Marsinah, Cry Justice: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
perbaikan kecil
Baris 1:
{{untuk|tokoh dan buruh aktivis Indonesia yang meninggal tahun 1993|Marsinah}}
{{Infobox Movie |
movie_name = Marsinah |
Baris 13 ⟶ 14:
release_date = [[3 April]] [[2002]]|
runtime = 115 menit |
country = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]|
movie_language = [[Bahasa Indonesia]]|
budget = [[Rupiah|Rp]] 4 milyar (perk.) |
}}
 
'''''Marsinah: Cry Justice''''' adalah sebuah [[film drama]] [[film kisah nyata|kisah nyata]] tahun [[2001]] yang diproduksi oleh PT [[Gedam Sinemuda Perkasa]], disutradarai oleh [[Slamet Rahardjo Djarot]]. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang [[Marsinah]], seorang [[aktivis]] dan [[buruh]] di sebuah perusahaan [[jam tangan]] di [[Sidoarjo]] yang hilang diculik dan ditemukan tewas pada [[8 Mei]] [[1993]] setelah aksi unjuk rasa tegang antara buruh [[PT]]. [[Catur Surya Putra]] dengan pihak [[manajemen]] pabrik yang melibatkan anggota [[polisi]] dan [[militer]] Indonesia.
 
Pemutaran perdana filim ''Marsinah (Cry Justice)'' diselenggarakan di gedung [[Pusat Perfilman Usmar Ismail]], [[Jakarta]], pada [[3 April]] [[2002]]. Mulai ditayangkan di bioskop tanggal [[18 April]] [[2002]]
Skenarionya ditulis oleh Agung Bawantara, [[Eros Djarot]], Karsono Hadi dan Slamet Rahardjo. Eksekutif produser: [[T.B. Maulana Husni]], Direktur fotografi: [[Yudi Datau]], penata artistik: [[Berthy Ibrahim Lindya]], penata suara-editor: [[Tri Rahardjo]], dan penata musik: [[Djaduk Ferianto]].
 
Film berbiaya sekitar Rp 4. milyar ini sempat menimbulkan kontroversi. Salah satu penyebabnya adalah munculnya permintaan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi [[Jacob Nuwa Wea]] yang meminta pemutaran film itu ditunda. Produser film ini juga disomasi oleh mantan Kepala Seksi (Kasi) Intel Kodim 0816/Sidoarjo Kapten (Inf) Sugeng dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik.
 
Proses pascaproduksi, mulai mixing, penataan audio, hingga pemrosesan film dikerjakan di Bangkok, Thailand.
 
Pemutaran perdana filim Marsinah (Cry Justice) diselenggarakan di gedung [[Pusat Perfilman Usmar Ismail]], Jakarta, pada [[3 April]] [[2002]]. Mulai ditayangkan di bioskop tanggal [[18 April]] [[2002]]
 
== Sinopsis ==
{{Spoiler}}
DibukaFilm dibuka dengan adegan unjuk rasa buruh [[PT]]. [[Catur Putra Surya]] (CPS), film bergulir dengan adegan penangkapan para buruh dan petinggi PT CPS oleh sejumlah oknum berbaju preman, diselang-seling adegan hitam putih yang menceritakan kilas balik saat Marsinah bersama rekan-rekannya menggerakkan buruh untuk meminta hak mereka.
Film berdurasi dua jam yang disutradarai Slamet Rahardjo Djarot itu menggunakan cara bertutur kronologis lengkap dengan tanggal dan tempat kejadian, tak ubahnya seperti film dokumenter.
 
Tokoh Marsinah diperankan Megarita, seorang mahasiswa [[Institut Kesenian Jakarta]] sedangkan Mutiari diperankan oleh Diah Arum. Keduanya cukup berhasil menghadirkan adegan-adegan yang bersifat natural dalam film yang berdurasi satu jam 55 menit itu sehingga ciri khas film ini yang kuat dengan nilai ''true story'' kian mengental.
 
Dibuka dengan adegan unjuk rasa buruh PT. Catur Putra Surya (CPS), film bergulir dengan adegan penangkapan para buruh dan petinggi PT CPS oleh sejumlah oknum berbaju preman, diselang-seling adegan hitam putih yang menceritakan kilas balik saat Marsinah bersama rekan-rekannya menggerakkan buruh untuk meminta hak mereka.
 
Seperti yang biasa terjadi di rezim [[Orde Baru]] dulu, setiap orang yang diciduk oleh [[oknum]] aparat militer kerap mengalami siksaan. Tiga belas orang buruh yang ditangkap, semuanya dituduh [[PKI]], sebuah stigma yang biasa diberikan masa Orde Baru dulu untuk orang-orang yang mengikuti aksi demonstrasi yang dianggap bisa mengganggu stabilitas keamanan nasional.
Baris 49 ⟶ 41:
Sisa film dipenuhi dengan adegan pengadilan Mutiari dan rekan-rekannya yang divonis bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo, sampai mereka mengajukan banding dan kasasi ke MA yang membebaskan mereka karena tidak cukup bukti. Sementara pembunuh Marsinah yang sebenarnya tak pernah terungkap. Film diakhiri dengan adegan adik Marsinah, Marsini, yang menangis sambil menatap tumpukan majalah dan koran yang dipenuhi berita Marsinah mempertanyakan siapakah yang sebenarnya membunuh kakak kandungnya.
 
== Penghargaan Pemeran==
* [[Megarita]] sebagai [[Marsinah]]
* [[Diah Arum]] sebagai [[Mutiari]]
* [[Liem Ardianto Lesmana]] sebagai [[Yudi Susanto]]
* [[Djoko Ali]] sebagai [[Yudi Astono]]
* [[Suparno]] sebagai [[Suprapto]]
* [[Pritt Timothy]] sebagai [[Soewono]]
* [[Handoko Suryawijaya]] sebagai [[Bambang Wuryantoyo]]
* [[Kemal Rudianto]] sebagai [[Karyono Wongso]] (Ayib)
* [[Djoko Ari Purnomo]] sebagai [[Widayat]]
* [[Marwito]] sebagai [[A.S. Prayogi]]
 
==Catatan produksi==
Skenarionya[[Skenario]] film ini ditulis oleh [[Agung Bawantara]], [[Eros Djarot]], [[Karsono Hadi]] dan [[Slamet Rahardjo]]. Eksekutif produser: [[T.B. Maulana Husni]], Direktur fotografi: [[Yudi Datau]], penata artistik: [[Berthy Ibrahim Lindya]], penata suara-editor: [[Tri Rahardjo]], dan penata musik: [[Djaduk Ferianto]].
 
Film berbiaya sekitar Rp 4. milyar ini sempat menimbulkan kontroversi. Salah satu penyebabnya adalah munculnya permintaan [[Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi]] [[Jacob Nuwa Wea]] yang meminta pemutaran film itu ditunda. Produser film ini juga disomasi oleh mantan Kepala Seksi (Kasi) Intel Kodim 0816/Sidoarjo Kapten (Inf) Sugeng dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik.
 
Proses pascaproduksi, mulai mixing, hingga pemrosesan film dikerjakan di [[Interpratama Studio Lab]] di [[Jakarta]] dan ''[[Cinecolor Lab]] di [[Bangkok]], [[Thailand]]. Proses penataan audio dikerjakan di ''[[Cinecolor Digital Studio]]'' di Bangkok.
 
Film berdurasi dua jam yang disutradarai Slamet Rahardjo Djarot itu menggunakan cara bertutur kronologis lengkap dengan tanggal dan tempat kejadian, tak ubahnya seperti [[film dokumenter]].
 
Tokoh Marsinah diperankan [[Megarita]], seorang [[mahasiswa]] [[Institut Kesenian Jakarta]] sedangkan [[Mutiari]] diperankan oleh [[Diah Arum]]. Keduanya cukup berhasil menghadirkan adegan-adegan yang bersifat natural dalam film yang berdurasi satu jam 55 menit itu sehingga ciri khas film ini yang kuat dengan nilai ''truekisah storynyata'' kian mengental.
 
== Nominasi dan penghargaan==
Film ini masuk nominasi [[Festival Film Indonesia 2004]] dalam tujuh kategori:
* [[Film Terbaik (FFI)|Film Terbaik]]
Baris 59 ⟶ 74:
* [[Penata Artistik Terbaik (FFI)|Penata Artistik Terbaik]] (Berthy Lindia Ibrahim)
 
HanyaDari ketujuh nominasi tersebut, [[Berthy Lindia Ibrahim]] yangmeraih akhirnyapenghargaan berhasiluntuk meraih[[penata penghargaanartistik]] terbaik.
 
== Pranala luar ==
Baris 71 ⟶ 86:
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2001]]
[[Kategori:Film berdasarkan kisah nyata]]
[[Kategori:Film drama Indonesia]]
[[Kategori:Film dicekal Indonesia]]