Paul F. Knitter: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
== Knitter dan Teologi Komparatif ==
Di dalam karya terbaru Knitter, ''Without Buddha I Cannot be a Christian'' (2009), ia menggunakan pendekatan teologi komparatif.<ref name="Knitter6"></ref> Buku tersebut berisi perbandingan konsep-konsep Kristen dengan konsep-konsep dalam [[Buddhisme]].<ref name="Knitter6">{{en}}Paul F. Knitter. 2009. ''Without Buddha I Cannot be a Christian''. Oxford:One World Publications.</ref>
== Knitter dan Posisi Soteriosentrisme ==
Di dalam buku selanjutnya, 'Satu Bumi Banyak Agama', Knitter menyatakan bahwa tipologi yang ia gunakan pada buku sebelumnya kurang tepat.<ref name="Knitter2">{{id}}Paul F. Knitter. 2004. Satu Bumi Banyak Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 20-24, 35-36, 44, 52-53.</ref> Menurutnya, tipologi eksklusivisme-inklusivisme-pluralisme yang diajukan Alan Race lebih tepat.<ref name="Knitter2"></ref> Knitter sebelumnya menyatakan bahwa dirinya menganut posisi pluralisme yang menyatakan bahwa agama-agama merupakan jalan-jalan yang berbeda menuju satu tujuan, yang dalam bahasa Kristen disebut Allah.<ref name="Knitter2"></ref> Akan tetapi, Knitter menyatakan bahwa dirinya telah melampaui posisi pluralisme yang teosentris yang dianut sebelumnya, yakni dengan posisi soteriosentrisme.<ref name="Knitter2"></ref>
 
=== Definisi ===
Soteriosentrisme berasal dari kata [[bahasa Yunani]] ''soter'' yang berarti [[keselamatan]].<ref name="Knitter2"></ref> Dengan demikian, soteriosentris secara [[etimologis]] berarti 'berpusat pada keselamatan'.<ref name="Knitter2"></ref> Jikalau pendekatan pluralisme menjadikan Satu Realitas Ilahi (disebut ''[[The Real]]'' oleh John Hick) atau Tuhan dalam bahasa [[agama Abrahamik]], maka soteriosentrisme menjadikan konteks penderitaan umat manusia dan penderitaan alam (krisis ekologis) sebagai pusat.<ref name="Knitter2"></ref> Penderitaan yang dialami umat manusia dan kerusakan alam haruslah menjadi fokus perhatian dan sasaran dari agama-agama yang ada.<ref name="Knitter2"></ref> Manusia dan alam yang menderita perlu mendapatkan keselamatan yakni terbebas dari derita yang mereka alami.<ref name="Knitter2"></ref> Di sini, paham keselamatan dalam kekristenan diberikan pemaknaan baru oleh Knitter.<ref name="Knitter2"></ref>
 
Dengan demikian, Knitter mengkritik pendekatan pluralisme yang langsung menyatakan bahwa agama-agama adalah jalan menuju Tuhan.<ref name="Knitter2"></ref> Menurut Knitter, agama-agama yang ada di dunia perlu dinilai kebenarannya melalui kriteria soteriosentris tersebut, yakni seberapa besar agama-agama mau berfokus dan berjuang bagi keselamatan umat manusia dan bumi yang sedang menderita.<ref name="Knitter2"></ref> Knitter melihat bahwa kekristenan akan mengalami perkembangan yang [[evolusi|evolutif]], yakni dari eklesiosentrisme (berpusat pada [[gereja]]), melalui kristosentrisme (berpusat pada Kristus), hingga ke teosentrisme (berpusat pada Allah), dan selanjutnya adalah soteriosentrisme.<ref name="Knitter2"></ref>
 
Posisi soteriosentris tersebut dianut oleh Knitter setelah ia dipengaruhi [[Teologi Pembebasan]] [[Amerika Latin]].<ref name="Knitter2"></ref> Teologi Pembebasan berfokus pada pembebasan manusia-manusia yang tertindas dari para penindasnya maupun situasi yang menekan, khususnya [[kemiskinan struktural]].<ref name="Knitter2"></ref> Minat Knitter terhadap Teologi Pembebasan sudah terlihat dari tulisan sebelumnya di dalam buku 'Mitos Keunikan Agama Kristen'.<ref name="Knitter4">{{id}}Paul F. Knitter. 2001. "Menuju Teologi Pembebasan Agama-Agama". Di dalam ''Mitos keunikan agama Kristen'', eds. John Hick dan Paul F. Knitter, 274-309. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref>
 
=== Dampak kepada Dialog Antar-Iman ===
Asumsi teologis ini berdampak terhadap pemaknaan dialog antar-iman.<ref name="Knitter2"></ref> Knitter menyatakan bahwa dialog antar-iman yang terjadi haruslah bertanggung-jawab secara global.<ref name="Knitter2"></ref> Arti dialog harus mendorong [[praksis]] bersama agama-agama untuk menghadapi adanya tantangan bersama berupa penderitaan konkret umat manusia dan kerusakan [[ekologi]] yang semakin bertambah.<ref name="Knitter2"></ref> Hal tersebut mestinya menjadi konteks bersama dari semua agama yang ada di dunia sekaligus menjadi titik temu dari semua agama.<ref name="Knitter2"></ref>
 
=== Penafsiran Ulang terhadap Sosok Yesus ===
Untuk mendukung model soteriosentris yang diusulkannya, Knitter menyusun penafsiran ulang atas sosok Yesus dan pengaruhnya terhadap [[misi Kristen]].<ref name="Knitter3"></ref> Usaha ini ditunjukkan di dalam buku lainnya, 'Menggugat Arogansi Kekristenan', yang terbit segera setelah buku 'Satu Bumi Banyak Agama'.<ref name="Knitter3"></ref> Di dalam buku ini, Yesus dipandang sebagai tokoh yang unik dan menentukan, namun bukan satu-satunya [[penyataan Allah]].<ref name="Knitter3"></ref> Keunikan Yesus adalah keunikan relasional dengan visi [[Kerajaan Allah]] yang memberitakan tentang pembebasan terhadap manusia yang menderita dan tertindas<ref name="Knitter3">{{id}}Paul F. Knitter. 2005. ''Menggugat Arogansi Kekristenan''. Yogyakarta:Kanisius. 168-193.</ref>
 
== Lihat Juga ==