Sentimen anti-Malaysia di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
<!--Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada [[8 Desember]] [[1962]]. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan [[Inggris]]. dengan bantuan pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.-->
 
Sebenarnya [[Filipina]] dan [[Indonesia]] secara resmi menyetujui untuk menerima pembentukan [[Federasi Malaysia]] apabila mayoritas di daerah tersebut dilakukan melalui pemilihan dalam sebuah [[referendum]] pilihan rakyat yang akan diorganisasi oleh [[PBB]] sebagaimana keputusan [[Dewan Keamanan PBB]] akan tetapi pada [[16 September]] [[1963]] secara sepihak sebelum hasil dari pemilihan rakyat dilaporkan oleh pihak pendukung [[Federasi Malaysia]] yang terdiri dari kalangan elit menganggap bahwa masalah pilihan rakyat [[Malaya]], [[Sarawak]] dan [[Sabah]] dan pilihan pembentukan federasi termasuk didalamnya [[Sarawak]] dan [[Sabah]] ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur rakyat setempat atau orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai pelanggaran perjanjian internasional konsep '''THE MACAPAGAL PLAN''' antara lain melalui perjanjian {{ke wikisource|Manila Accord}} tanggal [[31 Juli]] [[1963]], {{ke wikisource|Manila Declaration}} tanggal [[3 Agustus]] [[1963]], {{ke wikisource|Joint Statement}} tanggal [[5 Agustus]] [[1963]]<ref>[http://untreaty.un.org/unts/1_60000/16/16/00030780.pdf United Nations — Treaty No. 8029 PHILIPPINES, FEDERATION OF MALAYA and INDONESIA (31 JULY 1963)]</ref> mengenai {{ke wikisource|Resolusi Majelis Umum PBB 1514|dekolonialisasi}} yang harus mengikut sertakan rakyat mengikut sertakan rakyat [[Sarawak]] dan [[Sabah]] secara keseluruhan dalam proses {{ke wikisource|Resolusi Majelis Umum PBB 1514|dekolonialisasi}} akan tetapi Inggris tetap ingin melakukan kolonialisasi terselubung terhadap wilayah [[Sarawak]] dan [[Sabah]] melalui rencana pembentukan [[Federasi Malaysia]] terbukti dengan adanya perjanjian antara Inggris dengan Federasi MalasyiaMalaya atau disebut pula sebagai Persekutuan Tanah Melayu dalam hal hak memakai basis militer di Sembawang,({{coord|01|28|0|N|103|50|0|E|}})<ref name="am001"/> dan kemudian ditambah lagi dengan adanya demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung [[KBRI]] dengan merobek-robek foto Soekarno serta membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan [[Tunku Abdul Rahman]] Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak lambang negara Garuda Pancasila melihat hal ini makin menimbulkan kemarahan Soekarno dan rakyat Indonesia terhadap pembentukan [[Federasi Malaysia]] yang dianggap sebagai tidak mewakili kepentingan rakyat setempat.<ref>{{Cite journal| last = van der Kroef| first = Justus M. | authorlink = | coauthors = | title = Indonesia, Malaya, and the North Borneo Crisis| journal = Asian Survey| volume = 3| issue =4| pages = 173-181| publisher = University of California Press| location = | date = Apr., 1963| url = http://www.jstor.org/stable/3023585| issn = | doi = | id = | accessdate = }}</ref> berujung pada pembentukan [[Dwi Komando Rakyat]] disingkat sebagai '''Dwikora''' berisi: 1) Perhebat Pertahanan Revolusi Indonesia, dan 2) Bantu perjuangan revolusioner ''rakyat-rakyat'' [[Malaya]], [[Singapura]], [[Sabah]], [[Serawak]], dan [[Brunei]] memerdekakan diri dan membubarkan Negara Malaysia.
 
Walaupun status wilayah [[Sarawak]] dan [[Sabah]] sampai sekarang masih tercatat pada daftar [[Dewan Keamanan PBB]] masih sebagai wilayah yang belum tuntas melakukan [[:en:United Nations list of Non-Self-Governing Territories|dekokonial]]