Bambang Soegeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Bambang Sugeng''' (lahir di [[Tegalrejo]], [[Magelang]], [[31 Oktober]] [[1913]] - [[1977]]) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] pada [[5 Desember]] [[1952]] hingga [[2 Mei]] [[1955]]. Ia juga pernah menjabat sebagai [[Duta Besar]] [[Indonesia]] untuk [[Vatikan]], [[Jepang]], dan [[Brasil]].
 
Bambang Sugeng pernah memimpin pasukan [[TKR]] pada saat [[Agresi Militer I]] ([[1947]]) dan [[Agresi Militer II]] ([[1948]]). Selain itu ia juga termasuk perwira yang terlibat dalam perencanaan [[Seranga Umum 1 Maret 1949]]. Sebagai penguasa teritorial, Bambang mengendalikan jalannya pertempuran di wilayah Divisi III [[Jawa Tengah]] dan [[Yogyakarta di masa]] 1948-1949. Dari tangan pria kelahiran Magelang itu muncul Perintah Siasat dan Intruksi Rahasia untuk melakukan perang propaganda terhadap [[Belanda]].
 
Dengan posisinya yang senior kemudian Pemerintah menunjuknya untuk menjadi wakil Panglima Besar [[Sudirman]] atau Wakil 1 Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Sosoknya yang bisa diterima semua pihak yang menjadikanya satu-satunya alternatif bagi Presiden [[Soekarno]] saat mencopot [[AH Nasution]] yang mendalangi [[peristiwa 17 Oktober 1952]].
 
Bambang menggunakan pendekatan unik khas Indonesia yaitu musyawarah untuk menyatukan para perwira TNI yang terbelah akibat peristiwa Oktober 1952 dan menghasilkan [[Piagam Djogja 1955]]. Piagam yang meredam friksi di dalam militer membuat Soekarno mengangkat kembali AH Nasution menjadi KSAD, dengan konsekuensi Bambang kehilangan jabatan yang dia genggam tersebut.
 
Bambang juga yang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemudian ditiru pada pencatatan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP.
 
== Pranala luar ==