Pasang Surut Dinasti Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ini artikel tentang apa sih? non-ensiklopedis?
Rangga Suryo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Pasang surut dinasti Mataran''' adalah benang merah yang mencermati gejolak antar waris tahta terutama pada perebutan tahta III yang pada akhirnya melahirkan dinasti dinasti yang baru sebagai kelanjutan dari dinasti Mataram.Tampilnya dinasti baru sebagai kelanjutan dengan para cikal bakal mencatatkan sejarah tersendiri sebagai suatu strategi bangsa Indonesia di wilayah jawa menghadapi hegemoni kekuasaan Belanda sekaligus benteng budaya dengan corak dasar sama (Jawa) tetapi mengembangkan dengan gaya/style berbeda.
{{paragraf pembuka}}
 
'''Solo''' adalah tempat atau ibukota Kraton [[Mataram]] sedangkan Giyanti, Salatiga dan Magelang adalah tempat yang menyisakan catatan catatan sejarah Mataram. Perhelatan kekuasaan '''Mataram''' meninggalkan jejak jejak nya di tempat tempat termasud; Solo, Giyanti (Sragen), Salatiga dan Magelang.
 
Baris 124 ⟶ 125:
 
Konflik yang semakin panas dan tegang sudah dapat ditengarai tradisi Mataram yang lama bakal muncul kembali.Tradisi yang menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan bersenjata adalah cara klasik yang kembali dipergunakan untuk mengakhiri suatu konflik sampai seorang yang menang mengungguli dan mengatasi yang lain.
 
Tahun 1825-1830 di Jawa pecah perang yang kemudian diselesaikan di Magelang.Sehabis perang yang telah memakan korban dan harta benda yang relatif besarwilayah kerajaan di jawa mengalami penyempitan dan Belanda mengontrol secara ketat sampai datangnya Jepang yang menghapus keberadaan Belanda di Nusantara ini.Asia untuk Asia.Itulah yargon dan semboyan yang diekspos pada masa itu.