Kerusuhan Nika: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1:
'''Kerusuhan Nika''' ([[bahasa Yunani|Yunani]]: Στάση του Νίκα), atau '''Pemberontakan Nika''' terjadi selama seminggu di [[Konstantinopel]] pada tahun 532 M. Kerusuhan ini adalah yang terbesar selama sejarah Konstantinopel, dengan hampir 50% kota dibakar atau dirusak, dan puluhan ribu orang tewas.
== Latar belakang ==
Baris 12 ⟶ 10:
==Kerusuhan==
Pada tanggal 13 Januari 532, massa yang tegang dan marah tiba di [[Hippodrome]] untuk menyaksikan pertandingan. Hippodrome sendiri terletak di sebelah kompleks istana, memungkinkan Justinianus untuk menonton pertandingan di balik perlindungan di istana. Dari awal pertandingan, massa telah meneriakan cemoohan-cemoohan kepada Justinian. Pada sore hari, saat pertandingan ke-22, seruan massa telah berganti dari “Biru” atau “Hijau”, bersatu menjadi Nίκα (“Nika”, berarti “Menang!” atau “Taklukkan!”), dan massa mula menjebol gerbang istana dan menyerbu ke dalam. Selama lima hari ke depan, istana berada dalam pengepungan semu. Api yang dimulai saat kerusuhan menyebabkan kerusakan di sebagian besar kota, termasuk gereja pusat kota, [[Hagia Sophia]] (yang kemudian dibangun lagi oleh Justinian).
Beberapa kalangan [[Senat|Senator]] melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menggulingkan Justinian, mengingat bahwa mereka juga menentang tarif pajak baru yang ditetapkan pemerintah dan kurangnya dukungan dari kalangan aristokrat. Para perusuh, yang sekarang bersenjata dan mungkin sudah dikendalikan oleh sekutu mereka di Senat, juga menuntut Justinianus untuk memecat gubernur [[Yohanes dari Kapadokia]], yang bertanggung jawab atas pemungutan pajak, dan [[‘’quaestor’’]] [[Tribonian]] yang bertanggung jawab atas pencatatan [[undang-undang]]. Para perusuh kemudian mengangkat kaisar baru, [[Hipatius]], yang merupakan kemenakan dari kaisar sebelumnya, [[Anastasius I]].
Justinianus, dalam keputusasaannya, telah mempertimbangkan untuk kabur meninggalkan kota, tetapi istrinya [[Theodora]] mencegah kejadian ini dengan mengatakan, “Siapapun yang telah mengenakan mahkota kekaisaran tidak boleh berpasrah melihat kehilangannya. Tak kan pernah aku melihat seharipun aku tidak disapa sebagai permaisuri.” Meskipun rute pelarian lewat jalur laut telah terbuka bagi sang kaisar, Theodora bersikeras untuk tetap tinggal di dalam kota, mengutip sebuah kutipan lama, “Kebangsawanan adalah sebuah kafan penguburan yang indah,” atau mungkin, [warna kekaisaran] “Warna ungu bisa menjadi warna kain kafan yang indah.”
Sementara itu, sembari Justinian mempersiapkan diri, ia membuat rencana yang melibatkan [[Narses]], seorang kasim yang terkenal, serta para jenderal, [[Belisarius]] dan [[Mundus]]. Dengan membawa sekantong emas yang diberikan oleh Justinian, Narses memasuki Hippodrome sendirian dan tanpa senjata, berhadapan dengan massa yang telah membunuh ratusan orang. Narses berjalan langsung ke tempat tim Biru, tempat dia mendekati orang-orang Biru yang berpengaruh dan mengingatkan mereka bahwa Kaisar Justinianus lebih mendukung mereka daripada Hijau. Narses juga mengingatkan mereka bahwa kaisar palsu yang mereka mahkotai, Hipatius, adalah seorang simpatisan tim Hijau. Kemudian, ia mengedarkan emas-emas tersebut. Para pemimpin tim Biru kemudian berdiskusi sebentar diam-diam sebelum kemudian mereka berbicara kepada para pengikutnya. Akhirnya, di tengah-tengah penobatan Hipatius sebagai kaisar, tim Biru menjebol pagar keluar Hippodrome. Tim Hijau hanya bisa terduduk, kaget. Kemudian, tentara kekaisaran yang dipimpin oleh Belisarius dan Mundus menyerbu Hippodrome, membunuh pemberontak-pemberontak yang tersisa.
Sekitar tiga puluh ribu perusuh diberitakan tewas. Justinian juga mengeksekusi Hipatius dan mengasingkan para senator yang mendukung jalannya kerusuhan. Ia kemudian membangun kembali Konstantinopel dan Hagia Sophia, serta bebas membangun kekuasaannya.
|