Jamiat Kheir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
=== <big>Pan Islamisme</big><br /> ===
 
Keberadaan Jamiatul Kheir tentu saja membuat Belanda geram. Dengan terang-terangan orientalis Belanda, Snouck Horgronye, menurut Mr Hamid Algadri, meminta agar pemerintah waspada terhadap Ali bin Ahmad Shahab, yang dituduh sebagai salah satu tokoh penggeraknya. Sedangkan, menurut Solichin Salam, karena tulisan-tulisannya di berbagai surat kabar dan hubungannya dengan Konsul Turki dan Jepang di Jakarta, dia pun dicurigai dan dituduh terlibat dalam pemberontakan melawan Belanda. Alhasil, ia sering diinterogasi dan ditahan. Itulah sebabnya pemerintah kolonial bertindak dan mengadakan konspirasi, sehingga seluruh harta bendanya berupa tanah maupun gedung di daerah Jakarta (seperti di kawasan Imam Bonjol, Menteng sampai Setiabudi dan Kebon Melati seluas dua ribu hektare) diambil dengan dijual paksa melalui kasirnya seorang Armenia, yang menjadi kaki tangan Belanda.<br />
 
Robert van Niel dalam The Emergence of the Modern Indonesian Elite berpendapat bahwa Jamiatul Kheir adalah organisasi politik yang berjubah pendidikan dan sosial keagamaan. Dan banyak anggota Syarikat Islam pada saat itu menjadi anggotanya. Dalam hubungannya untuk mengadakan pembaruan dan reformasi terutama dalam bidang pendidikan. Ali Ahmad Shahab telah memasukkan guru-guru modernis pengikut Sayid Jamaluddin Al-Afghani ke Indonesia. Di antaranya Al Hasyimi yang didatangkan dari Tunisia, Sheikh Ahmad Syurkati dari Sudan. Pendiri Jamiatul Kheir yang meninggal di Jakarta Juli 1945 itu boleh dikata berhasil dalam mendidik putra-putrinya. Seperti Muhammad Anis menjadi redaktur suratkabar berbahasa Arab Hadramaut di Surabaya; M Dyza Shahab, Kepala Jamiat Kheir (1936-1945), wartawan Ar-Rafik di Timur Tengah (1947), Kepala Bagian Kebudayaan Rabitah Alam Islami (Kongres Islam Sedunia) di Makkah dan Bersama KH Abdullah bin Nuh, pengarang Masuknya Islam di Indonesia. adiknya, M. Asad Shahab, pada masa revolusi mendirikan Arabian Pers Board dan menyiarkan berita-berita terevolusi Indonesia di Timur Tengah. Putranya AH Shahab menjadi kolumnis di berbagai media di Tanah Air dan Timur Tengah.<br />
 
 
 
Sumber: Nostalgia Republika, Ahad 5 September 2010<br />
 
Disunting oleh Lina Adlina Sahabudin. Disunting sesuai aslinya.