Ajaran dari Quietisme ini menyatakan tentang kesempurnaan yang dicapai dengan jalan untuk berdiam diri, baik itu dari pikiran maupun dari kehendak. keadaan seperti ini dicapai dengan [[doa-doa]]-doa [[spiritual]], sehingga jiwa akan beristirahat dengan tenang di hadapan [[Allah]] dan Allah akan bekerja menurut kehendak-Nya. <ref name="Wellem"/> Jikalau seseorang telah mencapai suatu keadaan yang demikian, maka dosa tidak mungkin ada lagi dan perbuatan yang baik akan diperlukan oleh seseorang. <ref name="Wellem"/> Seseorang pernah digoda untuk melakukan dosa, namun karena orang tersebut telah berada pada keadaan yang sempurana, sehingga semua godaan tersebut tidak akan membuat orang tersebut melakukan perbuatan [[dosa]]. <ref name="Wellem"/> Ajaran Quietisme juga lebih mengutamakan tentang suatu ketenangan dan melupakan keaktifan. <ref name="Soedarmo"> Soedarmo, R Dr. 2010. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm 77</ref> Dalam hal ini, hidup dengan Allah merupakan hidup yang tenang, artinya segala godaan dan cobaan yang berupa kegembiraan, kesedihan tidak boleh menganggu suatu ketenangan. <ref name="Soedarmo"/> Oleh karena seseorang harus hidup di dalam ketenangan.<ref name="Soedarmo"/>