Kedungprahu, Padas, Ngawi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 26:
Saat perahu dijalankan, Degan bekal yang dibawa Ki Biri yang sudah mengandung racun, diminumnya bersama-sama. Beberapa menit kemudian Bahu Kuncoro, Bahu Daya, dan Bahu Caki pingsan. Saat itulah kesempatan emas muncul, semua pusaka yang menjadi kesaktiannya dirampas oleh Ki Biri agar Bahu Kuncoro dan teman-temannya tak berdaya lagi. Bersamaan dengan itu, datanglah air bah besar disertai dengan ombak yang dahsyat. Sehingga perahunya meluncur ke dalam semak bambu tertimbun sangkrah, semua penumpangnya terpelanting ketepi sungai sebelah utara. Bahu Kuncoro, Bahu Daya, dan Bahu Caki ditangkap oleh masyarakat tanpa melawan karena semua pusaka yang menjadi kesaktiannya hilang. Oleh Masyarakat, Bahu Kuncoro, Bahu Daya, dan Bahu Caki dibawa menghadap pejabat Kadipaten Tunggul yang diwakili oleh Ki Demang Kromo Dongso. Setelah dimengerti, tujuan Bahu Kuncoro ternyata baik untuk rakyat kecil yang anti Belanda, Maka Bahu Kuncoro dan teman-temannya diberi ampun. Selain itu, Bahu Kuncoro diangkat menjadi pejabat dengan pangkat Demang Ki Bela Negara yang bertempat di Kademangan Dero. Setelah meninggal, Bahu Kuncoro atau Ki Bela Negara dimakamkan di desa Tawun kecamatan Padas.
Berhubung kejadian hancurnya perahu yang dibanggakan oleh masyarakat dusun Kedunggarja (kini pedusunan sebelah selatan jalan besar tepatnya Dusun Pilang Bangu dan Dusun Kedungprahu yang menjadi satu) dan Dusun Kedungmara (kini pedusunan sebelah utara jalan besar tepatnya Dusun
Setelah itu Kedungprahu aman, tentram, makmur, dan lohjinawi dengan pemimpin Ki Biri kepercayaan masyarakat Kedungprahu dan yang berhasil Membereskan persoalan tentang perampok Bahu Kuncoro yang kemudian menjadi pejabat karena kemuliaannya. Keamanan, ketentraman, dan kemakmuranpun terus terjaga hingga sekarang ini walau dua dusun di Kedungprahu tersebut dipecah-pecah kembali.
|