'''Emmanuel Levinas''' adalah seorang [[filsuf]] [[Perancis]] kontemporer.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Audi">{{en}}Adriaan T. Peperzak. 1999. "Levinas, Emmanuel". In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 498. London: Cambridge University Press.</ref> [[Filsafat]] Levinas merupakan perpaduan unik antara tradisi [[agama Yahudi]], tradisi [[Filsafat Barat]], dan pendekatan [[fenomenologis]].<ref name="Bertens">K. Bertens. 2006. ''Filsafat Barat Kontemporer Prancis''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 309-328.</ref> Levinas lahir di Kaunas, Lithuania, pada tahun 1906.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Audi"></ref> Ia merupakan seorang keturunan [[Yahudi]].<ref name="Bertens"></ref><ref name="Audi"></ref> Pada tahun 1923, ia mendaftarkan diri untuk belajar di [[Universitas Strasbourg]] di Perancis.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Audi"></ref> Tahun 1930 ia memperoleh kewarganegaraan Perancis.<ref name="Bertens"></ref>
Levinas pernah menjadi anggota tentara Perancis pada masa [[Perang Dunia II]] dan sempat ditangkap oleh [[NAZI]].<ref name="Bertens"></ref> Karena ia seorang keturunan Yahudi, ia dimasukkan ke dalam [[kamp konsentrasi]].<ref name="Bertens"></ref> Pengalaman selama ia dipenjara dan melihat pembantaian orang-orang Yahudi mempengaruhi filsafat Levinas di kemudian hari.<ref name="Bertens"></ref> Setelah Perang Dunia II usai, Levinas bekerja sebagai dosen filsafat di beberapa universitas di Perancis dan menulis berbagai buku.<ref name="Bertens"></ref> Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 1995.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Audi"></ref>
Pemikiran Levinas yang amat terkenal adalah tentang hubungan antar-manusia, yang terdapat dalam karya yang berjudul "Totalitas dan Tak Berhingga: Esai tentang Eksterioritas".<ref name="Bertens"></ref> Yang dimaksud sebagai totalitas oleh Levinas adalah bagaimana tradisi filsafat Barat sejak [[Descartes]] menempatkan pribadi manusia sebagai individu yang total.<ref name="Bertens"></ref> Jadi, manusia sebagai individu berperan sebagai subyek yang terpisah dari segala obyek lain di luar dirinya, baik itu manusia lain, makhluk lain, atau benda-benda lain.<ref name="Bertens"></ref> Kemudian Levinas berkata bahwa totalitas itu dihancurkan oleh "yang tak berhingga".<ref name="Bertens"></ref> "Yang tak berhingga" itu adalah realitas di luar diri manusia yang tidak dapat dikuasai oleh totalitas individu.<ref name="Bertens"></ref>
Menurut Levinas, "yang tak berhingga" itu adalah sesama manusia yang tadinya berperan sebagai orang asing bagi individu.<ref name="Bertens"></ref> Di sinilah, totalitas individu menjadi hancur karena setiap individu harus berhubungan dengan sesamanya manusia.<ref name="Bertens"></ref> Karena itu, manusia memiliki kewajiban etis terhadap sesama manusia lain, dan kewajiban itu bersifat asimetris.<ref name="Bertens"></ref> Asimetris yang dimaksud adalah bahwa apa yang saya berikan kepada orang lain tidak boleh saya minta balasannya.<ref name="Bertens"></ref> Dengan demikian, Levinas menginginkan hubungan antar-manusia yang saling memberi diri tanpa mengharapkan balasan.<ref name="Bertens"></ref>