Bumi Manusia (novel): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 86:
''Bumi Manusia'' dengan tokoh utamanya [[Nyai Ontosoroh]] akan dipentaskan dalam bentuk teater pada bulan Desember 2006 di 12 kota secara serentak (Padang, Lampung, Bandung, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya, Denpasar, Mataram, Makassar, Kendari, Pontianak). Naskah adaptasi ditulis oleh [[Faiza Mardzoeki]] dan akan disesuaikan dengan budaya lokal di kota-kota tersebut. Khusus untuk pementasan di Jakarta akan dilakukan pada bulan April 2007 dengan sutradara [[Ken Zuraida]].
 
Pementasan [[Nyai Ontosoroh]] ini sekaligus merupakan satu ajang berkesenian untuk memperingati perayaan [[Hari Hak Asasi Manusia[[]] dan [[Hari Perempuan Indonesia]] yang kedua-duanya jatuh pada bulan Desember. [[Gerakan Perempuan]] dan [[HAM]] merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sejarah perjuangan di mana pun termasuk di Indonesia. Di sinilah [[Perguruan Rakyat Merdeka]] percaya bahwa pementasan ini meruapakan salah satu cara untuk memperingati sekaligus melakukan penyadaran lewat dunia teater tentang pentingnya penghargaan terhadap [[HAM]] di Indonesia.
 
[[Nyai Ontosoroh]] adalah figur yang mempunyai pendirian kuat, ulet dan pantang menyerah dalam berjuang, rasional dan mempunyai visi kebangsaan. [[Nyai Ontosoroh]] adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan, terhadap harga diri sebuah bangsa. Yang cukup menonjol pada naskah N[[yai Ontosoroh]] adalah proses pembangunan karakter berdaulat yang mampu menghadapi dan melawan kekuasaan dengan tanpa mencabik-cabik integritas perorangan maupun kelas. Apalagi proses pembangunan karakter tersebut dikenakan pada konteks sejarah penjajahan, yang masih relevan dalam kajian sosial-budaya masa kini sekalipun.