Bahasa Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
 
==Sejarah==
Bahasa Indonesia didasarkandikembangkan dari salah satu dialek [[bahasa Melayu]], sebuah bahasa [[Austronesia]] (atau [[Melayu-Polinesia]]) yang digunakan sebagai ''lingua franca'' di kepulauan Indonesia selama berabad-abad, dan statusnya dinaikkan menjadi '''bahasa resmi''' Indonesia pada saat kemerdekaan Indonesia tahun 1945. SangatSecara umum, Bahasa Indonesia sangat mirip dengan (''Bahasa Melayu''), bahasa resmi dari [[Malaysia]]. Hanya 7% dari penduduk Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, namun total pengguna bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mencapai angka 200 juta. Bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi yang penting dalam berbagai jenjang pendidikan dan dalam semua media massa.
 
Kolonisasi [[Belanda]] meninggalkan cukup banyak kosakata pada bahasa Indonesia seperti pada kata ''polisi'', ''kualitas'', ''telepon'', ''bis'' / ''bus'', ''kopi'', ''rokok'' atau ''universitas''. ada juga beberapa kata yang diambil dari [[bahasa Portugis]] (''sabun'', ''jendela'', ''gereja'', dan ''sepatu'' sebagai contohnya), [[bahasa Tionghoa|bahasa China]] (''pisau'' dan ''loteng'' sebagai contohnya), [[bahasa Hindi]] (''meja'', ''kaca'') dan dari [[bahasa Arab]] (''khusus'' ''maaf'', ''selamat ...'').
 
==Klasifikasi==
Indonesia termasuk anggota dari [[Bahasa Melayu-Polinesia Timur]] sub kelompok dari [[bahasa Melayu-Polinesia]] yang manapada adalahgilirannya merupakan cabang dari [[bahasa Austronesia]]. Menurut situs ''[[Ethnologue]]'', bahasa Indonesia didasarkan daripada [[bahasa Melayu]] dialek Riau yang dituturkan di timur laut [[Sumatra]]
 
==Distribusi geografis==
Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunakan di area perkotaan, dan tidak begitu banyak digunakan di daerah pedesaan. Di daerah, yang digunakan umumnya adalah [[bahasa daerah]] seperti [[bahasa Aceh]], [[bahasa Batak]], [[bahasa Sunda]], [[bahasa Jawa|bahasa Jawa]], [[bahasa Banjar]], [[bahasa Bugis]] dll.
 
===Status resmi===
Baris 36:
 
==Bunyi==
Ada enam suara vokal murni: a, e, i, o, u, dan [[schwa]] yang juga ditulis dalam huruf ``e``; tiga diftong (ai, au, oi). Fonem Konsonatiknya adalah p, b, t, d, k, g, v, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, dan y. Disamping itu ada juga konsonan lain yang hanya muncul dalam kata serapan, yaitu: f, v, sy, z, dan kh.
 
Pengejaan bahasa Indonesia mirip dengan bahasa Italia, sebagai contoh, t diucapkan lebih maju dari pada bahasa Inggris (bunyinya kira kira diantara huruf "t" dan "th"). Huruf vokalnya juga mirip.
 
==Tata bahasa==
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak begitubanyak menggunakan kata ber[[jenis kelamin|tata bahasa dengan jenis kelamin]]. sebagaiSebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak mengacusecara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk menspesifikasi sebuah gender, sebuah kata sifat harus di tambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
 
Ada juga kata yang bergender, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari [[bahasa Sansekerta]] melalui [[bahasa Jawa]] Kuno)
Baris 47:
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakan [[reduplikasi]], tapi hanya jika jumlahnya tidak diimplikasikan dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai alih alih "seribu orang orang". Reduplikasi juga mempunyai banyak fungsi lain, tidak terbatas pada kata benda.
 
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak., yaitu "kami" dan "kita". Kami adalah kata ganti ekslusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
 
Susunan kata dasar adalah Subjek - Predikat - Objek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di [[infleksi|bahasa berinfleksi]]kan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal ''tense''. Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "besok"), atau indikator lain seperti "sudah" atau "belum".