Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k {{rapikan}}
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-ijin +izin)
Baris 2:
Berdirinya '''Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung''' dimulai dengan beban dan visi dari Tuhan yang digumuli oleh para rohaniwan dan majelis Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar (GKJMB), yang sekarang menjadi Sinode Gereja Kristus Yesus, dari sejak tahun 1992. Beban dan visi ini didasarkan pada perkataan Tuhan Yesus yang tercatat di Matius 9:37, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Pergumulan mendirikan suatu STT untuk memenuhi pekerjaan penuaian di ladang Tuhan, khususnya di Indonesia, akhirnya diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk mendirikannya pada rapat majelis GKJMB tanggal 25 Oktober 1993.
 
Langkah awal adalah menunjuk beberapa anggota GKJMB untuk memikirkan rencana pendirian STT ini. Selain itu Majelis GKJMB, melalui Badan Studi Hamba Tuhan, mulai mengutus beberapa rohaniwan GKJMB untuk melanjutkan studi di luar negeri dengan proyeksi dan harapan untuk dapat menjadi pengajar di STT setelah menyelesaikan studi. Pada tanggal 14 Desember 1995 Majelis GKJMB menetapkan nama-nama pengurus Yayasan untuk merintis pendirian STT, namun nama Yayasan dan STT masih belum ditetapkan. Para pengurus yayasan inilah yang mulai memikirkan nama STT, ijinizin pendirian, lokasi kampus, dan hal-hal lainnya. Pada tanggal 13 Juni 1996 nama STT “Amanat Agung” (STTAA) disahkan dalam rapat Majelis GKJMB. Akta pendirian Yayasan Amanat Agung secara resmi dibuat pada tanggal 9 September 1996.
 
STTAA dimulai dengan menawarkan program gelar Sarjana Teologi (S.Th.), Magister Divinitas (M.Div.), dan Master of Art (M.A.) jurusan Misi. Mulai Februari 1997 STTAA membuka perkuliahan bagi para mahasiswa program M.A. jurusan Misi yang dilaksanakan pada malam hari.
Baris 12:
Asrama bagi para mahasiswa disediakan di beberapa lokasi yang letaknya tidak berjauhan dengan kampus Green Ville. Meskipun dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas, perkuliahan di STTAA dapat dimulai dan dilaksanakan. Jumlah mahasiswa pada tahun pertama (1997-1998) adalah 7 mahasiswa program S.Th., 12 mahasiswa program M.Div. dan 45 mahasiswa program M.A.
 
Sehubungan dengan kepindahan Pdt. William Hosanna ke USA, maka Pdt. Freddy Lay, D.Miss. diangkat sebagai Pejabat Sementara Ketua STTAA dari sejak 9 Mei 1998. Dalam masa kepemimpinan Pdt. Freddy Lay, proses pengurusan ijinizin operasional dan akreditasi STTAA ditindak-lanjuti dengan lebih intensif. Pada tanggal 16 April 1999 Pdt. Poltak Siahaan, S.Th. sebagai Dirjen Bimas Kristen Protestan melakukan visitasi ke STTAA dalam rangka proses ijinizin operasional dan akreditasi. Pada tanggal 23 September 1999 STTAA mendapatkan izin operasional program S-1 jurusan Teologi/Kependetaan dari Dirjen Bimas Kristen Protestan. Di kemudian hari STTAA juga mendapatkan Status Terdaftar untuk program S-1 jurusan teologi/kependetaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2001. Dengan diberikannya Status Terdaftar ini maka STTAA dapat mengikuti ujian Negara yang dilaksanakan oleh Departemen Agama.
 
Jabatan Pejabat Sementara Ketua beralih dari Pdt. Freddy Lay, D.Miss. ke Pdt. Lotnatigor Sihombing, M.Th. mulai dari Februari 2000. Di bawah kepemimpinan Pdt. Lotnatigor Sihombing, dilaksanakan Wisuda STTAA pertama pada tanggal 16 September 2000 bersamaan dengan perayaan Dies Natalis ke-3. Jumlah mahasiswa yang diwisuda pertama adalah 5 orang dari program M.Div. dan 4 orang dari program M.A.
Baris 30:
Dalam usaha untuk menjalin dan mengembangkan hubungan dengan sekolah-sekolah teologi yang lain maka STTAA telah diterima sebagai anggota di Asia Theological Association (ATA) sejak November 2005 dan Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA) sejak Juli 2006. Selain itu, STTAA juga berkeinginan untuk memberikan kontribusi di dunia teologi di [[Indonesia]] dengan menerbitkan Jurnal Amanat Agung secara berkala, yakni 2 kali setahun, mulai September 2005.
 
Pergumulan utama STTAA dari sejak didirikannya adalah fasilitas kampus yang permanen dan yang lebih memadai. Terpisahnya gedung kuliah di Green Ville dengan asrama-asrama merupakan kondisi yang kurang ideal. Rencana semula adalah mendirikan kampus STTAA di daerah Bogor di atas tanah seluas 7 hektar pada tahun 1998 dengan harapan untuk dapat difungsikan pada tahun 1999, tetapi rencana ini tidak dapat direalisasikan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Gedung kampus sementara di Green Ville, yang pada mulanya berstatus pinjaman, akhirnya dibeli oleh GKJMB pada Agustus 1999. Pembelian ini dilakukan dengan perencanaan untuk membangun gedung kampus 6 lantai di lokasi ini. Segala persiapan pembangunan sudah dilakukan dan bahkan STTAA sempat pindah lokasi ke jalan Tanjung Duren Barat I/34 dengan meminjam tiga ruko selama tahun 2001, tetapi proses perijinanperizinan mengalami hambatan. Sejak awal tahun 2002 kampus di Green Ville mulai dipakai lagi setelah direnovasi. Karena fasilitas kelas dirasakan tidak mencukupi, maka pada awal tahun 2005 STTAA harus menyewa satu ruko yang terletak di depan kampus Green Ville untuk penambahan kelas. Sementara itu, usaha untuk mencari lokasi yang baru untuk pembangunan kampus baru terus dilakukan.
 
Akhirnya, pada awal tahun 2003 diputuskan untuk membeli sebidang tanah seluas 5000 m2 yang terletak di jalan Kedoya Raya 18, Jakarta Barat, untuk pembangunan kampus baru yang permanen. Malam dana diadakan pada tanggal 23 Agustus 2003 di Restauran Eka Ria, Jakarta. Peletakkan batu pertama diadakan pada tanggal 12 Juni 2005 dan dipimpin oleh Pdt. William Hosanna, D.Min. (ketua sinode Gereja Kristus Yesus). Dengan anugerah [[Tuhan]] yang luar biasa yang menggerakkan banyak orang untuk mendukung, kampus baru STTAA akhirnya selesai dibangun dengan luas bangunan sekitar 8000 m2. [[Kampus]] baru ini telah dipakai mulai tahun ajaran 2007-2008 yang ditandai dengan kebaktian Soft Opening pada tanggal 13 Agustus 2007.