Sastra hikmat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 14:
Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan [[filsafat|filosofis]], [[metafisik]], [[mistik]], atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai [[etika]] kehidupan sehari-hari. <ref name="Fokkelman"></ref> Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi konkret, yakni untuk mengarahkan orang bertindak kepada situasi yang baik. <ref name="Fokkelman"></ref> Ia memberikan serangkaian nasihat dan peringatan. <ref name="Fokkelman"></ref>
Dalam kitab Amsal terdapat arti hikmat secara luas bahwa tidak selalu berupa pengertian-pengertian saja, melainkan mencakup keterampilan yang situasional. <ref name="Fokkelman"></ref> Sebagai contoh, Amsal 26:4-5, kedua ayat ini berorientasi kepada situasi. <ref name="Fokkelman"></ref> Ayat keempat mengarahkan agar tidak atau lebih baik jangan menjawab orang bebal, jika kita tidak memiliki pegetahuan atau mempunyai jawaban. <ref name="Fokkelman"></ref> Kemudian pada ayat kelima, jika kita memang memiliki pengetahuan yang melampaui orang bebal dan dapat menjawab pertanyaannya, Amsal mengarahkan agar kita menjawabnya . <ref name="Fokkelman"></ref>
Amsal seringkali dikaitkan dengan Salomo, namun harus tetap kita ingat bahwa ada Amsal-Amsal dari yang lainnya. <ref name="Lempp"> {{id}} W. Lempp. 2009.Karangan-Karangan Theologia: Sekolah Tinggi Theologia. Jakarta. 45-49.</ref> Amsal Salomo sebetulnya ialah perkataan manusia yang mengandung pengalaman, pengajaran dan kebijaksanaan yang diperoleh orang beriman sambil memandang dan mempertimbangkan hidup. <ref name="Lempp"></ref> Secara ringkas, hikmat secara keseluruhan dalam kitab Amsal berbicara jelas tentang hitam dan putih, suatu [[analog]] antara yang baik dan yang jahat. <ref name="Fokkelman"></ref>
|