Mangkunegara II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rintojiang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Rangga Suryo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Mangkunegara II''' adalah raja di [[Mangkunegaran]] yang melanjutkan tahta pendahulunya [[Pangeran Sambernyawa]].Pemerintahannya berlangsung selama lebih kurang 40 tahun (1796-1835).[[Mangkunegara II]] merupakan keturunan langsung dari [[Mangkunegara I]] sebab ayahnya '''Pangeran Hario Prabuwijaya''' adalah putra [[Mangkunegara I]].
{{rapikan}}
'''Mangkunegara II''' adalah raja di [[Mangkunegaran]] yang melanjutkan tahta pendahulunya [[Pangeran Sambernyawa]].Pemerintahannya berlangsung selama lebih kurang 40 tahun (1796-1835).[[Mangkunegara II]] merupakan keturunan langsung dari [[Mangkunegara I]] sebab ayahnya '''Pangeran Hario Prabuwijaya''' adalah putra [[Mangkunegara I]].
== Asal Usul Mangkunegara II ==
[[Mangkunegara II]] berasal dari keluarga [[Prabuwijaya]] yang lahir dari [[Ratu Alit]].Dalam diri [[Mangkunegara]] II mengalir darah [[Paku Buwono III]] dan [[Mangkunegara I]].
Tampil sebagai raja [[Mangkunegaran]] menggantikan kakeknya yang wafat tahun 1795.Tampilnya [[Mangkunegara II]] menggantikan [[Mangkunegara I]] merupakan catatan yang menarik berhubung suksesi di Istana [[Pangeran Sambernyawa]] berbeda dengan dua Kerajaan lainnya. Perbedaan ini segera tampak dalam sistem pergantian dan masa pemerintahannya.
 
[[Mangkunegara II]] berasal dari '''Dinasti''' pejuang yang kental sekali dengan warna kemiliteran sehingga dalam hal suksesi pergantian pimpinan Istana, selain telah dipersiapkan seorang calon juga mewarisi tradisi cita cita dari pendahulunya untuk diwujudkan dalam masa masa pemerintahan penerusnya. Tradisi dan adat Jawa yang tidak membedakan laki laki dan wanita dalam mengurus negara terbukti dengan keberadaan pasukan tempur wanita sejak perjuangan pendahulunya [[Pangeran Sambernyawa]].Dalam masa [[Mangkunegara II]] inipemerintahannya pula calon penerus sudah tampak dipersiapkan dan jalur wanita bukan persoalan yang menghambat.
 
== Pemerintahan Mangkunegara II ==
[[Mangkunegara II]] adalah sebutan untuk [[Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II]] Raja di Praja Mangkunegaran. Dalam penulisan sejarah sering hanya disebut dengan nama [[Mangkunegara II]] tetapi secara jelas tetap menunjukan sebagai yang dimaksud Raja Mangkunegaran.Semasa mudanya bernama [[RM.Sulomo]] kemudian dewasa bergelar [[Pangeran Surya Mataram]] dan [[Pangeran Surya Mangkubumi]].
[[Mangkunegara II]] lahir dari pasangan [[Ratu Alit]] dan [[Pangeran Hario Prabuwijaya]].Dari pihak ibu [[Mangkunegara II]] adalah cucu dari [[Paku buwono III]] sedang dari pihak ayahnya adalah cucu dari [[Mangkunegara I]] yang terkenal dengan gelar [[Pangeran Sambernyawa]]. [[Ratu Alit]] adalah putri [[Paku buwono III]] sedang [[Pangeran Hario Prabuwijaya]] adalah putra [[Mangkunegara I]]. Pemerintahan [[Mangkunegara II]] berlangsung dari tahun 1796 sampai 1835.
 
Nama [[Pangeran Surya Mataram]] sempat membuat panik Belanda disebabkan nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga kerajaan; [[Kasultanan-Kasunanan-Mangkunegaran]].Pergantian nama dan gelar [[Pangeran Surya Mataram]] menjadi [[Pangeran Surya Mangkubumi]] membuat peralihan dari kepanikan Belanda menjadi mengundang kemarahan Sultan [[Sultan Hamengku buwono I]]. Belanda perlu khawatir karena nama [[Pangeran Surya Mataram]] belum pernah ada waktu itu dan terasa betul unsur unsur keagungan nya yang bakal mengundang rasa curiga bagi pihak Keraton/Kerajaan yang lain.Rasa curiga bagi pihak lain mengundang ancaman perselisihan dan perang terbuka yang akan menyeret kembali [[Belanda]] kedalam peperangan.[[Belanda]] tidak ingin mengulang kembali keterlibatannya dalam perselisihan dan perang yang berlarut larut.Sultan [[Hamengku Buwono I]] mengajukan protes lewat patihnya karena nama [[Mangkubumi]] adalah nama untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram.
 
Pada masa [[Mangkunegara I]] penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama memuat sejumlah harapan dan cita cita yang dapat menjadi claim bagi hegemoni dan pelebaran kekuasaan.Pemerintahan [[Mangkunegara II]] sarat dengan percaturan kekuasaan dan [[Mangkunegaran]] cenderung aktif dan ekspansif keluar Istana.Pemerintahannya yang berakhir sampai 1835 mengindikasikan bahwa [[Mangkunegara II]] terampil dan lihay dalam memainkan peran Kerajaan berhadapan dengan kekuasaan Kolonial dan Kekuasaan dua Kerajaan yang lain di Jawa ini. [[Mangkunegaran]] telah berhasil membaca tanda tanda jaman.Tiga Serangkai Penguasa kelajutan Dinasti Mataram teruji oleh jaman dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi Kerajaannya.
 
== Perluasan wilayah kerajaan ==
 
Pada masaDalam pemerintahan [[Mangkunegara II]] daerah [[Mangkunegaran]] mengalami perluasan wilayah dari 4.000 cacah menjadi 5.500 cacah.Penambahan perluasan ini diperoleh semasa Raffless menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.Pada jaman Daendels sebelum Raffless kedudukan [[Mangkunegara]] sebagai Pangeran Miji ditingkatkan menjadi Pangeran pinisepuh/yang dituakan .Pada tahun 1808 [[Legiun Mangkunegaran]] dibentuk dan dibangun.Legiun ini berkekuatan 1.150 personil dan dipersenjatai untuk memperkuat kedudukan dan posisi Mangkunegaran.Pertambahan luas wilayah [[Mangkunegaran]] diikuti juga dengan penambahan jumlah personil Legiun menjadi 1.500 orang.Pembentukan dan pembangunan Legiun menggunakan dana upeti Belanda ke Mangkunegaran dan sebagai Komandan pertama adalah Mangkunegara II.Praja Mangkunegaran dalam tata praja terdiri dari daerah daerah yang meliputi; Daerah [[Malangjiwan]], Daerah [[Wonogiri]] dan Daerah [[Karanganyar]]. Masing masing daerah dipimpin oleh seorang Wedana Gunung.
 
Legiun Mangkunegaran mengangkat prestise Mangkunegaran ditingkat percaturan politik yang lebih mandiri.Kekuatan untuk memaksakan kehendak dalam politik bukan sekadar tanpa tindakan melainkan alat untuk memaksakan kehendak terhadap pihak lain sudah dipersiapkan.Pembangunan Korp [[Legiun Mangkunegaran]] dilengkapi dengan pendidikan kemiliteran yang disebut sebagai [[Sekolah Kadet]] Legiun Mangkunegaran.Komandan Legiun Mangkunegaran adalah Mangkunegara yang sedang bertahta dengan pangkat kemiliteran Kolonel. Dalam Korp Legiun ini terdapat Pasukan Infantri, Kavaleri dan Artileri. Dengan Legiun Mangkunegaran maka Praja Mangkunegaran menjadi satu satunya Istana dimana tradisi tradisi militer bangsawan Jawa tetap hidup meski berhadapan dengan kekuasaan kolonial. Dengan korp Militernya Mangkunegaran tampil aktif dan lebih terbuka terhadap ide ide baru.
Baris 27 ⟶ 26:
'''1. Situasi Kekuasaan Jawa Permulaan Tahun 1800 M'''
 
Pemerintahan [[Mangkunegara II]] mengalami kesuksesan dalam meredam konflik di Yogyakarta serta membentuk pemerintahan baru di Yogyakarta yakni Kadipaten Paku Alaman dengan wilayah yang diambil dari Kasultanan.Sebagai Adipati yang pertama di Kadipaten yang baru ini Pangeran [[Natakusuma]] diangkat sebagai [[Paku Alam I]] dengan gelar [[Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya]].Tanggal 13 Maret 1813 merupakan awal dan hari jadi Kadipaten.
 
Pada masa [[Mangkunegara II]], di Yogyakarta yang bertahta adalah [[Hamengku Buwono II]].Sultan Yogyakarta ke dua ini dalam pemerintahannya mengalami intrik dan rongrongan kekuasaan dari kerabat dan saudaranya sehingga jalannya pemerintahan Kasultanan mengalami pasang surut dan penuh dengan ketegangan dan muatan konflik yang berakibat melemahnya pemerintahan.Yogyakarta kurang siap dalam membaca perubahan abad yang menyangkut kekuatan asing/Eropa di Pulau Jawa yang berbeda dengan VOC-Belanda.Terhadap penguasa penguasa Jawa [[penampilan Belanda]] mampu memainkan peran sebagai kekuatan taklukan yang berkuasa.[[Belanda]] melayani penguasa penguasa Jawa sebagai suatu strategi tujuan untuk mendapatkan yang diinginkan.
 
Tahun 1807 [[Daendels]] datang ke Jawa dan membenahi admnistratif Jawa dan Nusantara dengan aturan aturan baru semacam protocular kepada penguasa penguasa setempat termasuk para raja di Jawa.[[Pabu Buwono IV]] dari Surakarta yang tadinya menolak cepat membaca situasi dan menerimanya.[[Mangkunegaran]] yang trampilterampil dan cepat membaca perubahan jaman dengan segera merespon dan menjalin kemitraan dengan pembentukan Angkatan Bersenjata Kerajaan. Yogyakarta agak terlambat dalam membaca perubahan sehingga menerima resiko kemerosotan Kerajaan.
 
'''2. Kekuatan Eropa di Jawa'''
Baris 41 ⟶ 40:
'''3. Intervensi Eropa di Jawa'''
 
'''Dalam dua periode Gubernur Jenderal ([[Daendels]] dan [[Raffles]])''', Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa [[Hamengku Buwono II]] turun tahta.Di bulan Desember tahun 1810 [[Daendels]] dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta.Daendels menurunkan [[Hamengku Buwono II]] kemudian mengangkat putera Mahkota Yogyakarta sebagai [[Hamengku Buwono III]] dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan.Pada bulan Juli 1812 gantian Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta.Dalam waktu yang bersamaan Tentara Gurkha-Sepehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris karena beredar desas desus bahwa mereka akan dijual ke [[Belanda]] dan ditinggalkan [[Inggris]] sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan menekan Yogyakarta maka Raffles mengkontak [[Pangeran Prangwadana]] dari [[Mangkunegaran]] untuk mengerahkan [[Legiun Mangkunegaran]] memback up [[pasukan [[Natakusuma]].
 
'''Kekuatan Eropa''' yang datang ke [[Jawa]] adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk memaksa karena dilengkapi dengan pasukan tempur yang sangat memadai.Terhadap yang mementang maka kekuatan ini tidak segan segan untuk bertindak keras bahkan kalau perlu membubarkan kekuasaan dan penguasa tradisional di [[Jawa]].Korban pertama dengan datangnya [[Daendels]] ke [[Jawa]] adalah [[Banten]]. Oleh [[Daendels]] Kasultanan [[Banten]] dibubarkan.
 
'''4. Destabilisasi Kraton Yogyakarta'''
 
Pada masa [[Raffles]] memerintah [[Jawa]] menggantikan [[Janssens]], Kasultanan [[Yogyakarta]] terancam dibubarkan.Campur tangan [[Mangkunegaran]] dengan [[Legiun Mangkunegaran]] berhasil '''mencegah pembubaran Kasultanan''' dengan penyelesaian berdirinya Kadipaten [[Paku Alaman]]. Solusi berdirinya Kadipaten di [[Yogyakarta]] ini adalah '''kompromi''' untuk mencegah munculnya satu kerajaan dengan dua penguasa.
 
Kompromi adalah solusi yang tepat karena tidak ada ketepatan untuk menyingkirkan [[Hamengku Buwono III]] dan menggantinya dengan [[Pangeran Natakusuma]] dan juga tidak ada ketepatan mempertahankan [[Hamengku Buwono III]] dengan menyingkirkan [[Pangeran Natakusuma]]. Contoh dari masa lalu yang berhasil untuk meredakan konflik yang berlarut adalah pembagian kekuasaan. 17 Maret 1813 Yogyakarta dibelah menjadi dua kekuasaan. Bersamaan dengan pembelahan itu (masih jaman [[Raffles]] [[Mangkunegaran]] mendapat tambahan wilayah masuk dalam kekuasaannya.
Baris 57 ⟶ 56:
 
Sultan yang masih belia ini masa pemerintahannya sangat pendek karena 6 Desember 1822 meninggal dunia saat usia nya 18 tahun.
 
== Referensi ==