Orang Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ghozzonx (bicara | kontrib)
Baris 20:
 
== Perkembangan di Indonesia ==
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.
 
=== Abad 9-11 Masehi ===
Catatan sejarah tertua adalah berdirinya kerajaan Perlak I (Aceh Timur) pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M). Hanya 2 abad setelah wafat Rasulullah, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke kerajaan Perlak. Ia kemudian menikah dengan adik kandung Raja Perlak Syahir Nuwi. Dari pernikahan ini lahirlah Abdul Aziz Syah sebagai Sultan (Raja Islam) Perlak I. Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar sebagai makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh' 10 Juli 1978 oleh (Alm) Professor Ali Hasymi.
 
=== Abad 12-15 Masehi ===
Baris 30:
=== Abad 17-19 Masehi ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Arabier TMnr 3728-759.jpg|thumb|300px|Seorang Arab di masa [[Hindia Belanda]] ([[litografi]] berdasarkan gambar oleh [[Auguste van Pers]], 1854)]]
Abad ini adalah gelombang terakhir ditandai dengan hijrah massalnya para sayyidAlawiyyin Hadramaut yang menyebarkan Islam sambil berdagang di Nusantara. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang kita kenal sekarang seperti Alatas, Assegaf, Al Jufri, Alaydrus, Syihab, Syahab, dll. Hal ini dapat dimengerti karena marga-marga ini baru terbentuk belakangan. Tercatat dalam sejarah Hadramaut, marga tertua adalah As Saqqaf (Assegaf) yang menjadi gelar bagi Syekh Abdurrahman bin Muhammad Al Mauladdawilah setelah ia wafat pada 731 H atau abad 14-15 M. Sedangkan marga-marga lain terbentuk bahkan lebih belakangan, umumnya pada abad 16. Biasanya nama marga diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Berdasarkan taksiran pada 1366 H (atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka sekarang tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga.
 
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di [[Jakarta]] (Pekojan), [[Bogor]] (Empang), [[Kota Surakarta|Surakarta]] ([[Pasar Kliwon, Surakarta|Pasar Kliwon]]), [[Surabaya]] (Ampel), [[Gresik]] (Gapura), [[Malang]] (Jagalan), [[Cirebon]] (Kauman), [[Mojokerto]] (Kauman), [[Yogyakarta]] ([[Kauman, Yogyakarta|Kauman]]), [[Probolinggo]] (Diponegoro), [[Bondowoso]], dan [[Banjarmasin]] (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti [[Palembang]], [[Banda Aceh]], [[Sigli]], [[Medan]], [[Lampung]], [[Makasar]], [[Gorontalo]], [[Pulau Ambon|Ambon]], [[Mataram]], Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, [[Kupang]], dan [[Papua]].
Marga-marga ini hingga sekarang mempunyai pemimpin turun-temurun yang bergelar "''munsib''". Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat tinggal asal keluarganya. Semua munsib diakui sebagai pemimpin oleh suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Di samping itu, mereka juga dipandang sebagai penguasa daerah tempat tinggal mereka. Di antara munsib yang paling menonjol adalah munsib Alatas, munsib Binsechbubakar serta munsib Al [[Bawazier]].
 
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'' atau ''Sayyidi'', dan kelompok ''Qabili''. Di Indonesia, kadang-kadang ada yang membedakan antara kelompok SayyidiAlawiyyin yang umumnya pengikut organisasi [[Jamiat al-Kheir]], dengan kelompok ''Syekh'' atau ''Masyaikh'' yang biasa pula disebut ''Irsyadi'' atau pengikut organisasi [[al-Irsyad]].
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di [[Jakarta]] (Pekojan), [[Bogor]] (Empang), [[Kota Surakarta|Surakarta]] ([[Pasar Kliwon, Surakarta|Pasar Kliwon]]), [[Surabaya]] (Ampel), [[Gresik]] (Gapura), [[Malang]] (Jagalan), [[Cirebon]] (Kauman), [[Mojokerto]] (Kauman), [[Yogyakarta]] ([[Kauman, Yogyakarta|Kauman]]), [[Probolinggo]] (Diponegoro), [[Bondowoso]], dan [[Banjarmasin]] (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti [[Palembang]], [[Banda Aceh]], [[Sigli]], [[Medan]], [[Makasar]], [[Gorontalo]], [[Pulau Ambon|Ambon]], [[Mataram]], Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, [[Kupang]], dan [[Papua]].
 
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'' atau ''Sayyidi'', dan kelompok ''Qabili''. Di Indonesia, kadang-kadang ada yang membedakan antara kelompok Sayyidi yang umumnya pengikut organisasi [[Jamiat al-Kheir]], dengan kelompok ''Syekh'' atau ''Masyaikh'' yang biasa pula disebut ''Irsyadi'' atau pengikut organisasi [[al-Irsyad]].
 
== Tokoh dan peranan ==