Wali Sanga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sabrangi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sabrangi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 69:
Pada dasarnya ada beberapa tokoh di abad 14-15 yang dianggap pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa, yang diantaranya adalah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat yang lebih sering disebut Syekh Maulana Akbar oleh kaum Sufi di tanah air. Dari beliaulah tampaknya sebagian besar Walisongo berasal seperti yang telah disebut diatas.
 
Di dalam Muqqadimah kitab ''Tarjamah Risalatul Muawanah'' (TarekatThariqah Menuju Kebahagiaan), penulis asal Bandung Muhammad Al-Baqir telah memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para muballigh Arab ke Asia Tenggara walaupun berisi banyak catatan sejarah yang menguatkan Walisongo dan Mubaligh masa awal lainnya keturunan hadramawt, berkesimpulantapi satu kesimpulan bahwa Syekh Mawlana Akbar sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di [[Wajo]], [[Makasar]] adalah satu hal yang belum dapat dikonfirmasi sumber sejarah lain. Sementara riwayat turun-temurun kaum Sufi di Jawa Barat menyebutkan Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di [[Cirebon]], satu klaim yang juga belum bisa diperkuat sumber sejarah lain.
 
Yang bisa dipastikan adalah tiga orang putra beliau meneruskan dakwah di Asia Tenggara hingga Nusantara yaitu Ibrahim Akbar (ayahanda Sunan Ampel) bermarkas di Champa, Ali Nuralam Akbar (kakek Sunan Gunung Jati) bermarkas di Pasai dan Zainal Alam Barakat. Silsilah Syekh Maulana Akbar Gujarat yang bernama asli Jamaluddin Akbar ini adalah putra Ahmad Jalal Syah, putra Abdullah Khan, putra Abdul Malik, putra Alwi, putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, seorang ulama besar [[Hadramaut]], [[Yaman]], di abad 12 M.
Baris 96:
1. [[L.W.C Van Den Berg]] dalam bukunya ''Le Hadramawt et Les Colonies Arabes dans l’Archipel Indien (1886)'' mengatakan:”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang '''Sayyid Syarif'''. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
 
2. Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:”Pada '''abad XV''', di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab '''Hadramawt''' membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikuti jejak nenek moyangnya.” Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yang spesifik menyebut '''abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan / atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. '''Abad ini jauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaum Hadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenal bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya'''.
 
3. Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafi’ie sama seperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. '''Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnya bermadzhab Hanafi'''.
 
4. Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanya Malaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena para pedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datang dari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang mana orang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian [[Kerala]]) mempunyai bahasa [[Malayalam]], walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dari Hadramawt '''mengingat kesamaan madzhab Syafi’ie yang sangat spesifik dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait'''. Satu kitab fiqh mazhab Syafi’ie yang sangat popular di Indonesia ‘Fathul''Fathul Muin’Muin'' pengarangnya bahkan [[Zainuddin Al Malabary]] (berasal dari tanah Malabar), satu kitab fiqh yang sangat unik karena memasukkan banyak pendapat kaum [[Sufi]], bukan hanya pendapat kaum [[Fuqaha]]. Satu bukti yang sangat akurat adalah '''madzhab syafi’ie dengan corak tasawuf dan pengutamaan ahlul bait hanya dianut kaum Muslim pesisir (Hadramawt, Mesir, Gujarat dan Malabar di pesisir India Barat) dan yang ditinggal di daerah kepulauan (Ceylon, Malaysia, Sulu dan Mindanao di Philippine dan Indonesia) menandakan agama Islam dari madzhab ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalur pelayaran dan perdagangan'''.
 
5. Di abad 15 Raja-raja Jawa seperti '''Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar''', yang mana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar '''Jamaluddin Akbar''' cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putra Abdul Malik putra Alwi putra [[Muhammad Shahib Mirbath]] Ulama besar Hadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagai Mubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.
 
==Sumber tertulis tentang Walisongo==