Sampanahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 5:
# Pangeran Nata (Ratu Agung) bin Pangeran Prabu (1800-1820), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan dan Manunggul. Pada saat itu Cengal diserahkan kepada Pangeran Seria sebagai sub-raja.
# Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (1800-?), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal.
# Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Cantung dan Batulicin diperolehnya setelah mangkatnya bibinya Ratu Intan yang menjadi ratu Cantung dan Batulicin (sub-raja). Gusti Besar menikahi Aji Raden yang bergelar Sultan Anom dari Kesultanan Pasir. Sultan Sulaiman dari Pasir menyerbu dan mengambil Cengal, Manunggul, Bangkalaan, dan Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali.
# Kepala Cengal, Manunggul, Sampanahan yang diangkat Sultan Pasir.
# Aji Jawi/Aji Jawa (1825-18401841), meninggal 1841. Aji Jawi putera dari Gusti Besar. Bulan Juli 1825, Aji Jawi mengadakan kontrak dengan Belanda yang menjadikan Tanah Bumbu sebagai [[negara dependen]]. Aji Jawi berhasil menyatukan kembali enam negeri dari Tanah Bumbu yang sebelumnya dikuasai pihak lain. Aji Jawi merupakan Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan. Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, penguasa Cantung (sub-raja) sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Bangkalaan diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Kamil puteri dari Pangeran Muda (Gusti Kamir) penguasa Bangkalaan (sub-raja) sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Belakangan Sampanahan diserahkan kepada saudara ibunya yaitu Gusti Ali sebagai sub-raja sekitar 1840.
# Pangeran Mangku (Gusti Ali) sebagai Raja Sampanahan (1840-186x). Mula-mulanya ia hanya sebagai sub-Raja dibawah Aji Jawi. Dengan mangkatnya Aji Jawi (1841), Gusti Ali menjadi Raja Sampanahan sepenuhnya (negara dependent) dengan gelar Pangeran Mangku Bumi dan masih menjabat raja Sampanahan dalam tahun 1861. Pangeran Mangku memiliki pewaris laki-laki bernama Gusti Hina.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=K-8PAAAAYAAJ&dq=aroeng%20van%20pagattan&pg=PA261#v=onepage&q=aroeng%20van%20pagattan&f=true {{nl}} Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague, Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Bagian 4 M. Nijhoff, 1856]</ref>
# Gusti Hina