Ulos: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
Salah satu jenis kain adati yang menjadi perhatian Wastraprema ialah tenunan ulos. Di tahun 2003, Wastraprema memberikan kesempatan kepada ‘Martaulos’ untuk menyelenggarakan pameran di Museum Tekstil. Persis pada saat peringatan hari jadi Wastaprema dan Museum Tekstil tentunya. Momen ini pun dimanfaatkan Wastraprema untuk memperkenalkan ulos kepada masyarakat luas. Pameran ini berlangsung tiga minggu. Yang dipamerkan adalah kain ulos dari seluruh sub-etnis Batak, Sumatera Utara.
Namun demikian saat ini koleksi ulos adalah yang paling sedikit jumlahnya dibandingkan dengan jenis kain tradisional lainnya yang ada di Museum Tekstil. Dari Batak Mandailing ada ulos Sadum dan Abit Godang. Milik Batak Karo ada ulos Jungkit. Dari Batak Simalungun ada ulos Ragi Santik. Motif dari Batak Dairi ada ulos Polang-polang dan Gobar. Dari Batak Toba ada ulos Ragi Hotang dan Ragi Idup. “Koleksi ulos Batak sangat sedikit di museum ini. Ulos Batak yang paling minim koleksinya,” ujar Kepala Museum Tekstil Indonesia, Dra. Dyah Damayanti MM saat menerima Hotman J Lumban Gaol.
*
:Baris isi
Mangulosi ’Kegenitan Budaya’
Zaman dahulu, ulos hanya kain tenun, pakaian sehari-hari masyarakat Batak kuno, dipakai untuk melindungi badan dari kedinginan. Kata ”ulos” ditimba dari pengalaman seorang ibu dan anak yang berjuang menundukkan kedinginan alam Batak yang terkenal amat dingin.
|