Pesawat pencegat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Rancangan |
k Rancangan |
||
Baris 9:
Kedua-dua jenis pesawat terbang ini mengorbankan kinerja peran [[pesawat tempur superioritas udara]] (yaitu, memerangi pesawat tempur musuh) dengan lebih menitikberatkan kinerjanya pada kecepatan mendaki maupun kecepatan tinggi. Hasilnya adalah pesawat pencegat seringkali terlihat begitu mengesankan di atas kertas, biasanya bergerak lebih cepat, mendaki lebih cepat, dan melepaskan tembakan lebih cepat, sebuah rancangan pesawat tempur yang tidak begitu dikhususkan. Kelemahan pesawat pencegat adalah bergerak kurang lincah ketika memerangi pesawat "yang kurang berkemampuan" karena terbatasnya kemampuan bermanuver.
Pada dasawarsa 1970-an, penggunaan pesawat pencegat semakin berkurang karena perannya dikaburkan oleh peran pesawat tempur superioritas udara kelas berat, yang kian mendominasi pemikiran militer pada zaman itu. Terlebih lagi,
=== Pertahanan titik ===
[[Berkas:DD-ST-85-06520.JPEG|thumb|[[Mikoyan-Gurevich MiG-25]] adalah pesawat pencegat asal [[Rusia]] yang menjadi andalan pertahanan udara [[Uni Soviet]].]]
Pesawat pencegat [[pertahanan titik]], biasanya berasal dari Eropa, dirancang untuk mempertahankan sasaran khusus. Mereka dirancang untuk dapat lepas landas dan mendaki secepat mungkin, menghancurkan segala ancaman yang datang, dan segera mendarat lagi. Contoh yang cukup ekstrem dari pesawat pencegat pertahanan titik adalah [[Bachem Ba 349]] yang dilengkapi oleh roket.
<!--
At the start of the [[Second World War]], most single engine fighters were "short-legged", with limited internal fuel capacity. These were not designed specifically as interceptors, but the long-range bomber escort role had not been envisaged. This proved to be a critical problem for German single-engined fighters (essentially, only one design at that time, the [[Messerschmitt 109|Bf 109]]), during the [[Battle of Britain]], which could escort bombers across the channel, but only had sufficient fuel for a few minutes of combat if they were also to return to their airfields in France. At this stage, the similar limitation of British single-engined fighters was less of a problem for the defending [[Royal Air Force]] (RAF).
|