Pesawat pencegat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Reindra (bicara | kontrib)
k pertahanan titik
Reindra (bicara | kontrib)
k Pertahanan titik
Baris 16:
Pesawat pencegat [[pertahanan titik]], biasanya berasal dari Eropa, dirancang untuk mempertahankan sasaran khusus. Mereka dirancang untuk dapat lepas landas dan mendaki secepat mungkin, menghancurkan segala ancaman yang datang, dan segera mendarat lagi. Contoh yang cukup ekstrem dari pesawat pencegat pertahanan titik adalah [[Bachem Ba 349]] yang dilengkapi oleh roket.
 
Pada permulaan [[Perang Dunia II]], sebagian besar pesawat tempur bermesin tunggal adalah "bertungkai pendek", dengan daya muat bahan bakar terbatas. Mereka tidak secara khusus dirancang sebagai pesawat pencegat, tetapi peran pengawal pesawat pengebom berjelajah-jauh tidaklah terbayangkan. Ini terbukti menjadi masalah yang kritis bagi pesawat tempur bermesin tunggal milik Jerman (pada intinya, hanya satu rancangan pada zaman itu, yakni [[Messerschmitt Bf 109]]), pada [[Pertempuran Britania]], yang mampu mengawal pesawat pengebom melintasi [[Selat Inggris]], tetapi bahan bakarnya hanya cukup untuk beberapa menit pertempuran jika mereka juga kembali ke pangkalan udaranya di [[Perancis]]. Pada tahap ini, keterbatasan yang sama dari pesawat tempur bermesin tunggal asal Inggris adalah kemampuannya yang kurang mumpuni untuk mempertahankan [[Angkatan Udara Britania Raya]].
<!--
When [[RAF Bomber Command]] began its own bombing campaign over Germany, most of its missions were flown at night, unescorted, or escorted by larger, longer-ranged and twin-engined [[night fighter]]s. As the war progressed, however, Bomber Command flew increasing numbers of daylight missions. The [[Supermarine Spitfire|Spitfire]], designed several years before the war, was adapted to other roles – older machines were re-assigned to fighter-bomber squadrons, based nearer the front, while newer marks developed into more highly-focused interceptors. These later, [[Rolls-Royce Griffon|Griffon]]-engined Spitfires were primarily retained in Britain to defend against [[V1 flying bomb|V-1]]s and bombing raids by single, high-speed or high-altitude, German bombers. Newer designs, like the [[Hawker Aircraft|Hawker]] [[Hawker Tempest|Tempest]], and [[P-51 Mustang]]s bought under [[Lend-Lease]], would fill the conventional and long-range fighter gap.
 
Ketika [[Komando Pengebom Angkatan Udara Britania Raya]] memulakan kampanye pengebomannya di Jerman, sebagian besar misi ini dilakukan pada malam hari, tidak dikawal, atau didukung oleh [[pesawat tempur malam]] bermesin dua, berukuran lebih besar, dan berdaya jelajah luas. Tetapi ketika peperangan semakin meluas, Komando Pengebom menambah jumlah misinya di siang hari. [[Supermarine Spitfire]], dirancang beberapa tahun sebelum perang terjadi, diadaptasi untuk menjalani peran lain – mesin yang lebih lawas dipasang-kembali pada skuadron tempur-pengebom, sedangkan yang lebih baru dikembangkan menjadi pesawat pencegat. Kemudian, Spitfire yang bermesinkan [[Rolls-Royce Griffon|Griffon]] utamanya dipelihara di Inggris untuk melawan [[V-1]] dan serangan pengeboman oleh pesawat pengebom tunggal cepat asal Jerman. Rancangan yang lebih baru, seperti [[Hawker Tempest]], dan [[P-51 Mustang]] dibeli di bawah persyaratan [[Pinjam-Sewa]], akan mengisi kesenjangan pesawat tempur konvensional dan berjelajah panjang.
<!--
The Germans, quickly losing their ability to project their airpower over enemy territory, no longer had much requirement for a long-range escort fighter. They were obliged to keep using the Bf 109 throughout the war, although it and newer designs were developed as fighter bombers, the ''[[Luftwaffe]]'''s most critical requirement was for interceptors as the Commonwealth and American air forces pounded German targets day and night. As the bombing effort grew, notably in early 1944, the Luftwaffe attempted to introduce a number of high-performance designs like the [[Messerschmitt Me 163]] ''Komet'' and even odder designs like the [[Bachem Ba 349]] ''Natter'' in the very-short-range interceptor role. In general these designs proved difficult to operate, and had little effect on the bombing effort.