Temu lawak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
| regnum = [[Plantae]]
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]]
| classissubdivisio = [[LiliopsidaAngiospermae]]
| classis = [[Monocotyledonae]]
| ordo = [[Zingiberales]]
| familia = [[Zingiberaceae]]
| genus = ''[[Curcuma]]''
| species = '''''C.Curcuma xanthorrhiza ROXB.'''''
| binomial = ''Curcuma xanthorrhiza''
| binomial_authority = [[Linnaeus|L.]]
}}
'''Temu lawakTemulawak''' (''Curcuma xanthorrhiza ROXB.'' L.) merupakan tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan ([[Zingiberaceae]])<ref name="Mahendra"> Mahendra, B: “13 Jenis Tanaman Obat Ampuh”, halaman 95. Penebar Swadaya, 2005</ref>. Tanaman ini berasal dari [[Indonesia]], khususnya Pulau [[Jawa]], kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan Indo-Malayawilayah [[biogeografi]] [[Malesia]]. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Thailand]], dan [[Filipina]]<ref name="Rukmana">Rukmana, R: “Temu-Temuan”, halaman 14. Kanisius, 2004</ref> tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di [[China]], [[Indochina]], [[Bardabos]], [[India]], [[Jepang]], [[Korea]], [[Amerika Serika]]t dan Beberapa negara [[Eropa]]. <br>Nama daerah di Jawa yaitu '''temu lawaktemulawak''', di Sunda disebut '''koneng gede''', sedangkan di Madura disebut '''temu labak'''<ref name="Mahendra"/>. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 [[meter]] di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis<ref name="Rukmana"/>. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur<ref name="Hidayat">Hidayat, S. dan Tim Flona: “Khasiat Tumbuhan Berdasar Warna, Bentuk, Rasa, Aroma, dan Sifat”, halaman 105. PT Samindra Utama, 2008</ref>.
 
== Ciri Morfologi ==
TinggiTanaman tajuk[[terna]] tanamanberbatang temusemu lawakdengan bisatinggi mencapaihingga 2lebih meterdari dan1m berbatangtetapi semukurang yangdari 2m,merupakan metamorfosis dari daun tanaman<ref name="Tim Penulis Martha Tilaar Innovation Center"> Tim Penulis Martha Tilaar Innovation Center: “Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang”, halaman 79. Penebar Swadaya, 2002</ref>. Daunnyaberwarna lebarhijau berbentukatau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan [[lateral]],<ref name="Mahendra"/>. Rimpangtangkai temuramping lawakdan berukuransisik besar,berbentuk bercabang-cabanggaris, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna cokelatputih kemerahanberbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau kuningmerah, tuapanjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit<ref name="Tim Penulis Martha Tilaar Innovation Center"/>.
 
==Pemanfaatan==
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari
rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.
 
==Sentra penanaman==
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
 
== Aspek Budidaya ==
Baris 26 ⟶ 34:
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan [[gulma]] sebanyak 2-5 kali, tergantung dari pertumbuhan [[gulma]], sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah<ref name="Mahendra"/>. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan<ref name="Syukur, C. dan Hernani"/>. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau [[cangkul]]<ref name="Mahendra"/>.
 
===Pertumbuhan===
====Iklim====
*Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
*Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC
*Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
====Media tanam====
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian
pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
====Ketinggian====
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang
yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
==Hama dan penyakit==
===Hama===
Hama temulawak adalah:
*Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
*Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
*Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
 
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan
konsentrasi 0.1-0.2 %.
 
===Penyakit===
*Jamur Fusarium disebabkan oleh [[fungus]] [[oxysporum Schlecht]] dan [[Phytium sp]] serta [[bakteri]] [[Pseudomonas sp.]] yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya
keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat
dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
 
*Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp., gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
 
====Gulma====
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
 
====Pengendalian hama/penyakit secara organik====
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
*Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
*Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
 
== Kandungan dan Manfaat ==