Tragedi kepemilikan bersama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-terkadang +kadang-kadang) |
k Memperbaiki penulisan dan format |
||
Baris 1:
{{paragrafpembuka|date=2010}}
Tragedi
Tragedi
Pandangan yang menyebabkan terjadinya
== Hubungan dengan Polusi ==
Pembuangan limbah ke [[air]] seperti [[kimia]], [[radioaktif]], sampah rumah tangga, dan ke udara seperti sisa pembakaran, [[aerosol]], dan lain-lain dapat menyebabkan [[polusi]] pada lingkungan<ref name="d"/>. Manusia berpikir bahwa limbah yang mereka buang hanya sedikit dibandingkan luas alam yang mereka tempati dan nantinya limbah tersebut akan hilang dengan sendirinya<ref name="d"/>. Pemikiran semacam ini akan menyebabkan penumpukan limbah yang akan menyebabkan polusi<ref name="d"/>.
Polusi akan menyebabkan kerugian pada populasi.
== Kesimpulan ==
Menurut Hardin (1982), ada lima kesimpulan mengenai Tragedi
▲1. Tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan pendekatan teknis tetapi kadang-kadang membutuhkan suatu penyelesaian non teknis. Misalnya perebutan pemanfaatan ruang [[pesisir]] antara berbagai instansi, masyarakat dan stakeholder lainnya, dapat diselesaikan dengan [[konsep]] non teknis pengelolaan terpadu.
▲2. Tragedy of The Common dapat terjadi di[[lautan]], apabila setiap orang menganggap bahwa [[laut]] adalah milik bersama. Dan secara beramai-ramai meningkatkan kapasitas dan kemampuan [[alat]] tangkapnya untuk meningkatkan hasil produksinya, dimana setiap orang beranggapan bahwa sumber daya [[ikan]] adalah tetap ada dan tersedia.
▲3. Tragedy of The Common dapat juga terjadi pada permasalahan [[polusi]]. Dengan menganggap bahwa laut dan pesisir adalah milik bersama dan menjadikannya seperti keranjang [[sampah]], dimana setiap orang bebas membuang [[limbah]] dan sampahnya tanpa memperdulikan akan akibat polusi yang akan diterima.
▲4. Tragedy of The Common dapat diselesaikan dengan menggunakan moralitas dan [[hati nurani]], dikala perdebatan menemui jalan buntu maka akan dikembalikan kepada kesadaran pribadi. Seseorang yang tidak bisa menggunakan hati nuraninya dianggap sebagai seseorang yang memiliki [[penyakit jiwa]].
▲5. Kebebasan yang tidak bertanggungjawab hanyalah mendatangkan [[penderitaan]] dan kesengsaraan. Awalnya memang masih dianggap baik, tetapi dikala jumlah [[populasi]] [[penduduk]] meningkat, maka permasalahannya akan segera muncul.
▲6. Terkadang untuk menghindari tragedi pada barang kepemilikan umum harus ditempuh dengan cara pemaksaan seperti pembuatan [[peraturan]] tentang larangan-larangan, [[pajak]] dan aturan-aturan non formal yang disepakati bersama oleh unsur [[masyarakat]] dan pemangku kepentingan lainnya.
== Referensi ==
|