Suku Dayak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Banyadu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Banyadu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
=== Rumah Panjang ===
[[Berkas:Rumah betang..jpg|thumb|200px|Rumah Betang, rumah khas Dayak masa lampau.]]
Hampir semua Orang Dayak kecuali Dayak punan dan Dayak Meratus, mempunyai rumah panjang di masa lampau. Rumah panjang merupakan gabungan atau gandengan rumah-rumah tunggal warga Dayak dalam satu desa. Rumah panjang di bangun agar persatuan atau kekuatan dari warga desa terkonsentrasi, ketika menghadapi serangan dari luar kampung atau luar kelompok ( Kayau ) atau serangan binatang buas. Rumah panjang di dibangun dalam rupa rumah panggung yang memanjang. Semua material rumah panjang dibuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau belian. Mulai dari sirap ( atap kayu ),tiang, rangka, dinding, lantai hingga tangga. Dimasa kini rumah panjang yang tersisa sudah sangat sedikit. Umumnya rumah panjang di bongkar karena warga penghuninya memilih membangun rumah tinggal tunggal. Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami Borneo. Berdasarkan data pengukuran karbon yang terdapat pada fosil tengkorak yang pernah ditemukan di [[gua Niah]] [[Sarawak]] [[Malaysia]] <ref>http://www.museum.sarawak.gov.my/bmver/arkeologi.htm</ref> <ref>http://mudjahidinlasqikalsel.blogspot.com/2010/02/dari-zaman-megalitik-tanjung-puri-candi_26.html</ref> diketahui bahwa tengkorak yang sangat mirip dengan tengkorak orang Dayak Punan tersebut telah berusia mencapai 40.000 tahun. Jadi dengan berasumsikan bahwa tengkorak tersebut benar-benar tengkorak Dayak punan, maka jelas bahwa Dayak Punan merupakan salah satu puak nenek moyang Bangsa Dayak Borneo setelah berasimilasi dengan puak nenek moyang Dayak yang berasal dari Yunnan. Dengan mengetahui betapa tuanya keberadaan Dayak Punan di borneo ( bahwa mereka datang jauh sebelum peradaban manusia planet bumi mengenal logam ), maka dapat dimaklumi jika mereka kurang memiliki '''peradaban desa''' dan lebih menyukai cara-cara hidup nomaden, karena itu rumah mereka dibangun seadanya ( umumnya hanya berupa gubuk ). Meskipun demikian sampai detik ini hanya segelintir warga Dayak punan saja yang masih senang hidup nomaden, sementara kelompok mayoritas telah membangun pemukiman seperti masyarakat Dayak Lain. Pada masyarakat [[Dayak]] [[Meratus]] ( [[Bukit]] ) rumah mereka di kenal dengan sebutan '''Balai'''. Istilah suku [[Dayak]] [[Bukit]] '''menurut Hairus Salim''' dari kosa kata lokal di daerah tersebut istilah "bukit" berarti "bagian bawah dari suatu pohon" alias pangkal pohon, yang juga bermakna "orang atau sekelompok orang atau rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya". Kata '''Bukit''' yang bermakna '''" Pangkal "''' ini jelas menunjukan '''asal''' mereka yaitu berpangkal dari [[Banua bukit]] di [[Kalimantan Barat]] jadi pada dasarnya istilah Bukit ini tidak bearti Bukit / gunung, hanya saja sudah telanjur di maknai dengan arti orang gunung oleh orang luar. Dayak Bukit merupakan masyarakat yang masih memegang adat tradisi budaya Banjar lama. Suku [[Banjar]] sendiri jika diperhatikan dari bahasanya merupakan campuran antara bahasa [[Dayak]] [[Biaju]], [[Dayak]] [[Maanyan]], [[bahasa Jawa]] dan Bahasa [[Dayak]] [[Kendayan]], Tetapi oleh sebagian kecil kelompok masyarakat Banjar yang fanatik menyatakan bahwa moyang mereka adalah [[melayu]] [[sumatera]] hal ini dapat di fahami karena akibat pengaruh Islam ( bahwa di masa lampau agama Islam oleh orang Dayak di sebut agama Melayu ). Jika kita runut kembali sejarah terbentuknya suku [[Banjar]] yang bermula Sejak [[Kerajaan Banjar]] menjadi Islam, disitu akan kita ketahui bahwa Raja Banjarmasin yang menganut agama Islam pertama yaitu [[pangeran]] [[Suriansyah]] (seorang Blasteran Jawa-keling ) beliau di angkat menjadi raja oleh dua belas orang Demang Dayak [[Ngaju]] dan '''patih Masih''', yang dikatakan sebagai seorang Patih melayu. Harap di ingat dan di fahami bahwa [[Pangeran]] [[Suriansyah]] sendiri ''' pada waktu itu tidak pernah memerintahkan''' agar rakyatnya yang terdiri atas orang [[Biaju]], orang [[Maanyan]], orang [[Kendayan]] yang dikira melayu (''' mengingat pada waktu itu istilah suku [[Kendayan]] / [[Kannayatn]] sendiri belum terbentuk''' <ref>Cense & Uhlenbeck, Dunselman (1958:15)</ref>, dan seperti yang telah di sebutkan di atas bahwa '''nama salah satu [[Banua]]''' [[Dayak]] [[Kendayan]] [[Kalimantan Barat]] adalah [[Banua bukit]] jadi jelas bahwa keturunan masyarakat Dayak [[Kendayan]] yang berasal dari [[Banua bukit]] inilah yang dikenal sebagai [[Dayak]] [[Bukit]] / [[Meratus]] di [[kalimantan selatan]] itu )<ref>http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:LOnD7kpE0dcJ:banuadayak.wordpress.com/page/3/+banua+bukit+sangah&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id</ref>. dan sekelompok kecil orang [[jawa]] untuk merubah nama suku-nya. '''Patih melayu?''' Dalam sejarah di ketahui bahwa '''Gelar patih pertamakali atau mayoritas merupakan Gelar orang-orang penting atau raja-raja Dayak Kalimantan Barat'''. Di sumatra sendiri tidak ada gelar patih. Dimasa lalu yaitu masa dimana kepercayaan adat ( Kaharingan ), budaya Kayau dan budaya rumah Panjang ( '''Budaya Kayau dan Rumah Panjang muncul secara bersamaan tujuan rumah panjang ini di buat agar kekuatan terkonsentrasi untuk menghadapi kayau''' ) belum di kenal oleh bangsa Dayak. '''para pelaut [[Dayak]] [[Kendayan]]''' telah menyusuri pantai-pantai pulau Borneo baik ke arah utara maupun ke arah selatan. Pelaut Dayak Kendayan yang sampai ke utara Borneo membangun pemukiman di daerah sarawak timur dan Brunei sekarang ini, keturunannya di kenal dengan sebutan suku [[Dayak]] [[Kedayan]]. sementara yang menyusuri pantai ke arah selatan borneo membangun pemukiman di tengah-tengah Dayak [[Biaju]] / [[Ngaju]], orang Dayak Kendayan ini masih memakai Bahasa Dayak Kendayan. ''Karena Bahasa [[Dayak]] [[kendayan]] mirip dengan bahasa melayu'', '''oleh orang Ngaju di kira orang Melayu''' (''' mengingat pada waktu itu istilah [[Kendayan]] / [[Kannayatn]] sendiri belum terbentuk'''). Dan '''Patih Masih''' adalah ''satu-satunya petinggi'' [[Dayak]] [[Kendayan]] di tanah rantau di daerah itu. Jadi pada dasarnya '''warga yang didefenisikan sebagai melayu oleh orang Ngaju itu''' tidak lain dan tidak bukan merupakan '''perantau-perantauketurunan para danpelaut sisa-sisaatau pasukanperantau kayau [[Dayak]] [[Kendayan]] yang tidak kembali'''. Dan mengembangkan adat tradisi serta bahasa Dayak Kendayan yang sampai saat ini dapat disaksikan pada keturunannya yang tidak mau menganut Islam, yang di sebut suku [[Dayak]] [[Meratus]] / [[Bukit]]. Dan Bahkan '''penamaan sebuah sungai besar''' di daerah [[Kalimantan Tengah]] yang oleh masyarakat [[Dayak]] [[Biaju]] sering disebut '''batang Biaju Kecil''', dengan nama '''sungai Kapuas''', juga '''merupakan nama pemberian''' oleh para pelaut atau perantau [[Dayak]] [[Kendayan]] ( ''karena waktu pertamakali mereka datang, nama sungai tersebut tidak diketahui oleh mereka'' ), sama seperti nama sungai besar di daerah asalnya yaitu '''sungai kapuas''' di [[kalimantan Barat]]. Intinya bahwa suku Banjar merupakan keturunan Blasteran antara [[Dayak]] [[Kendayan]] dengan [[Dayak]] [[Biaju]], [[Dayak]] [[Maanyan]] dan sedikit pendatang Jawa.
 
=== Budaya Telinga Panjang ===