Suku Dayak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Banyadu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Banyadu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
Menurut H.TH. Fisher, migrasi dari asia terjadi pada fase pertama zaman Tretier. Benua [[Asia]] dan [[pulau Kalimantan]] merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras [[Mongoloid]] dari Asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “[[Pegunungan Muller|Muller]]-[[Pegunungan Schwaner|Schwaner]]”.
 
Sebelum kedatangan islam ke kalimantan belum ada istilah Dayak dan istilah melayu. Semua manusia penghuni pulau borneo merupakan manusia-manusia yang saling berkekerabatan dan bersaudara ( Bangsa Dayak ). Penduduk-penduduk yang tinggal dipesisir pantai oleh penduduk yang tinggal di pedalaman disebut sebagai '''Orang Laut''' sebaliknya penduduk yang tinggal di pedalaman oleh penduduk yang tinggal di pesisir pantai di sebut '''Orang Darat''' . Jauh sebelum agama Islam datang ke borneo Bangsa Dayak sudah mempunyai kerajaan-kerajaan. Misal kerajaan Nek Riuh ( Mbah Riuh ) dan Kerajaan Bangkule Rajakng serta kerajaan bujakng nyangkok di bagian barat kalimantan . Bujakng Nyangkok adalah raja yang sangat sakti, dimana beliau bisa merubah dirinya menjadi raksasa, yang jika beliau pergi ke suatu yang jaraknya puluhan atau ratusan kilometer dalam satuan meter sekarang, maka beliau cukup melangkah hanya beberapa langkah saja. Bahkan mandau beliau disebut-sebut sangat panjang dan lebarnya melebihi lebar daun pisang. Bahkan sampai kini cerita yang ada pada masyaratak Dayak KanayatnKendayan yang berdialek Banyadu di daerah Banyuke hulu kabupaten landak menyebutkan bahwa gunung samalap panca di kecamatan Menyuke pernah ditebas oleh Raja Bujakng Nyangko atas perintah istrinya. Islam ke borneo di sebarkan oleh orang-orang arab atau gujarat, namun mayoritas oleh orang melayu sumatra, karena itu oleh orang Dayak agama '''islam disebut agama melayu''', istilah islam sendiri jaman dahulu tidak sepopuler istilah " ''agama melayu''". Sejak itulah setiap orang Dayak pesisir yang '''masuk islam disebut masuk melayu''' atau '''jadi orang melayu'''. namun oleh orang Dayak pedalaman, saudara mereka yang masuk islam disebut sebagai " '''senganan'''" di kalimantan bagian barat dan "'''halog'''" di kalimantan bagian timur. Dikarenakan ''adat budaya Dayak umumnya bertentangan dengan agama islam'' maka hal ini membuat masyarakat Dayak pesisir yang telah menjadi islam tadi meninggalkannya dan mengadopsi adat budaya para pendahwah islam ( orang melayu) namun tidaklah semua adat aslinya di tinggalkan, cukup banyak juga adat asli ( adat budaya Dayak ) yang di modifikasi agar selaras dengan islam, seperti tepung tawar, betangas, tumpang seribu dan lain-lain. selain masyarakat Dayak pesisir pantai, masyarakat Dayak yang tinggal di kota-kota kerajaan juga akhirnya masuk islam dengan alasan mengikuti jejak Rajanya. maka mulailah adat budaya melayu merasuki adat budaya Dayak dalam keraton-keraton. Pada umumnya kerajaan-kerajaan di kalimantan di dirikan oleh orang-orang yang berdarah daging Dayak asli seperti pada kerajaan mempawah oleh Patih Gumantar, kerajaan Kutai Kerajaan ([[Dayak Tunjung]] - [[Dayak Benuaq]]) oleh Kundung atau Kudungga dan kerajaan-kerajaan lain. sementara kerajaan-kerajaan yang di dirikan oleh manusia-manusia yang berdarah daging blasteran Dayak dengan pendatang seperti kerajaan pontianak ( blasteran Dayak dan arab ). kerajaan sanggau, matan, ketapang dan sintang ( oleh blasteran Dayak Jawa ). sejak dahulu dalam pergaulannya dengan sesama suku Dayak dan dengan suku-suku luar kalimantan orang Dayak telah menggunakan bahasa melayu, hal ini terjadi mengingat suku dayak hampir setiap sub sukunya mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Hal ini tentu menyulitkan dalam berkomunikasi, tentunya karena alasan semacam ini jugalah yang menyebabkan bahasa melayu dijadikan bahasa persatuan Indonesia. Bahasa-bahasa melayu di kalimantan dikarenakan seluruh manusia penuturnya mempunyai bahasa yang berbeda ( Manusia Dayak ) meyebabkan bahasa melayu tersebut juga mempunyai banyak versi sesuai daerah asalnya, misal di daerah sanggau kapuas dikarenakan bunyi vokal bahasa Dayak di daerah tersebut kebanyakan berbunyi vokal " o " maka bahasa melayunya juga cenderung bervokal " O " misal kata '''ada''' akan di ucapkan menjadi '''ado''', kata '''Ngapa''' ( Mengapa ) di ucapkan menjadi '''ngapo''' dan lain sebagainya. sementara di daerah kapuas hulu, sintang dan ketapang bahasa melayunya sangat mendekati bahasa Dayak, cukup banyak istilah dalam bahasa Dayak asli yang masih di pakai seperti Nuan, sidak dan lain-lain. Di bagian barat kalbar ada istilah Terigas yang asalnya dari kata Tarigas dan istilah-istilah lainnya.
[[Berkas:Kamang.jpg|thumb|200px|Salah satu motif khas Dayak.]]
 
Baris 48:
=== Rumah Panjang ===
[[Berkas:Rumah betang..jpg|thumb|200px|Rumah Betang, rumah khas Dayak masa lampau.]]
Hampir semua Orang Dayak kecuali Dayak punan dan Dayak Meratus, mempunyai rumah panjang di masa lampau. Rumah panjang merupakan gabungan atau gandengan rumah-rumah tunggal warga Dayak dalam satu desa. Rumah panjang di bangun agar persatuan atau kekuatan dari warga desa terkonsentrasi, ketika menghadapi serangan dari luar kampung atau luar kelompok atau serangan binatang buas. Rumah panjang di dibangun dalam rupa rumah panggung yang memanjang. Semua material rumah panjang dibuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau belian. Mulai dari sirap ( atap kayu ),tiang, rangka, dinding, lantai hingga tangga. Dimasa kini rumah panjang yang tersisa sudah sangat sedikit. Umumnya rumah panjang di bongkar karena warga penghuninya memilih membangun rumah tinggal tunggal. Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami Borneo. Berdasarkan data pengukuran karbon yang terdapat pada fosil tengkorak yang pernah ditemukan di [[gua Niah]] [[Sarawak]] [[Malaysia]] diketahui bahwa tengkorak yang sangat mirip dengan tengkorak orang Dayak Punan tersebut telah berusia mencapai 37.000 tahun. Jadi dengan berasumsikan bahwa tengkorak tersebut benar-benar tengkorak Dayak punan maka ini bearti bahwa Dayak Punan merupakan nenek moyang Bangsa Dayak Borneo, atau lebih tepatnya bahwa Dayak punan merupakan sisa-sisa Bangsa austronesia (asli ) yang masih eksis. Dengan mengetahui betapa tuanya keberadaan Dayak Punan di borneo ( bahwa mereka datang jauh sebelum peradaban manusia planet bumi mengenal logam ), maka dapat dimaklumi jika mereka kurang memiliki '''peradaban desa''' dan lebih menyukai cara-cara hidup nomaden, karena itu rumah mereka dibangun seadanya ( umumnya hanya berupa gubuk ). Meskipun demikian sampai detik ini hanya segelintir warga Dayak punan saja yang masih senang hidup nomaden, sementara kelompok mayoritas telah membangun pemukiman seperti masyarakat Dayak Lain. Pada masyarakat Dayak Meratus rumah mereka di kenal dengan sebutan '''Bale'''. Suku Dayak meratus merupakan masyarakat yang masih memegang adat tradisi budaya Banjar lama. Suku [[Banjar]] sendiri jika diperhatikan dari bahasanya merupakan campuran antara bahasa [[Dayak Ngaju]], [[Dayak Maanyan]], [[bahasa Jawa]] dan Bahasa [[Dayak]] [[Kendayan]], Tetapi oleh sebagian kecil kelompok masyarakat Banjar yang fanatik dan teguh menyatakan bahwa moyang mereka adalah [[melayu]] [[sumatera]]. Jika kita runut kembali sejarah berdirinyaterbentuknya suku [[Banjar]] yang bermula Sejak [[kerajaanKerajaan Banjar]] menjadi Islam, disitu akan kita ketahui bahwa Raja Banjarmasin yang menganut agama Islam pertama yaitu pangeran Suriansyah ( seorang Blasteran Jawa-keling ) beliau di angkat menjadi raja oleh dua belas orang Demang Dayak [[Ngaju]] dan '''patih Masih''', yang dikatakan sebagai seorang Patih melayu ( Padahal [[Pangeran Suriansyah]] sendiri tidak pernah memerintahkan agar rakyatnya merubah nama suku-nya). '''Patih melayu?''' Dalam sejarah di ketahui bahwa '''Gelar patih pertamakali atau mayoritas merupakan Gelar orang-orang penting atau raja-raja Dayak Kalimantan Barat'''. Di sumatra sendiri tidak ada gelar patih. Dimasa kayau-mengkayau masih membara di bumi Kalimantan antara Dayak dari barat Borneo ([[Dayak]] [[Kendayan]]) dan Dayak-Dayak dari selatan Borneo ([[Dayak]] [[Biaju]] / [[Ngaju]] dan [[Dayak]] [[Maanyan]]) sering terlibat perang kayau, kedua suku sering saling serang-menyerang, meskipun demikian disaat-saat tenang kedua suku saling berhungan dan termasuk berniaga. saat itulah banyak warga [[Dayak Kendayan]] pesisir yang meyusuri pantai kalimantan hingga ke daerah selatan dan membangun pemukiman di tengah-tengah Dayak Biaju / Ngaju, orang Dayak Kendayan ini masih memakai Bahasa Dayak Kendayan. ''Karena Bahasa [[Dayak kendayan]] mirip dengan bahasa melayu'', '''oleh orang Ngaju di kira orang Melayu'''. Dan '''Patih Masih''' adalah ''satu-satunya petinggi'' [[Dayak Kendayan]] di tanah rantau di daerah itu. Jadi pada dasarnya '''warga yang didefenisikan sebagai melayu oleh orang Ngaju itu''' tidak lain dan tidak bukan merupakan '''perantau-perantau dan sisa-sisa pasukan kayau [[Dayak Kendayan]] yang tidak kembali'''. Dan mengembangkan adat tradisi serta bahasa Dayak Kendayan yang sampai saat ini dapat disaksikan pada keturunannya yang tidak mau menganut Islam, yang di sebut suku [[Dayak Meratus]]. Dan Bahkan '''penamaan sebuah sungai besar''' ( '''sungai Kapuas''' ) di daerah [[Kalimantan Tengah]] juga '''merupakan nama pemberian''' oleh para perantau atau para pasukan kayau [[Dayak Kendayan]] ( ''karena waktu pertamakali mereka datang, sungai tersebut tidak mempunyai nama'' ), sama seperti nama sungai besar di daerah asalnya yaitu '''sungai kapuas''' di [[kalimantan Barat]]. Intinya bahwa suku Banjar merupakan keturunan Blasteran antara [[Dayak Kendayan]] dengan [[Dayak]] [[Biaju]], [[Dayak]] [[Maanyan]] dan sedikit pendatang Jawa. Selain di selatan Borneo keturunan perantau atau pelaut atau pasukan kayau dari [[Dayak]] [[Kendayan]] juga terdapat di Brunei yang di kenal dengan sebutan suku [[Dayak]] [[Kedayan]].
 
=== Budaya Telinga Panjang ===