August Theis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wsaragih (bicara | kontrib)
Wsaragih (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
===Simalungun 1903===
Simalungun saat itu seperti daerah pelosok lain di Indonesia masih berada dalam masa kegelapan. Pdt. August Theis pun harus membelah hutan dalam perjalanannya dari daerah Toba menuju ke Pematang Raya. Menurut wawancara beliau dengan A. Munthe seperti dituliskan dalam buku '''Pandita August Theis, Missionar Voller Hffnung''' (oleh A. Munthe, Kolportase GKPS, 1987) Hutan tersebut masih dipenuhi oleh hewan-hewan buas seperti Harimau sehingga beliau harus mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi misinya ke Pematang Raya.
Adapun masyarakat Simalungun masih bercocok tanam menggunakan ladang kering, yang memaksa mereka untuk melakukan ladang berpindah di mana mereka harus mencari lahan lain sampai 4 tahun sebelum mereka dapat kembali menggunakan ladang yang sama secara optimal.<br>
Dalam kesusahan tersebut sebagian besar masyarakat Simalungun berjudi untuk mencari penghiburan, mereka menjual segala harta miliknya bahkan diri sendiri (sebagai budak) demi memenuhi nafsu mereka untuk berjudi.
 
===Penyebaran Injil August Theis===
Pada tanggal 3-8 Februari 1903 diadakan sebuah pertemuan di Laguboti yang diikuti oleh para pendeta RMG yang memutuskan agar diadakan misi zending ke Simalungun. Nomensen yang saat itu menjabat sebagai Ephorus dan berkantor di Sigumpar, Tapanuli Utara, mengirimkan surat ke direktur RMG di Barmen, Jerman mengenai rekomendasi ini dan merekomendasikan pengabaran injil ke 3 daerah yaitu: Samosir, Simalungun dan Dairi.<br>
Rombongan August Theis tiba di Pamatang Raya pada hari Rabu, 2 September 1903, tanggal yang sampai saat ini terus diperingati oleh anggota GKPS ([[Gereja Kristen Protestan Simalungun]]) di seluruh dunia sebagai hari ''olob-olob'' (sukacita dalam bahasa [[Simalungun]]) sebagai tanda syukur atas masuknya Alkitab ke Simalungun.<br>
Pada tanggal 3 Maret 1903, diutuslah rombongan pertama RMG ke tanah Simalungun yang beranggotakan Pdt Guillaume, Pdt Simon dan Pdt Meisel dengan tujuan utama untuk menemui raja-raja Simalungun.<br>
Adapun rombongannya saat itu terdiri juga atas Gr Ambrocius dan Theopilus Pasaribu.<br>
Rombongan kedua yang diberangkatkan RMG ke Simalungun terdiri dari Pendeta August, Theis Gr Ambrocius dan Theopilus Pasaribu.<br>
Kedua rombongan tersebut bertemu di Haranggaol dimana Nommensen berkesempatan untuk berkhotbah.
RombonganDari Haranggaol, rombongan Pendeta August Theis menuju ke Pematang Purba dan kemudian tiba di Pamatang Raya pada hari Rabu, 2 September 1903, tanggal yang sampai saat ini terus diperingati oleh anggota GKPS ([[Gereja Kristen Protestan Simalungun]]) di seluruh dunia sebagai hari ''olob-olob'' (sukacita dalam bahasa [[Simalungun]]) sebagai tanda syukur atas masuknya Alkitab ke Simalungun.<br>
Saat tiba itulah Pendeta August Theis langsung membacakan ayat kutipan dari Yohanes 4:35 di atas
dengan keyakinan bahwa orang [[Simalungun]] harus mendapat Terang dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.