A. Haga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 7:
Tanggal [[8 Maret]] [[1942]] setelah mendengar [[kapitulasi]] Hindia Belanda tak bersyarat kepada Jepang, mereka mengirim utusan ke Banjarmasin untuk menyerahkan diri dan dikepalai Kapten van Epen yang menggunakan kapal Ellen dengan memasang bendera putih. Tanggal [[17 Maret]] 1942 orang Jepang membawa [[Kapten van Epen]] ke Puruk Cahu untuk melucuti dan penyerahan diri yang terjadi dua kali. Pertama penyerahan diri pihak militer, yang berikutnya penyerahan diri pihak pemerintah sipil Hindia Belanda. Selanjutnya mereka dimasukan dalam barak [[Benteng Tatas]]. Dalam tawanan tersebut dr. Haga sempat membuat rencana-rencana pemulihan kembali kekuasan Belanda di [[Kalimantan Selatan]], jika perang telah berakhir. Dalam bulan [[Mei]] [[1943]], Jepang menangkapi sejumlah orang (termasuk anggota [[Organisasi Penyokong Tawanan]]}, yang dianggap tersangkut rencana tersebut, lebih dari [[200]] orang tangkapan ini mati dibunuh dan hampir semua pegawai Pemerintah Hindia Belanda dalam kasus tersebut dijatuhi hukuman mati.<ref name="sejarah tematis"/>
 
MantanPemerintah pendudukan Jepang menduga persekongkolan Haga telah menyebar ke wilayah Kalimantan lainnya, sehingga memicu terjadinya [[Peristiwa Mandor]]. Di Banjarmasin mantan gubernur Haga tertangkap dan dipenggal lehernya di tiang gantungan.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=fpi9macZcn8C&lpg=PA157&dq=haga%20borneo&pg=PA73#v=onepage&q=haga%20borneo&f=true {{id}} Syafaruddin Usman dan Isnawita Din, Peristiwa Mandor Berdarah, Media Pressindo, 2009, ISBN 9797881091, 9789797881092]</ref>
 
==Catatan kaki==
{{reflist}}