Filsafat ketuhanan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
PT14danang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
==Agama : Studi tentang tabiat Allah dan kepercayaan==
Ide tentang Allah pada orang beragama secara universal biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; Yang Maha Tinggi (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya.<ref name="Leahy"/><ref name="engel"/><ref name="Tjahyadi"/> Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja).<ref name="Tjahyadi"> Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang tidak beriman.<ref name="Tjahyadi"> Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.<ref name="Huijbers"> Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara [[refleksif]], Realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, [[ide]] dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.<ref name="Leahy"/>
* Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya.<ref name="Huijbers">
* Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada?<ref name="Huijbers"> Mengapa alam ada?<ref name="Huijbers">
* Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang disebut [teologi]]; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah.<ref name="Huijbers"> Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban.<ref name="Huijbers"> Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya ALlah itu dapat dibuktikan secara rasional juga;
- Allah ada, tetapi tidak dapat dibuktikan adanya;
- tidak dapat diketahui apakah ALlah benar-benar ada;
- Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.<ref name="Huijbers">
Oleh karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui berbagai jalan; metafisika, [[empirisme]], [[rasionalisme]], [[positivisme]], [[spiritualisme]] dll.<ref name="Huijbers"/>
|