Abdul Hadi W.M.: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 17:
 
== Karya ==
Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi sufis. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu.<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam.<ref>{{factcite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Orang{{who}} sering membandingkannya dengan sahabat karibnya [[Taufik Ismail]], yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah. ''“Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi moralistisnya.”''<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
 
Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika Timur menguat dalam sastra Indonesia kontemporeran, puitika sufistik yang dikembangkan Abdul Hadi menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya.<ref>{{cite web|url=http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-abdul-hadi-wm-dan-fenomena-puisi-sufistik/ |title=:: Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Tampak ia ikut menafasi kebudayaan dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami,{{fact}} ikut mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.<ref>{{cite web|url=http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-abdul-hadi-wm-dan-fenomena-puisi-sufistik/ |title=:: Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>}