Tang dari Shang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
01Raina (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Diantara +Di antara)
Baris 7:
Ia mengatur administrasi negara dengan baik dan mempekerjakan orang-orang berbakat. Pernah pada suatu hari, ia melihat seorang tua sedang menjerat burung di hutan. Orang itu berdoa, “Semoga semua burung dari empat penjuru jatuh ke jaringku.” Mendengar itu, Tang memotong doanya, “Kalau begitu doamu, semua burung di dunia tentu akan habis ditangkap olehmu” Ia lalu menyingkirkan ketiga jaringnya dan membiarkan yang satu sisanya tetap terpasang, kemudian ia berdoa, “Hai, burung-burung, jika kau ingin pergi ke kiri, pergilah; jika hendak ke kanan, janganlah sungkan; yang tidak menurut akan jatuh ke jaring ini.” Mendengar kejadian ini, rakyat amat kagum padanya. Mereka berpikir kalau sang raja demikian baik pada binatang, tentu ia juga dapat bersikap baik pada bawahannya. Sejak itulah banyak orang berbakat dari seluruh penjuru negeri bersedia mengabdi padanya.
 
DiantaraDi antara mereka yang mengabdi padanya, Tang paling menaruh kepercayaannya pada [[Yi Yin]] (伊尹), seorang mantan budak yang kemudian dipromosikan menjadi perdana mentri. Dengan bantuan Yi lah, ia memuluskan ambisinya menumbangkan tiran Jie. Perjuangan Tang tidak semudah membalik telapak tangan, ia sendiri pernah dijebloskan ke penjara oleh Jie dan terancam hukuman mati. Namun karena kepandaian diplomasi Yi Yin, Jie akhirnya membebaskannya. Setelah bebas, Tang melancarkan sebelas pertempuran dengan Dinasti Xia sebelum akhirnya dinasti itu tumbang. Mula-mula ia menyerang Ge (sekarang [[Ningling]], Henan), sekutu Xia yang letaknya dekat dengan ibukota Shang. Kemudian disusul penyerangan terhadap negara-negara vassal Xia lainnya.
 
Setelah itu pasukan Shang bergerak ke wilayah sekitar Yiluo. Dari sanalah mereka menyerbu ibukota Xia. Pasukan Xia yang telah kehilangan dukungan rakyat kabur tanpa perlawanan berarti. Tang terus memimpin pasukannya mengejar mereka hingga ke Gunung Mingtiao (sekarang Gunung Zhongtiao di selatan [[Shaanxi]]) dimana pasukan Xia dihancurkan. Raja Jie wafat dalam pengasingan tak lama kemudian karena depresi. Dengan demikian tamatlah riwayat Dinasti Xia dan Tiongkok memasuki babak baru dalam sejarahnya yaitu zaman Shang.