Teologi dalit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT49olo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT49olo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23:
Beberapa orang mengatakan bahwa berteologi Dalit hanya dapat dilakukan oleh para Dalit itu sendiri, yang telah mengalami penindasan <ref name="Amaladoss"></ref>. Namun kita harus menyadari bahwa Allah tidak terbatas, Allah berpihak kepada semua orang baik kepada kaum Dalit atau bukan Dalit <ref name="Amaladoss"></ref>. "Kuasa dan kekuatan yang besar" dan "menggemparkan" menunjuk kepada keperluan kaum Dalit untuk berusaha memperjuangkan hak-hak mereka <ref name="Amaladoss"></ref>. Tujuannya adalah martabat manusia sebagai umat Allah yang setara (humanisme) <ref name="Amaladoss"></ref>. Teologi Dalit juga bersifat doksologis <ref name="Amaladoss"></ref>. Bagi kaum Dalit yang menjadi Kristen dari agama Hindu merupakan pengalaman eksodus (keluaran) yang membebaskan <ref name="Amaladoss"></ref>. Pengalaman ini mengandung pengharapan eksodus dari para kaum Dalit untuk mendapatkan pembebasan sepenuhnya <ref name="Amaladoss"></ref>. Akan tetapi perlu diingat bahwa kaum Dalit tidak akan dibebaskan jika sistem kasta sebagai penataan masyarakat tidak turut diubah <ref name="Amaladoss"></ref>. Kemudian yang terjadi adalah berteologi Dalit juga merupakan bagian dari orang lain yang bersosialisasi dengan mereka <ref name="Amaladoss"></ref>.
 
Para Dalit yang termasuk Kristen merasakan pengasingan ganda <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"></ref>. Mereka termarjinalkan oleh kelompok kaya dan para penguasa non-Dalit <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"></ref>. Selain itu, mereka juga tersiksa dalam gereja-gereja arus utama, di mana anggapan mereka dalam gereja akan mendapatkan emansipasi <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"></ref>.
== Yesus dan Kaum Dalit ==
Karya Allah pada kebangkitan Yesus merupakan realitas Eskatologis <ref name="Elwood">{{en}} Douglas J. Elwood. ''Teologi'' ''Kristen'' ''Asia'' ''(terj)''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 106-107, 112.</ref>. Kebangkitan menunjukkan bahwa Yesus berada di dalam ruang dan waktu, bukan terpisah melainkan merupakan sebuah totalitas <ref name="Elwood"></ref>. Hal tersebut tidak hanya sebuah sejarah melainkan sebagai bentuk keterlibatan secara penuh dan mendalam antara zaman Yesus dengan masa manusia sekarang, karena tidak mungkin tercapai realitas Eskatologis tanpa manusia ikut berproses di dalam sejarah <ref name="Elwood"></ref>. Pendekatan seperti ini dapat dianalogikan terhadap Yesus dan kaum Dalit dengan melihat keterlibatan Teologi dalam kehidupan nyata, partsisipasinya dalam keprihatinan, serta impian untuk memperjuangkan kelompoknya <ref name="Elwood"></ref>.