjuangan bangsa dan dakwah keagamaan dalam satu tarikan nafas bahtera rumah tangga mereka. Thaha Ma'ruf, selain menjadi wartawan di Harian Penerangan, juga aktif sebagai guru di berbagai sekolah dan majlis taklim, sehingga ia mampu menanamkan rasa kecintaan masyarakat dan seluruh anak didiknya terhadap perjuangan bangsa dan agama sekaligus.
Baris 16 ⟶ 36:
Hal ini senyatanya menjadi sebuah fakta ketika pada tahun 1953, dalam usia 33 tahun, Beliau menjadi pelopor sekaligus deklarator berdirinya Partai NU di wilayah Sumatera Tengah, wilayah yang sekarang menjadi tiga propinsi, Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Pendirian partai NU di Sumatera Tengah ini dilaksanakan setelah selama enam tahun Thaha Ma'ruf bergulat dalam perjuangannya sebagai Sekretaris Jenderal PERTI yang berpusat di Bukittinggi.
 
=== Bergabung di NU ===
Tiga tahun setelah mendirikan partai NU di Sumatera Tengah, Beliau hijrah ke Jakarta sebagai anggota Pengurus Besar NU (PBNU) dan aktif dalam perjuangan Nahdlatul Ulama di level Pusat.
 
Baris 40 ⟶ 61:
Kedekatan dengan para Habaib dan Ulama selalu dijaganya untuk kepentingan dakwah Islamiyah. beberapa teman-teman dekatnya adalah KH Abdullah Syafe'i, KH. Wahid Hasyim dan Habib Ali Kwitang. Beliau juga selalu aktif di Majlis Ta'lim Kwitang, baik sebagai peserta maupun pembicara.
 
=== Aktif menulis ===
Hingga masa-masa tuanya, Beliau juga masih sangat aktif menulis, terutama artikel-artikel yang berkenaan dengan dakwah islamiyah. Hingga tujuh Jam sebelum beliau menghadap sang Khaliq (Malam Rabu, 6 April 1976 jam 22.00 WIB), KH. Thaha Ma'ruf masih sempat menulis sebuah karangan (artikel dakwah) yang akan diajarkan pada Majlis Ta'lim Masjid Istiqlal. Karangan terakhir ini belum selesai dan ditemukan masih terpasang di atas meja kerjanya.
 
=== Wafat ===
KH. Thaha Ma'ruf bin Mansur meninggal pada [[7 April]] [[1976]] dalam usia 56 tahun dengan berstatus sebagai Pengurus Pusat Majlis Ulama Indonesia dengan meninggalkan seorang istri dan delapan anak. Beberapa di antara putera puteri beliau ada yang aktif menjadi pengurus teras PBNU dan banom-banomnya, sementara yang lainnya ada yang mengurus kelanjutan dakwah Islamiyah yang telah dirintis oleh beliau.
 
Karena Hj Sariani berprinsip bahwa wafatnya suami bukanlah berarti terhentinya perjuangan dalam menegakkan agama Islam, maka pada tahun 1976 pula sang istri dengan dibantu oleh putera-puterinya mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Al-Ma'ruf di Cibubur. Yayasan ini bergerak di bidang sosial, pendidikan dan dakwah Islam yang sekarang telah berkembang dan memiliki jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga SMU.
Baris 48 ⟶ 71:
Pada mulanya yayasan ini adalah sebuah Musholla kecil, namun masyarakat memintanya dikembangkan sebagai sebuah lembaga pendidikan yang dapat diandalkan. Menurut permintaan masyarakat, hal ini dikarenakan di wilayah tersebut (saat itu masih pinggiran Jakarta), sudah terdapat beberapa musholla, namun justru digunakan untuk main "gaple" karena tidak ada kader-kader yang berkompeten memakmurkannya. Karena itulah, membuat sebuah wadah untuk mencetak kader dakwah menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi.
 
Ketika Hj Sariani wafat dan dikebumikan di Cibubur, Komplek Yayasan Pendidikan Islam al-Ma'ruf, jasad KH Thaha Ma'ruf juga dipindahkan ke Cibubur untuk bersanding dengan makam isterinya di belakang Masjid. Setelah sebelumnya jasad beliau disemayamkan di pemakaman umum Kebon Nanas.<ref>[http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=10912 Profil KH Muhammad Thoha Ma'ruf]</ref>
 
== Referensi ==
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=10912-->
{{reflist}}
 
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Thoha Ma'ruf, Muhammad]]