Aksara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k r2.7.1) (bot Menambah: uk:Писемність |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara) |
||
Baris 225:
[ma]- [ga]- [ba]- [nga]
Kuatnya indegenous yang menjadi ciri aksara di Nusantara adalah untuk mengatasi kesulitan tatkala penyesuaikan sistem fonetik (bunyi) bahasa-bahasa Nusantara dalam mengalihaksarakan bunyi pepet/ pepat (=tanda seperti ) aksara dalam suatu kata untuk menyatakan bunyi è; é; ê; æ; ë) dan hiatus (bunyi peralihan
Pada sejumlah naskah sumber tertulis dari masa lebih tua yang umumnya menggunakan bahasa [[Sanskrta]], kesulitan itu tidaklah terasa benar karena tidak mengenal tanda-tanda bunyi seperti itu sehingga dirasa tidak perlu mencantum-kannya, kecuali tanda-tanda diakritis. Mengatasi kesulitan itu sedapat-dapatnya tidak menuliskan pepat pada akhir suku kata pertama pada pokok kata, melainkan konsonan permulaan sukukata itu dirangkap dengan konsonan permulaan dari sukukata kedua seperti dmakan, wdihan, si kbo, lmah, wdus, wkas, kdung pluk dan seterusnya. Meskipun diakui sang citralekha tidaklah selalu konsekwen pada sukukata yang sulit atau tidak mungkin dirangkap, maka tanda [ĕ] pepat di sini diganti menjadi bunyi [a] seperti suket–sukat; mangagem–mangagam; mapeken mapekan dan seterusnya (Boechari 1958)
Baris 239:
Lukisan gambar tersebut ada yang dipahatkan secara disemprot sesuatu cairan berwarna (negatif), dicap (positif ) dan digores (dipahat). Sebagian besar tema dipilih mengandung unsur kognitif dan erat kaitannya dengan unsur-unsur kesuburan, persatuan antar sesama, keselarasan dan keseimbangan dengan alam dan Sang Cipta.
Tiada lain gambar atau lukisan adalah visualisasi verbal dalam upaya komunikasi ke generasi sesudahnya diungkapan melalui sentuhan estetika oleh seniman zamannya. Nyata pula bahwa yang digambarkannya bukan sesuatu yang ganjil hal-hal atau objek di luar gagasan masyarakatnya sebagai pendukung budaya. Pengalaman di lingkungan sehari-hari yang dialami secara empiris telah melahirkan gagasan yang dituangkan kepada motif-motif lukisan secara langsung dimengerti dan dipahami oleh keturunannya di masa kemudian sebagai bagian kebudayaanya. Dengan demikan lukisan cadas adalah juga alat transformasi yang tiada berbeda peran dan fungsinya dengan bahasa. Gambar atau lukisan dengan anekaragam motif-motifnya merupakan bukti paling awal yang menunjukkan telah disepakati cara komunikasi yang mampu menjalin interaksi
Nyata bahwa masyarakat yang konon “tidak mengenal budaya tulis” itu justru yang mendasari kemampuan di dalam upaya menyampaikan pengetahuan tentang realitas yang tersimpan di dalam gagasan, selanjutnya dituangkan melalui lukisan-lukisan cadas sehingga merasakan maknanya dan terbukti komunikatif melampaui kurun waktu berabad-abad.
|