Kristologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 58:
 
====Konsili-Konsili====
[[Berkas:First Council of Nicea (icon).jpg|Bottom|thumb|left|180px|Konsili Pertama Nicea]]
'''Konsili Nicea''' (325)
Dalam Konsili Nicea, para uskup dari Timur memutuskan bahwa sebutan Allah digunakan bukanlah untuk kehormatan saja.<ref name="Johnson"></ref> Dalam Syahadat Nicea yang masih didaraskan dan dinyanyikan gereja dewasa ini, Yesus diakui sebagai "Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar; dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa." <ref name="Johnson">}</ref> "Jika syahadat ini tidak benar, kita tidak akan diselamatkan oleh Yesus." Demikian kata mereka. <ref name="Johnson"></ref> Konsili Nicea memelihara Gereja dari [[bidaah]] Arianisme.<ref name="Dister">{{id}}</ref> Yesus dari Nazaret, Sang Kristus, Allah betul-betul menyatakan diri di bumi kita ini.<ref name="Dister">}</ref>
Baris 85:
 
===Modern===
Teologi memang selalu mengikuti perkembangan, tidak [[komprehensif]] namun [[framentaris]], [[kontekstual]], [[multikultural]], dapat diterima oleh budaya setempat.<ref name="Jurnal Filsafat"></ref> [[Teologi Kristen]] yang berpusat pada kristologi juga demikian, perjumpaan dengan Kristus selalu dialami dalam konteks tertentu, mengindahkan kenyatankenyataan hidup umat (Kristen) yang dilayani yang berada dalam pluralisme konteks.<ref name="Jurnal Filsafat"></ref>
 
Kristologi dalam perjumpaan dengan umat beragama lain dapat membantu umat Kristen membaca Kristus dengan lebih luas, Kristus dalam Filipi 2:7-8 menyatakan Kristus sebagai manusia, bahkan ''hamba''.<<ref name="Jurnal Filsafat"></ref> Ini komentar dari umat Budha di Srilanka.<ref name="Jurnal Filsafat"></ref> Dari Umat [[Islam]], Kristus adalah [[Nabi]], mengikuti Yesus berarti mengikuti nabi dan hidup [[profetis]], menjadi saksi Allah dalam berbela rasa terhadap penderitaan mansuia.<ref name="Jurnal Filsafat"></ref> Kristus bukan milik [[ekslusif]] Gereja lagi, namun terbuka bagi kehidupan universal.<ref name="Jurnal Filsafat"></ref>
Baris 143:
 
# Karl Rahner (1904-1984)
Rahner dilahirkan di keluarga Katolik Bavaria - Jerman Barat, terdidik dalam ketaatan.<ref name="Kylbi">{{en}}Karen Kylbi., Karl Rahner - terjemahan, Yogyakarta: Kanisius, 2001</ref> Pada [[Perang Duni II]] tidak dikenal, namun tahun 1960 pada Konsili Vatikan II menjadi pusat perhatian dalam teologi modern.<ref name="Kylbi"></ref> Teologinya dianggap sebagai aliran [[neo-skolastisisme]] yang dipengaruhi Aquinas.<ref name="Kylbi"></ref>
'''[[Karl Rahner]]''' dalam berkristologi ingin menekankan pada "sesuatu" yang berasal dari dialektis (perjumpaan) antara simbol dan penyimbolan, terkhusus pada simbol Yesus.<ref name="Clifford"></ref> Simbol menurut Rahner adalah "sesuatu yang menjadi perantara sesuatu lain dari dirinya sendiri.<ref name="Clifford">{{en}}</ref> Petunjuk penting adalah bahwa Yesus adalah benar-benar dari Allah untuk dunia.<ref name="Clifford"></ref> ''[[Kristologi [[Thomas Aquinas]]'' yang berpusat pada [[inkarnasi]] Allah pada diri Yesus.<ref name="Davies">{{en}}Brian Davies., The thought of Thomas Aquinas,New York: Oxford University Press, 1992</ref> [[Karl Rahner]] menyebutmenyebutnya, Yesus sebagai "Tuhanku dan Allahku".<ref name="Davies"></ref> Melalui teori simbol (Yunani : ''σύμβολο'') bahwa melalui yang ada saat ini, maka kita bisa mendapati yang lain.<ref name="Kylbi"></ref> Melalui kemanusiaan Kristus yang terbatas, kita mendapati Allah yang tak terbatas.<ref name="Kylbi"></ref> Bagi Rahner, Kedatangan Kristus bukan karena semata-mata harus mengampuni dosa manusia, melainkan karena rahmat.<ref name="Kylbi"></ref> Seandainya Adam tidak berdosa, Rahner mengandaikan Kristus tetap akan datang kedunia, meninggal, dan bangkit kembali.<ref name="Kylbi"></ref> Rahner tidak menolak kenyataan atau daya tarik dosa dan kejahatan, ia juga tidak menyangkal bahwa inkarnasi, salib, dan kebangkitan kembali berkaitan dengan pengampunan dosa.<ref name="Kylbi"></ref> Tetapi itu semua bukanlah pokok persoalannya; Kristus tidak bisa dilihat '''hanya''' sebagai obat bagi dosa-dosa kita.<ref name="Kylbi"></ref> Dosa, seperti yang dilihat oleh Rahner, tidak bisa menjadi motor penggerak cerita tentang keterlibatan Allah dengan dunia.<ref name="Kylbi"></ref>
 
Kristologi Rahner sebenarnya bertolak dari Konsili Khalsedon.<ref name="Kylbi"></ref> Kristologi yang dirumuskan pada akhir masa perjuangan [[politik]], [[eklesiastik]] sehingga dapat diterima sebagian besar perserta Konsili, di mana dalam Kristus ada kemanusiaan dan keilahian secara bersamaan.<ref name="Kylbi"></ref> Kristus dan rahmat menjadi pemikiran yang cemerlang dari Karl Rahner, Allah bisa dilihat dari kemanusiaan Kristus dan bermula dari kemanusiaan 'kita'.<ref name="Kylbi"></ref> Di sinilah perbedaan kristologinya dengan Karl barth.<ref name="Kylbi"></ref> Menurut Barth, Allah tidak bisa dikenal dari sekadar membicarakan manusia.<ref name="Kylbi">Ther Word of God and The Word of Man, Hlm 195</ref>
 
# Kristologi Karl Barth (1886-1968)