Ogung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
== Sejarah ==
Sampai sekarang asal mula ogung di tanah batak masih menjadi misteri. Banyak cerita yang melatarbelakangi asal usul ogung. Ada yang berpendapat bahwa ogung adalah buatan masyarakat batak itu sendiri, sebab ogung merupakan salah satu bagian dari Gondang Sabangunan, alat music tradisional Batak yang diyakini semuanya dibuat oleh nenek moyang orang batak dan hanya dipakai oleh orang batak. Namun ada pendapat lain bahwa ogung bukanlah produk asli orang batak, tetapi berasal dari luar Sumatera Utara. Ada yang mengatakan bahwa ogung berasal dari Pulau Jawa, tapi ada juga yang mengatakan bahwa
== Macam-macam ==
Seiring dengan banyaknya sub-etnis dalam suku batak itu sendiri (terdiri dari Toba, Karo, Mandailing, Angkola-Sipirok, Simalungun dan Pakpak),
=== Sub-etnis Toba ===
Baris 40:
== Kualitas ==
Kualitas ogung milik orang Batak sebenarnya sama saja dengan gong lainnya di pelosok daerah di Indonesia, yaitu <ref/>terbuat dari logam, berdiameter 16-65 cm, memiliki ketebalan kisaran 2,5-10 cm, dan memiliki pencu (bagian tengah ogung yang menonjol keluar). Akan tetapi, walaupun dewasa ini banyak bermunculan pengrajin ogung di tanah batak, beberapa pemusik batak lebih menyukai gong yang berasal dari Pulau Jawa, karena bunyinya yang lebih enak didengar.
== Kepemilikan ==
Setiap sub-etnis dalam masyarakat Batak punya karakteristik kepemilikan ogung. Pada orang Karo, ogung wajib hukumnya dimiliki setiap desa sehingga semua warga di desa tertentu bersama-sama memiliki dan merawat ogung itu. Berbeda dengan orang Karo, orang Pakpak menganggap ogung adalah benda mewah dan berharga. Jika sebuah keluarga memiliki ogung, hal ini pertanda bahwa keluarga ini orang terpandang.
== Fungsi ==
Baris 52:
== Referensi ==
<references />http://www.halakhita.com/culture/nama-istilah-dan-benda-bersejarah-batak/
<references />Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945: Suatu Pendekatan Antropologi dan Budaya Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
|