Rahma Azhari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wic2020 (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 222.124.144.242 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh 114.79.57.102
Baris 24:
 
== Kehidupan pribadi ==
Dalam sejarahnya perempuan seksi ini pernah mengandung janin yang saat itu tidak diketahui ayahnya, karena saat itu Rahma memang diketahui publik belum menikah. Akhirnya ibu dari Oceans Camilla ini menikah dengan seorang [[pengusaha]] [[Alfay Rauf]] pada 10 Juni 2003.
Pada bagian pertama dikisahkan bahwa ibu kost akan memberikan vaginanya bila saya dapat bertahan melakukan onani dalam satu jam tanpa keluar sperma (ejakulasi). Sebagai gambaran, ibu kost saya ini cantiknya setengah mati. Tahu kan Larasati (model)? Nah, ibu kost saya mirip-mirip seperti itu. Dulu katanya hampir jadi penyiar. Oke, saya lanjutkan lagi. Karena sudah kepalang basah akhirnya saya terima tantangan itu. Saya kocok penisku agak perlahan agar bisa bertahan lama. Kelihatannya teknik ini cukup berhasil. Lima menit sudah berlalu dan tidak ada tanda-tanda saya akan ejakulasi. "Wah, hebat juga kamu. Coba sekarang biar ibu yang kocok," katanya. Ternyata dia tahu saya curang. Kali ini saya pasrah. Tangannya yang lembut dan lentik itu sekarang sudah menggenggam batang penisku. Ala mak, pertamanya sih terasa ganjil dan geli. Tapi lambat laun rasa itu berubah menjadi nikmat yang luar biasa. Saya coba membayangkan rumus-rumus matematika, program komputer yang rumit, listing virus, bahkan sampai dosenku yang killer, semuanya itu agar saya dapat bertahan lama. Tapi lagi-lagi ibu kost lebih pintar. Dia menggosok-gosok paha dalamku sementara tangan yang lain tetap mengocok penis. Di lain waktu dia memainkan kantong pelir atau menggosok kepala penis. Saya benar-benar tidak kuat. Saya cengkram kedua tangannya. "Stop, berhenti dulu bu," kataku sambil terengah-engah. Saya lirik jam dinding. Wah, baru sembilan menit. Saya menarik nafas panjang dan menahannya beberapa detik. "Sudah siap?" tanya ibu kost. Saya mengangguk. Dia kembali mengocok penisku. Belum sampai satu menit saya merasa akan ejakulasi lagi. Cepat-cepat saya genggam tangannya. "Stop," teriakku. Ibu kost berhenti satu detik tapi kemudian berusaha menggerakkan tangannya lagi. Genit juga ibu kostku ini. "Stop, stop, stop. Saya betul-betul mau keluar bu," rengekku minta dikasihani. Penisku terasa membesar, tegang, dan siap memuntahkan sperma. Keringat bercucuran deras sekali. Ibu kost malah tertawa. Saya benar-benar tersiksa. Dari ujung penis meleleh beberapa tetes air. Mungkin sebagian kecil sperma yang tidak tertahan. "Whua ... bocor," ledeknya. "Kasihan juga kamu. Ibu kasih waktu istirahat satu menit deh." Saya menarik nafas lega. Hampir saja saya kalah. Padahal ini kesempatan emas buatku. Kapan lagi bisa melihat vagina ibu kost saya yang cantik? Terus terang, saya belum pernah melihat kemaluan wanita secara langsung kecuali hanya lewat gambar-gambar. Saya tidak boleh kalah, tekadku. Pembaca, saat itu adalah cobaan terberat dalam hidupku. "Teng ... teng ... Ronde kedua dimulai," godanya dengan wajah lucu tapi genit. "Aduh ... bentar lagi deh," kataku memelas. Kalau penis berhasil ditidurkan biasanya bisa kalau bangun tidak cepat keluar. "Ya sudah kalau begitu nggak jadi deh taruhannya," ujar ibu kost sambil ngeloyor pergi. "Bu ... jadi deh. Ayo buruan," saya mencengkram tangannya yang lunak. "Heh, pegang-pegang," hardiknya pura-pura galak. "Tuh kan punya kamu sudah lemes lagi ... curang. Awas pokoknya nggak ada istirahat lagi" Begitulah saudara-saudara, siksaan kembali datang. Untung saya bisa bertahan sekitar 4 menit. Ketika hampir keluar tiba-tiba ibu kost menghentikan kocokannya. "Uh, save by the bell," gumamku dalam hati. "Eh, begini ... kamu hampir lecet kan?" tanyanya. Saya mengangguk. "Ya udah, kalau begitu pakai celanamu ..." perintahnya. Saya ambil celana yang ada di atas komputer. Setelah rapi, ibu kost menarik tanganku keluar dari kamar. Memang saat-saat seperti ini rumah kost biasanya sepi. Pembantu kalau jam-jam begini sering main ke rumah tetangga sambil bawa anak ibu kost yang umurnya baru 2 tahun. Di sana para pembantu asyik ngerumpi. Saya ikuti ibu kost dari belakang. Rupanya dia membawa saya ke kamar mandinya! Di situ lagi-lagi saya disuruh membuka celana. Sambil saya mencopot celana dalam ibu kost membasahi tangannya dengan air. Lalu dituangkan sabun Lux cair ke telapak tangannya. "Gila, pengalaman juga ibu kost saya ini," pikirku di dalam hati. Pasti ini hasil didikan bapak kost. Setelah tangannya penuh dengan busa sabun, ibu kost mengambil pasta gigi Close-Up. "Hah, kok dicampur odol?" saya coba memprotes. "Biar semriwing rasa menthol," katanya dengan wajah lucu. Hampir saya tertawa terbahak-bahak melihat ide gila ini. Wah, rasanya seperti apa ya? Kalau panas mending nggak jadi saja deh. Ketika sudah siap, dia menghampiri penisku yang lemas. "Yah, kok tidur sih. Ayo dong bangun sayang. Bangun yang ... cup, cup, cup," bisiknya sambil mencolek-colek kepala penisku. Tuiiiwwwww ... penisku sontak siaga merapi. Berdiri gagah sambil menunjuk gagah ke arah ibu kost. "Whuuaaa ... cepet amat bangunnya," pekiknya tertahan. Sialan. Cepat-cepat ibu kost meluluri penisku sampai ke kantongnya. Syurrrrr .... mulanya dingin-dingin empuk tapi lama-lama ... mak nyos hangatnya. Ibu kost dengan terampil mengocok penisku maju muncur. Kocokannya itu menimbulkan suara crok-crok-crok. Ala mak ... nikmat sekali. Posisi ibu kost yang berjongkok tepat di depan saya yang berdiri menimbulkan sensasi erotis luar biasa. Kadang-kadang dia menyibakkan rambutnya dengan lengan kiri. Ah, cantik sekali. Entah kenapa, tiba-tiba saya sekarang bisa bertahan lama. Mungkin karena posisi saya yang berdiri atau panasnya pasta gigi sialan. Iseng-iseng kuusap rambut tipis yang ada di samping telinganya. Dia diam saja. Aha ... pertanda bagus. Dari situ saya mulai berani membelai rambutnya. "Ayo dong keluarin," bisiknya sambil ganti tangan (tadi ngocok pakai kanan sekarang kiri). "Masih lama bu," godaku. Dia cemberut, tapi tetap cantik. Setelah sekian lama tidak keluar juga (mungkin sekitar 8 menit) ibu kost menghentikan aksinya. "Harus dipanasin nih," kata dia lirih. Lalu ibu kost membasuh kedua telapak tangannya. Setelah itu apa yang diperbuat? Di luar dugaan ibu kost membuka daster dan BH nya! Sekarang dia hanya tinggal memakai celana dalam. Buah dadanya yang montok dan besar terayun-ayun sangat menggairahkan. "Tapi jangan pegang-pegang," tambahnya memperingatkanku. Aku mengangguk. Sebenarnya bukan itu yang mengecewakan. Ada lagi yang lebih mengecewakan. Ibu kost kembali melumuri tangannya dengan odol. Kali ini malah tanpa sabun. Gila ... Akhirnya beberapa menit kedepan saya tidak bisa menikmati indahnya tubuh ibu kost. Yang ada cuma rasa cenut, cenut, cenut. Siksaan berlangsung sekitar 2 sampai 3 menit. Setelah itu rasa panas mulai berkurang. Di situlah saya mulai menikmati permainan ini. Saya usap-usap bahunya lalu turun ke punggung. Dia diam saja. Ah ... nikmat sekali. Lama-lama birahiku memuncak. Penis semakin membesar .... dan ... "Aduh bu .... Andri mau keluarrrr ..." rintihku dengan nafas tersengal-sengal. Ibu kost menghentikan kocokannya. Dipencetnya penis saya sekuat mungkin. Saya menjerit. Penisku yang lurus tiba-tiba bengkok. Lagi-lagi saya gagal mengeluarkan sperma. Keringat bercucuran membasahi dahiku. Perlahan-lahan ada perasaan ngilu pada buah zakar. Ngilu yang sangat menyakitkan. Belakangan saya tahu bahwa rasa sakit itu bernama "Blue Balls" yaitu bengkaknya buah pelir karena sperma yang tidak dikeluarkan. Setiap gerakan bagian pusar ke bawah membuat aku meringis. "Kenapa? Ibu terlalu keras memencet penismu ya?" tanyanya. Saya diam saja. "Nggak bu, bukan penisnya yang sakit, tapi telornya," kataku sambil tetap meringis. Ibu kost melongo, tapi raut mukanya kali ini serius. "Sekarang sudah jam berapa? Tanyanya ... saya celingukan mencari jam dinding. Ah, tidak ada. "Mungkin sudah satu jam bu," celetukku sekenanya. "Enak saja ... setengah jam thauuu." "Eit, nggak bisa bu ...," protesku. Saya yakin betul saya sudah di masturbasi hampir satu jam. "Ya sudah deh ... Karena ibu kasihan, jadi ibu anggap kamu sudah satu jam." Horreeeeee ... Saya hampir melonjak kegirangan. Berarti saya bisa "main" dengan ibu kost. Wah, bagaimana ya rasanya memek itu. Apakah luarnya sempit dalamnya lega seperti canda teman-teman saya waktu SD dulu. Saya juga ingin merasakan menggenggam buah pepaya ibu kost yang besar dan montok itu. "Tapi gini Dri," kata ibu kost. Sial, saya paling benci dengan kata "tapi". "Kamu boleh masukkan punyamu itu asal kamu pakai ini," tambahnya sambil menunjukkan dua buah benda. Bukan kondom saudara-saudara. Tapi suatu benda yang membuat ibu kost menjerit kenikmatan tapi membuat penis saya lecet-lecet dan saya kapok tidak mau memakainya lagi.
Memang benar ucapan bung Wiro bahwa dalam making love sebagian besar
wanita lebih dominan perasaannya sedangkan pria sebagian besar lebih
dominan nafsunya. Jadi kalau ingin 'main' dengan wanita, aku sarankan
kepada penggemar cerita-cerita seru khususnya yang berkelamin jantan
untuk mendapatkan perasaannya dulu sebelum mendapatkan tubuhnya,
sehingga kita akan mendapatkan kepuasan maksimal karena penyerahan
totalnya. Kalau nggak percaya ikutin aja cerita dibawah ini :
 
Pernikahannya mengalami cobaan pada bulan [[November 2006]]. Rahma terlihat bertengkar dengan suaminya di sebuah tempat hiburan malam, Blowfish. Bahkan karena pertengkaran ini, Rahma harus dibawa ke rumah sakit akibat mengalami kekerasan. Peristiwa ini akhirnya berujung pada [[perceraian]]. 13 [[Februari 2008]] Rahma resmi bercerai dari Rauf, suaminya.
Tadinya aku pikir Lisa cemburu, karena hubunganku dengan Jenny semakin
dekat. Ternyata sama sekali tidak. Bahkan ketika aku tanyakan langsung
kepada Lisa, Kenapa semakin jauh denganku, malah balik bertanya "Eloe
apa Gua yang menjauh?" Aku jadi semakin bingung dengan sikapnya.
Memang sih kalau aku tinjau lagi, hubungan Lisa dan Jenny tetap akrab
seperti dulu. Hanya saja aku jadi kikuk jika berkumpul bertiga, karena
di satu sisi aku benar-benar naksir Lisa, tapi di lain sisi aku juga
tak mau kehilangan kenikmatan bersama Jenny.
Suatu hari di kala aku sedang jalan jalan menikmati kesibukan manusia
di jalan-jalan, aku melihat mobil Lisa parkir di sebuah rumah dengan
plang nama spesialis kandungan. Cepat aku bersembunyi di warung ping-
gir jalan, pura-pura memesan minuman. Tak lama, aku lihat Lisa dan
Jenny keluar dan seperti terburu-buru langsung menuju mobilnya dan
tancap gas.
Ngapain mereka kesini?, aku bertanya dalam hati, penasaran, aku lang-
sung menyebrang jalan dan masuk ke rumah dokternya.
"Ada apa, mas?" suara suster assisten dokter menyambutku.
"ehh, nggak mbak, saya mau tanya mengenai saudara saya yg baru saja
keluar."
"Memangnya kenapa, mas?"
"Boleh saya tahu, tujuan mereka kesini?" aku mencoba bertanya, kebetu-
lan saat itu tidak ada pasien.
"wah, maaf Mas, saya tidak bisa menjelaskan."
 
== Kasus ==
Aku diam berfikir, memang akupun tahu tak mungkin dapat informasi itu,
Pada bulan [[November 2008]], Rahma menjadi [[kontroversi]] akibat munculnya foto-foto telanjangnya bersama sang kakak, [[Sarah Azhari]] di [[internet]]. Sampai saat ini, kasusnya masih diperiksa oleh pihak yang berwajib. Rahma dan Sarah yang merasa dirugikan, melaporkan seorang ahli, [[Roy Suryo]] ke polisi dengan dugaan pencemaran nama baik.
karena selain terbentur dengan etika kedokteran, akupun bukan pihak yg
berkepentingan. Namun aku masih yakin uang mampu membeli informasi.
Pelan aku dekati susternya, 2 lembar sepuluhribuan kuselipkan di
tangannya.
"Tolong mbak, salah satu di antara mereka adalah pacar saya."
"tapi..." suster itu kelihatannya masih ragu.
"Ayolah mbak," aku terus merayu.
"Iya deh." Akhirnya suster itu meyerah juga setelah selambar limari-
buan aku tambahkan ke tangannya.
 
Pas dengan dugaanku, ternyata mereka suntik KB, untuk mencegah kehami-
lan. Tapi yang membuat aku agak kaget ternyata Kedua-duanya adalah
akseptor sejak 3 tahun yg lalu, bukan hanya Jenny saja tapi Lisa juga.
Berarti mereka sudah mengenal seks sejak SMP. Ya itulah produk broken
home.
 
Sejak aku tahu masalah itu, aku semakin gila melakukan seks dengan
Jenny. Setiap ada kesempatan aku selalu melakukannya. Yang paling
sering di rumahnya. Karena jarang ada orang, Aku tidak lagi menumpah-
kan spermaku di perutnya tapi langsung menembakkannya ke dalam liang
senggamanya. Dan komentar Jenny atas ulahku adalah "nikmat yang luar
biasa".
 
Hanya ada satu yang mengganjal selama aku berhubungan dengan Jenny,
yaitu malam Minggu aku tidak boleh datang ke rumahnya. Alasannya
simple, orang tuannya selalu ada pada malam Minggu. Meskipun aku
menerima alasannya, tapi aku penasaran juga.
Malam itu pk 19.00 aku menuju rumah Jenny untuk menuntaskan rasa
penasaranku. Sampai di rumah Jenny, aku melihat sebuah sedan parkir di
depan rumahnya. Mungkin itu mobil orang tuanya, pikirku. Tapi belum
sempat aku berfikir lama, Jenny keluar dengan seorang pria setengah
baya, lalu masuk mobil dan pergi, entah kemana. Aku hanya bengong.
Apa iya itu papanya?
Tapi kok mesra sekali?
Jangan-jangan itu pacarnya?
Berkutat dengan perkiraan yang tak pasti, membuat aku pusing, segera
aku menuju rumah Lisa ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
 
Sampai di rumah Lisa, Aku lihat mobilnya masih ada, berarti dia belum
pergi. Segera saja aku pencet bel rumahnya. Tak lama seorang wanita
mengenakan daster samar-samar menuju tempatku berdiri. ternyata Lisa.
"Eh, La! kok tumben kesini! Mana Jenny?"
Serentetan pertanyaan menyambutku. Aku menjawab alakadarnya. Setelah
duduk di ruang tamu barulah aku lepas semua unek-unekku. Dan kete-
rangan dari Lisa serasa bagaikan petir. Ternyata selama ini Jenny
memang berpacaran dengan lelaki tua itu. Dia jalan denganku hanya
karena seks yang tidak terpuaskan dari pacar tuanya itu.
"Berarti, loe tahu dong semua yang gua lakuin sama Jenny?"
"Iya," jawabannya pendek tapi mantap.
Aku cukup terperanjat juga, apalagi Lisa adalah wanita yang lebih aku
taksir dari pada Jenny.
"Kata Jenny sih, permainan loe lihai. Betul nggak?" pertanyaan Lisa
berani sekali.
"Ehhh, biasa saja! Ngomong-ngomong, kok kamu di rumah Malam Minggu
begini? Pakai daster lagi, nggak Jalan?" aku membelokan arah pembica-
raan.
"Kebetulan aja, pacar gua lagi dinas ke luar kota."
Deg!!!!! jantungku bagai terpukul mendengar dia sudah punya pacar
juga.
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
 
Kupandangi wajah Lisa yang cantik. Sinar matanya yang bening, rambut-
nya yang tergerai, dengan kulit yang bersih menambah pesonanya sebagai
seorang wanita. Apalagi membayangkan dia juga bisa 'dipakai', spontan
senjataku langsung menegang keras. Rasa 'ingin' dan 'insting nyele-
weng' ku berputar keras mencari solusinya.
 
"Lis! Sebenarnya gua lebih suka loe dari pada Jenny," aku mulai menco-
ba merayunya. Lisa tak bereaksi.
"Memangnya kenapa?"
"Lho, semua orang juga tahu, loe lebih cantik dari Jenny."
Kulihat raut mukanya mulai berubah, (Inilah sifat dasar hampir semua
wanita yaitu senang di puji. Betul nggak?)
 
"Ditambah lagi Jenny orangnya egois dan tidak terbuka," aku terus
berusaha untuk menguasai perasaannya dengan lebih memenangkannya
daripada Jenny.
 
"Sebenarnya, gua juga suka sama loe, La! Tapi gua nggak enak sama
Jenny."
Aku bersorak dalam hati. Perasaannya telah aku kuasai, tinggal bagai-
mana menggiring Lisa ke puncak kenikmatan. Segera aku beranjak pindah
duduk di sebelahnya.
"Lis, Gua akan lepasin Jenny kalau loe mau jalan sama Gua. Kebetulan
gua juga agak kesel dibohongin sama dia."
"Jangan, La! Gua nggak mau persahabatan gua rusak, gara-gara cowok."
"Jadi, gimana dong?"
"Kita jalan saja, tapi loe nggak usah ngomong sama Jenny."
"Ntar kalau Jenny ngajak jalan gua, gimana?"
"Jalan aja, no problem. Tapi Loe juga nggak boleh ngelarang gua jalan
sama cowok gua, jadi sama sama tahu, OK?"
 
Andai saja situasi ini terjadinya sekarang, aku pasti tak akan banyak
berfikir dan langsung menjawab OK, sebab inilah yang diharapkan oleh
hampir semua lelaki yang masuk dalam kategori 'Normal' versinya Wiro
Sableng. Tapi waktu itu aku masih terlalu muda dan masih dikuasai
perasaan Cinta sehingga rasa Cemburu menjadi yang utama. Tapi aku
yakin justru rasa cemburuku saat itulah yang membuat Lisa makin simpa-
tik terhadapku sehingga waktu aku diam dalam keraguan.
 
"Nggak usah terlalu banyak mikir, La! Jalanin aja apa adanya."
"Tapi gua nggak rela, kalau loe jalan sama orang lain."
"Apa gua juga rela, kalau loe jalan sama Jenny."
Aku diam mencerna perkataannya. Dua hati telah bersatu, perasaan sudah
menyatu, selanjutnya.... hanya tinggal melangkah. Yang jelas saat itu
aku dan Lisa telah terlena dalam cumbu rayu yang panas. Suasana ru-
mahnya yang sepi membuat aku semakin gila. Tak peduli kalau saat itu
aku ada di ruang tamu, Lidahku menerobos masuk melewati sela-sela gigi
Lisa. Nafasnya yang harum memompa semangatku. Lidah kami saling
berkaitan dan saling menghisap. Tanganku tidak tinggal diam. Dengan
sekali sentak saja daster yang dikenakan Lisa langsung melorot ke
lantai meninggalkan tubuh Lisa yang putih dan mulus. Sambil terus
berciuman Jari-jariku menelusuri seluruh tubuh Lisa. Remasan jariku
yang menelusup di balik bra-nya membuat Lisa semakin mendesis. Pu-
tingnya ku pilin-pilin, sementara jariku yang lain menelusuri kehalu-
san kulit punggung lisa dan terus menelusup ke balik celana dalamnya
dan meremas-remas kekenyalan pantatnya. Lidahku mulai turun menjilati
lehernya yang jenjang. Kadang kuciumi tengkuknya. Pelan tapi pasti aku
mengerahkan semua kemampuanku untuk menaklukan Lisa.
Saat Bra-nya kulepas, terhamparlah dua buah gunung kembar yang tidak
terlalu besar di hadapanku. Kuselimuti putingnya dengan mulutku sambil
lidahku menekan nekan dengan kuat. Birahi Lisa yang kian memanas
mengakibatkan seluruh pakaianku terlepas. Kini kami berdua hanya
menyisakan celana dalam saja. Ternyata dalam hal ini Lisa lebih lihai
dari Jenny. Lisa pintar sekali memancing gairahku. Aktivitas jari-
jarinya yang lentik di seluruh tubuhku menjadikan kepala senjataku
tersembul dari celana dalamku. Cepat aku miringkan posisi senjataku
agar tidak menyembul keluar. Lalu aku rebahkan tubuh lisa di sofa.
Lidahku mulai menelusuri perutnya yang ramping. Kucium batang pahanya
yang mulus, dan jari-jariku menggosok pelan kemaluannya yang masih
diselimuti celana dalamnya yang tipis.
"La! achhhh........ enak La!" Erangan lisa semakin kuat terdengar.
Apalagi saat celana dalamnya terlepas dan lidahku dengan bebasnya
menjilati klitorisnya. Lidahku terus berputar mengitari klitorisnya.
Kuhisap pelan dan kuhisap kuat. Lisa semakin merintih tak karuan.
Apalagi saat lidahku hampir seluruhnya terbenam dalam lubang kema-
luannya yang telah basah.........
"Sudah, La... please masukkin."
"Ntar sayang."
Aku terus mencumbui Lisa, sampai akhirnya Lisa tak tahan dan bangkit
dari sofa. Kini gantian birahiku dipermainkan Lisa. Lidahnya yang
mungil dan hangat menjilati dadaku. Puting dadaku dihisapnya, kadang
digigitnya, sehingga birahiku makin tinggi. Aku yang terlentang di
sofa hanya memejamkan mata menikmati keindahan yang mengalir akibat
perlakuan Lisa. Saat celana dalamku ditariknya, Lisa agak terpekik
melihat senjataku yang sudah menegang kaku dengan keregangan maksimal.
Dengan rakus mulutnya yang mungil langsung menjelajahi senjataku,
kedua biji senjataku di kemotnya, dan air liurnya telah membasahi
seluruh senjataku. Aku tak kuat lagi menahan gairahku yang sudah
menyesakkan dada. Aku bangkit dan duduk di sofa. Lisa langsung saja
naik dan menduduki senjataku. Perlahan Lisa menurunkan pantatnya. Aku
merasakan kehangatan menyelimuti kepala senjataku. Pantat lisa terus
turun menekan senjataku, sampai seluruh senjataku lenyap ditelan
lubang kemaluannya. Nikmatnya sungguh luar biasa.
"Oh... La, en..nak, gua baru bener-bener ketemu yg gede begini."
 
Sementara aku sendiri merasakan senjataku bagai diurut-urut. Kupegang
Pinggul Lisa dan kutahan agar tidak bergerak. Aku ingin menikmati
sensasi dalam lubang kemaluannya. Buah dada Lisa yang pas di depan
mataku, kujilati dan kuhisap. Tak lama Lisa mulai menggerakkan ping-
gulnya ke atas ke bawah kadang berputar kekiri kekanan. Kami tenggelam
dalam lautan birahi yang tak bertepi. Sungguh Lisa bagaikan seekor
kuda liar. Tubuhnya yang ramping memudahkannya untuk melakukan berba-
gai macam gaya. Apa lagi pada posisi aku di atas dengan kedua kaki
Lisa berada di pundakku, senjataku sampai mentok ke dasar rahim Lisa.
Kedua mata Lisa sampai mendelik, dan yang paling nikmat adalah jepitan
kemaluan Lisa terasa sangat kuat dari kepala sampai pangkal senjataku.
Aku sudah tak kuat lagi menahan Kenikmatan yang akan memancar dari
senjataku. Untunglah Lisa pun sudah demikian. Lisa yang makin histeris
membantu pantatku bergerak maju mundur sehingga gerakanku semakin
cepat. Aku langsung membantu orgame Lisa agar lebih cepat, dengan
pilinan dikedua puting buah dadanya. Kedua pantatku yang dicengkram
Lisa membuatku tak bisa menghentikan gerakanku untuk menghambat ke-
luarnya sperma. Akhirnya... akupun tak tahan dan langsung menumpahkan
lahar panasku. Seluruh tubuhku bagai dialiri setrum saat sentakan-
sentakan halus berdenyut di senjataku, dan bersamaan dengan itu tubuh
Lisa mengejang kaku dan kedua giginya menggigit pundakku. Ternyata
Lisa pun orgame.
"La, baru kali ini gua ngerasain nikmat yang luar biasa."
"Gua juga, Lis!"
"Bohong! Memangnya punya Jenny gimana?"
aku melihat ada api cemburu dalam pertanyaannya, padahal aku jujur
memang baru kali ini orgasme dalam waktu yang benar-benar bersamaan.
Kucium keningnya pelan, kedua mata Lisa yang terpejam pun kukecup
perlahan.
"Gua sayang loe, Lis!"
Lisa semakin kuat memelukku sebagai balasan ucapan sayangku.
 
Ini pertama kalinya aku main dengan Lisa, di sofa lagi.
 
== Filmografi ==