Soeharto: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
Menolak 5 perubahan terakhir (oleh Ennio morricone, Relly Komaruzaman dan 202.70.59.236) dan mengembalikan revisi 3799652 oleh Gombang
Baris 1:
{{lindungidarianon2|small=yes}}
{{Infobox_President
| honorific-prefix = <small>Jend. Besar TNI Purn. H.M.</small><br />
| name = {{PAGENAME}}
| nationality = [[Indonesia]]
Baris 32:
| signature = Suharto signature.svg
}}
[[Jenderal Besar|Jend. Besar]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] [[Purnawirawan|Purn.]] '''Haji Muhammad Soeharto''', ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: Suharto) ({{lahirmati|Dusun [[Kemusuk]], Desa [[Argomulyo, Sedayu, Bantul|Argomulyo]], Kecamatan [[Sedayu, Bantul|Sedayu]], [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Yogyakarta]]|8|6|1921|[[Jakarta]]|27|1|2008}}<ref> {{en}}[http://www.cnn.com/2008/WORLD/asiapcf/01/27/indonesia.suharto/index.html "Former Indonesian President Suharto dies at 86"], [[CNN]], diakses [[27 Januari]] [[2008]]</ref>) adalah [[Presiden Indonesia]] yang kedua ([[1967]]-[[1998]]), menggantikan [[Soekarno]]. Di dunia internasional, terutama di [[Dunia Barat]], Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "'''''The Smiling General'''''" ({{lang-id|"Sang Jenderal yang Tersenyum"}}) karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka [[pers]] dalam setiap acara resmi kenegaraan.
 
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah [[Gerakan 30 September]], Soeharto menyatakan bahwa [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.<ref>Ricklefs (1991), p. 288; Friend (2003), p. 113; Vickers (2005), p. 159; {{cite journal |title=Unresolved Problems in the Indonesian Killings of 1965-1966 |author=Robert Cribb |journal=Asian Survey |volume=42 |issue=4 |date=2002 |pages=550–563 |url=http://dx.doi.org/10.1525/as.2002.42.4.550}}</ref>
Baris 38:
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat|MPR]] pada tahun [[1973]], [[1978]], [[1983]], [[1988]], [[1993]], dan [[1998]]. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal [[21 Mei]] tahun tersebut, menyusul terjadinya [[Kerusuhan Mei 1998]] dan [[pendudukan gedung DPR/MPR]] oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh [[B.J. Habibie]].
 
Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut [[Orde Baru]], Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan [[Tionghoa]], menduduki [[Timor Timur]], dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan jumlah US$AS 15 milyar sampai US$AS 35 milyar.<ref>[http://www.infoplease.com/ipa/A0921295.html Sepuluh pemimpin paling korup di Dunia], infoplease.com</ref> Usaha untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena [[kegagalan organ multifungsi]] di [[Jakarta]] pada tanggal [[27 Januari]] 2008.
 
== Keluarga Soeharto ==
Baris 46:
 
== Awal hidup dan pendidikan ==
Pada [[8 Juni]] [[1921]], Ibu Sukirah melahirkan bayi laki-laki di rumahnya yang sederhana di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Yogyakarta]]. Kelahiran itu dibantu dukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono. Oleh ayahnya, Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro bayi laki-laki itu diberi nama SoehartodSoeharto. Dia adalah anak kambingketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelah lama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air desa atau ulu-ulu, dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama. Keduanya bercerai tidak lama setelah SoehartodSoeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, Probosutedjo.
 
Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dientoddibawa dike rumah Mbah KrocoKromo karena ibunya sakit dan tidak bisa menyusui. Mbah Kromo kemudian mengajari Soeharto si titit kecil untuk berdiri dan mengerasberjalan. Soeharto juga sering diajak ke salon ++sawah. Sering, Mbah Kromo menggendong Soeharto si titit kecil di punggung ketika sedang membajak sawah. Kenangan itu tidak pernah dilupakan AsoehartodSoeharto. Terlebih ketika kakeknya memberi komando pada istrinyakerbau saat akanmembajak dientodsawah. Karena dari situlah, Soeharto belajar menjadi pengentod yg handalpemimpin. ASoehartoSoeharto juga suka bermain air pejuh, mandi pejuhlumpur atau meminum pejuh orgmencari lainbelut.
 
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran ibu dan ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya.
Baris 59:
Setamat SMP, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari, namun gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Di sana, ia diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa (Volk-bank). Tidak lama kemudian, dia minta berhenti.
 
Suatu hari pada tahun 1942, Soeharto membaca pengumuman penerimaan anggota Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL). KNIL adalah tentara kerajaan Belanda. Ia mendaftarkan diri dan diterima menjadi tentara. Waktu itu, ia hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan, karena Belanda menyerah kepada Jepang. Sersan Soeharto kemudian pulang ke Dusun Kemusuk. Justru di sinilah, karier militernya dimulai.
 
== Karier militer ==
Baris 94:
Pada [[3 Juli]] [[1971]], presiden mengangkat 100 anggota DPR dari Angkatan Bersenjata dan memberikan 9 kursi wakil Provinsi Irian Barat untuk wakil dari Golkar. Setelah menggabungkan kekuatan-kekuatan partai politik, Soeharto dipilih kembali menjadi presiden oleh Sidang Umum MPR (Tap MPR No IX/MPR/1973) pada 23 Maret 1973 untuk jabatan yang kedua kali. Saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendampinginya sebagai wakil presiden.
 
Pada usia 55 tahun, Soeharto memasuki masa pensiun dari dinas militer (Keprres No 58/ABRI/1974). Pencapaian puncak di dunia politik turut melengkapi kisahnya hidupnya sebagai seorang penguasa. Setelah mencapai posisi pucuk di republik, geliat kekuasaanya mulai menampakkan taringnya. Pada [[20 Januari]] [[1978]], Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu ''[[''Kompas'']]'', ''[[''Sinar Harapan'']]'', ''[[''Merdeka]]'']], [[''[[Pelita'']]'', [[''[[The Indonesian Times]]'']], ''[[''Sinar Pagi]]'']], dan ''[[''Pos Sore'']]''. Beberapa di antaranya kemudian memintaminta maaf kepada Soeharto.
 
Pada [[22 Maret]] [[1978]], Soeharto dilantik kembali presiden untuk periode ketiga kalinya dan Adam Malik sebagai wakil presiden. Sidang Umum MPR 1 Maret 1983 memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai presiden dan Umar Wirahadikusumah sebagai wakil presiden. Melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Baris 112:
 
== Sebagai presiden ==
Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor besar terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan.
Sebagai seorang presiden, ia hanya dipandang masyarakat sebagai lintah darat yg suka membunuh org. Liat saja, ia telah membunuh org2 berideologi komunis, apakah itu pantas disebut sbg manusia, apalagi disebut sebagai presiden. Masyarakat hanya ingin mempunyai seorang presiden yg jujur, berwibawa, pemimpin, tegas, tidak ledah-ledeh, dan percaya pd kekuatan rakyatnya sendiri. Tidak seperti BAJINGAN DI ATAS, dengan menggunakan senyum kegembiraan seperti sudah dientod sma kakeknya, DAN sudah membuat masyarakat indonesia jatuh dlm kemiskinan, DAN KELAPARAN hingga tahun ini. Sya menulis demikian karena saya berharap tidak akan ada lagi manusia seperti bajingan SUHARTO. HAH, apan tu, jadi presiden cuma ditolongin sma org, BANCI, BOSOK, LAP KONTOL LO, PKE DUIT
 
“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton.
 
Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas Soeharto.
 
Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989. Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto sebagai “ayah”.
 
Dalam bukunya, Soeharto; Political Biography, Robert Edward Elson menulis, “Soeharto adalah tokoh yang amat penting selama abad XX di Asia.” Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan juga memuji gebrakan Soeharto. Tetapi, Soeharto mengklaim dirinya anak petani dengan nilai-nilai biasa yang tidak berambisi menguasai negeri Indonesia dan mendahului kepentingan bangsa. “Saya di rumah, di antara istri dan anak-anak merasa sebagai seorang biasa, hanya secara kebetulan diberi kepecayaan oleh rakyat untuk memimpin negara ini sebagai presiden,” tutur Soeharto dalam suatu temu wicara pada Peringatan Hari Ibu ke-67 di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada 22 Desember 1989.
 
Sebab itu, pada 14 September 1991, Presiden Soeharto menolak permintaan Amerika Serikat untuk memperoleh pangkalan militer di Indonesia setelah pindah dari Filipina. Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Kali ini, Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Setelah enam kali berturut-turut ditetapkan MPR sebagai presiden, Soeharto mulai menyatakan jika dirinya tidak berambisi menjadi presiden seumur hidup (12 Maret 1994). Pada kepemimpinannya periode ini, Presiden Soeharto memberhentikan Prof Dr Satrio Budiharjo Joedono selaku Menteri Perdagangan sebelum akhir masa jabatan (6 Desember 1995).
 
Soeharto yang mengawali kekuasaannya sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 dan menjadi presiden pada 27 Maret 1968 terus menggenggam jabatan itu selama 31 tahun. Semula ada yang memperkirakan bahwa Soeharto akan menolak pencalonannya kembali sebagai presiden untuk periode yang keenam pada tahun 1998 setelah istrinya meninggal dunia pada 28 April 1996. Perkiraan itu ternyata keliru. Ketika usianya mencapai 75 tahun, ia bukan saja bersedia untuk dicalonkan kembali tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode 1998-2003. Ia menerima penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jenderal Besar saat berusia 76 tahun (39 September 1997).
 
Pada 25 Juli 1996, Presiden Soeharto menerima PDI pimpinan Soerjadi dan menolak kepemimpinan Megawati Soekarnoputri untuk memimpin Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dua hari kemudian terjadi kerusuhan 27 Juli berdarah.
 
== Upaya mengatasi krisis dan meredam oposisi ==
Baris 219 ⟶ 233:
== Peninggalan ==
=== Bidang politik ===
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari [[Amerika Serikat]] memberantas paham [[komunisme]] dan melarang pembentukan partai [[komunis]]. Dijadikannya [[Timor Timur]] sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai [[Fretilin]] (''Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente'' /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka.{{fact|Mei 2008}} Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.{{fact|Mei 2008}} Sistem [[otoriter]] yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan sebutan "'''[[Bapak]]'''", yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di [[DPR]] kala itu disebut secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem "ABS" atau "''Asal Bapak Senang''".
 
=== Bidang kesehatan ===
Baris 265 ⟶ 279:
 
== Kematian Soeharto ==
Kemudian sekitar pukul 14.35, jenazah mantan KeparatPresiden Soeharto diberangkatkan dari RSLL (Rumah Sakit Lonte-Lonte)RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, [[Menteng]], Jakarta<ref>{{cite news | author = | year = 2008 | url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/27/144027/884695/10/jenazah-pak-harto-dibawa-ke-cendana | title = Jenazah Pak Harto Dibawa ke Cendana | format = | work = | publisher = detik.com | date = 2008-01-27 | accessdate= 2009-02-05}}</ref>. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
 
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Minggu (27/1).
Baris 274 ⟶ 288:
 
=== Pemakaman ===
Jenazah mantan presiden Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB<ref>{{cite news | author = | year = 2008 | url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/28/073112/885055/10/pukul-0730-wib-jenazah-soeharto-tinggalkan-cendana | title = Pukul 07.30 WIB, Jenazah Soeharto Tinggalkan Cendana | format = | work = | publisher = detik.com | date = 2008-01-27 | accessdate= 2009-02-05}}</ref> menuju Bandara [[Halim Perdanakusuma]]. Selanjutnya jenazah akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke [[Solo]] pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di [[Astana Giri Bangun]], [[Solo]], Senin (28/1). Jenazah tiba di Astana Giri Bangun siang itu sebelum pukul 12.00 WIB. Almarhum diturunkan ke liang lahat pada pukul 12.15 WIB<ref>{{cite news | author = | year = 2008 | url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/28/121750/885366/10/jenazah-pak-harto-dimasukkan-ke-liang-lahat | title = Jenazah Pak Harto Dimasukkan ke Liang WC, karena tanah pun tak sudih deket2 sma org kayak harto.Lahat | format = | work = | publisher = detik.com | date = 2008-01-27 | accessdate= 2009-02-05}}</ref> bersamaan dengan berkumandangnya adzan dzuhur. Almarhum sudah berada di liang Tailahat siang itu pukul 12.17 WIB. Upacara pemakaman Soeharto tersebut dipimpin oleh inspektur upacara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan dengan bangga smua org disekitar pemakaman meludahi makam sang keparat beserta dengan anak dan cucu2nya, REST IN HELL, dan semua warga sekitar juga ikut membantu meludahi dan mengencingi makamnya. haleluiya
 
{{sect-stub}}