Mikologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
Kajian dalam mikologi antara lain meliputi [[taksonomi]] jamur, [[fisiologi]] jamur, [[bioteknologi]] jamur, budidaya jamur (''mushroom culture''). Mikologi sangat besar pengaruhnya terhadap [[fitopatologi]] karena banyak penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur; sehingga pernah fitopatologi disebut sebagai mikologi terapan (''applied mycology'').
Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011) Manusia telah mengenal jamur sejak tiga ratus tahun yang lalu. Saat ini, dalam aktifitas kehidupan sehari-hari, kita selalu dekat dengan jamur. Sejak kita bangun dari tidur hingga tidur lagi jamur selalu menjadi bagian hidup kita. Bagaimana tidak, pakaian yang kita kenakan pada bagian tertentu banyak ditumbuhi jamur, misalnya titik-titik hitam pada bagian pinggang dan kerah pakaian, itu adalah koloni jamur yang dapat tumbuh pada kondisi kelembaban tertentu. Makanan yang tersimpan terlalu lama juga akan segera ditumbuhi jamur. Demikian pula dengan lemari pakaian yang terbuat dari kayu, meja kayu, bahan-bahan dari kain, dan kulit binatang peliharaan kita atau bahkan tubuh kita sendiri dapat menjadi tempat tumbuh yang sesuai bagi jamur.
Perintis ilmu tentang jamur adalah seorang berdarah Italia bernama Pier Antonio Micheli. Micheli menemukan jamur dan mulai mengamatinya sejak tahun 1720-an, hingga akhirnya pada tahun 1729 diterbitkanlah sebuah buku tentang jamur yang berjudul “Nova Plantarum Genera”. Dalam buku tersebut meskipun Micheli belum secara mendalam membahas mengenai jamur, namun sudah cukup jelas menggambarkan dan mendefinisikan jamur, terutama biologi dan morfologinya. Penggambaran biologi dan morfologi jamur pada buku Micheli jelas nampak didasarkan pada pengamatan secara makroskopis sederhana terhadap koloni jamur. Meskipun demikian, peran Micheli dalam ilmu jamur sangat besar hingga saat ini perkembangan ilmu tentang jamur sudah berkembang sangat pesat.
Dalam klasifikasinya, jamur digolongkan ke dalam Kingdom atau kerajaan Plantae karena memiliki sifat seperti tumbuhan, dan Divisi Myceteae. Seluruh spesies jamur tidak memiliki khlorophil atau zat hijau daun yang berperan dalam proses fotosintesis, oleh karena itu, selama hidupnya jamur senantiasa memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai sumber energi untuk perkembangan dan perbanyakannya. Bahan organik yang digunakan dapat berupa bahan organik yang sudah lapuk seperti sisa makanan dan tanaman yang sudah mati maupun bahan organik yang terkandung dalam tanaman yang masih hidup. Jamur yang memanfaatkan bahan organik dari tanaman yang sudah lapuk berarti bersifat saprofit dan jamur yang memanfaatkan bahan organik pada tanaman hidup berarti bersifat parasit. Jadi, jamur dapat bersifat saprofit maupun parasit (Anton Muhibuddin, 2011).
 
 
{{biologi-stub}}