Cantik Itu Luka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Uswatunww (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Uswatunww (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Gambar:Cantikituluka.jpg|right|''Cantik itu Luka'' versi Gramedia Pustaka Utama, 2004, desain oleh Rully Susanto]]
'''Cantik itu Luka''' (''Novel'')
 
Baris 12:
 
==Review==
[[Gambar:Cantikituluka2.jpg|right|''Cantik itu Luka'' versi Akademi Kebudayaan Yogyakarta, 2002, desain oleh Siti Soendari]]
* "Inilah sebuah novel berkelas dunia! Membaca novel karya pengarang [[Indonesia]] kelahiran [[1975]] dan alumnus [[Filsafat]] [[UGM]] ini, kita akan merasakan kenikmatan yang sama dengan nikmatnya membaca novel-novel kanon dalam kesusastraan [[Eropa]] dan [[Amerika Latin]]. Kecakapan Eka mengisahkan kejatuhan sebuah keluarga incest dengan titik pusat pengisahan pada tokoh Dewi Ayu (lahir dari ayah [[Belanda]] dan ibu Nyai) dalam gaya berkisah yang dengan enteng mencampuradukkan realisme dan surealisme, mengawinkan kepercayaan-kepercayaan lokal dengan silogisme filsafat yang membobol semua tabu, dan memberikan hormat yang sama pada realitas sejarah dan mitos, merupakan pencapaian luar biasa mengingat novel ini merupakan novel pertamanya. Di akhir masa kolonial sebuah Suratan yang aneh memaksa Dewi Ayu, seorang perempuan elok, memasuki kehidupan yang tak pernah dia bayangkan: menjadi pelacur. Kehidupan sebagai pelacur terus dijalaninya sampai ia memiliki tiga anak gadis yang cantik. Ketika ia mengandung anaknya keempat ia berharap anaknya buruk rupa. Itulah yang terjadi. Si buruk rupa itu ia beri nama si Cantik. Sebagaimana layaknya novel-novel kuat, tokoh-tokoh dalam novel ini perkembangan karakter dan fase hidupnya dikawal dengan teliti dari awal hingga akhir sehingga kemungkinan terjadinya desepsi dan akronisme peluangnya tertutup sama sekali." (HORISON, edisi Maret 2003)
* "Perihal berbagai gaya dan bentuk yang diaduk jadi satu ini, CIL memang sebuah penataan berbagai capaian sastra yang pernah ada. Seluruh referensi yang ada dalam bagasi penulisnya, hadir bercampur aduk membentuk mozaik konstruksi linguistik yang dinamis." (Alex Supartono, [[Kompas]], 30/11/2003)